02🌜Kamu Bilang, Aku Itu Sederhana

76 20 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Bulanku, Cantikku.

Papaku bilang, kalau mau menarik hati perempuan itu belikan sesuatu yang dia suka, selalu puji dia cantik, berikan waktu yang sekiranya membuat dia merasa dia adalah prioritas mu.

Tapi pas aku ketemu kamu, jangankan aku berikan sesuatu ataupun waktu, sekedar aku chat bahwa kabarku baik-baik saja katamu itu sudah cukup.

Bulan, kamu tau? Kamu itu sederhana, namun tak ternilai harganya.



•••



Dari pertama Bulan berpacaran dengan Juni, Bulan sering sekali mendengar Juni yang bertanya seperti ini.

"Cantik, lagi mau apa?"

Pertanyaan yang membahagiakan, tapi Bulan akan menjawabnya dengan senyum manis yang dia punya sambil menggelengkan kepalanya.

"Lagi nggak mau apa-apa," ucap jawaban Bulan membuat Juni tersenyum setiap mendengar jawabannya yang slalu sama.

Tapi, suatu hari Bulan marah sambil mengutarakan keinginannya di dalam UKS berhadapan dengan Juni dan teman-temannya.

"Memang salah kalau aku mau tau keadaan kamu? Setiap kamu tanya aku sehat atau enggak, aku slalu jawab jujur sesuai yang aku rasakan saat itu juga. Tapi kalau kamu, kenapa nggak pernah jujur? Sehat ataupun sakitnya kamu slalu kamu satuin dalam satu kalimat aja, kamu slalu sehat." marahnya Bulan membuat Juni diam, bahkan teman-temannya juga.

Mata Juni melebar ketika melihat ada setetes bening air mata Bulan yang jatuh ke pipinya, lalu setelah setetes itu deras air mata lainnya mengalir juga keluar.

"Bulan, nggak gitu." ucap Juni berusaha bangkit dari ranjang UKS, niatnya ingin turun tapi karena lemas, jadinya Juni terjatuh di lantai.

Hazmi yang paling dekat langsung berjongkok menarik lengan Juni untuk membantunya bangun, sementara Bulan hanya memandanginya tanpa ada rasa simpatinya ingin membantu. Bulan terlalu marah, karena bukan hanya sekali dua kali Juni tak bilang kalau dia sedang sakit pada Bulan.

"Lan, Juni lagi sakit, bisa nggak lo hargai dia? Lo pacarnya kan?" ketus temannya Juni yang bernama Restu.

Mendengarnya, Bulan berdecak membalas tatapan tajam Restu dan balik bertanya yang nggak kalah ketus.

"Kalau boleh gue balikin, Juni bisa nggak hargain gue? Gue pacarnya kan?"

"Tapi setidaknya lo bisa marah-marah pas Juni lagi sembuh," kata teman Juni yang lain, yang ini Hazmi---bicara setelah membantu Juni duduk lagi di ranjang UKS.

"Kalau gue marah-marah pas dia lagi lemah, lo harusnya paham, gue udah lewatin batas kesabaran gue. Justru sebelumnya gue nggak pernah marah, terus sekarang salah gue marah?" balas Bulan pada Hazmi.

Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang