Tangisan Bulan tak bisa terbendung lagi, walau tak menjerit seperti waktu itu, tangisan Bulan masih sama menyesakkan.
Tubuhnya sudah terkulai lemas di lantai kamar Juni dengan punggung yang menyandar ke kaki ranjang, di peluknya buku harian Juni yang berisi semua tentangnya. Ada terlalu banyak tulisan di sana, namun hanya beberapa yang menjadi favorit Bulan.
Sesekali Bulan berbisik lirih, "Juni, I love you too." sambil mengeratkan pelukan buku harian Juni seolah yang tengah di peluknya ini adalah Juni, bukan sekedar buku yang ditulis Juni.
Tak puas dengan buku saja, Bulan beranjak lalu berjalan ke rak foto-foto yang berjajar rapi, dimana dulu dia ingin melihatnya namun tak sempat karena Juni bangun dari tidurnya.
Kini ia tau kenapa Juni melarangnya untuk masuk ke dalam kamarnya, rak ini yang membuat cowok itu malu kalau saja Bulan melihatnya. Tiga rak foto di sana, yang paling kanan ada foto-foto Juni bersama keluarganya, yang paling kiri ada foto-foto Juni bersama teman-temannya, dan yang di tengah ada foto-foto Juni bersama dirinya.
Semua tertata rapi, semua dipajang penuh teliti. Ada satu tulisan di tengah-tengahnya, ini terniat sih, tulisan itu dibuat pakai lampu hiasan yang sengaja dibentuk tulisan. Mungkin sebagai judulnya foto-foto di rak ini, judul yang membuat Bulan merasa lebih sesak lagi.
Rak itu diberi judul, Cantikku.
Bahkan ada kameranya juga, kamera dikhususkan. Baru Bulan sadari sekarang, kenapa kamera itu ada tiga. Karena dibuat khusus untuk siapa saja yang akan Juni abadikan, dan yang tersimpan di rak itu, itu kamera yang pernah di debatkan Bulan dengan Juni hari itu yang katanya jadi rusak saat Bulan pegang padahal sebenarnya cuma habis baterai.
Bulan tak perlu melihat isinya, karena Bulan tau isinya sudah terpajang semua di depan matanya sekarang. Entah berapa ribu foto-foto di hadapannya, semuanya mungkin yang Juni foto dalam setahun ke belakang setiap cowok itu memotretnya.
Pintu kamar diketuk membuat Bulan menoleh, ada Mamanya Juni tersenyum berdiri di ambang pintu sana.
"Bulan, makan dulu yuk? Temen-temennya Abang sudah ada di bawah semua, mereka mau makan bareng sama kamu." ajaknya membuat Bulan reflek tersenyum manis sambil menghapus air matanya lalu mengangguk.
"Habis ini Bulan turun, Tante." jawab gadis itu yang dibalas anggukan samar Mamanya Juni, wanita cantik itu menutup kembali pintu kamar memberikan waktu untuk Bulan untuk pamit pada Juni.
Bulan berjalan ke meja belajar Juni, menarik kursinya lalu duduk. Buku harian yang sejak tadi slalu dalam pelukannya ia buka kembali, Bulan mengambil pulpen yang tersedia dan menggoreskan tintanya di halaman kosong dalam buku itu.
Juniku, gantengnya aku.
Aku nggak bakal banyak tulis disini, aku cuman mau kasih kamu hadiah aja. Hadiah yang kamu pinta satu tahun yang lalu, maaf baru bisa aku kasih sekarang.
Ganteng, sekarang aku sudah ikhlas. Kamu baik-baik di sana ya, jangan nakal nanti dijewer malaikat. Wkwkwkwk
Juni, Happy 2nd Anniversary and I Love You Too♡
Bulan Juni
END
-
Visualisasi;
Peran Pendukung;
Hazmi
Restu
Satrio
Rena
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Juni
Fiksi Penggemar[completed] Tentangmu yang katanya mencintaiku dengan sempurna. ft. Heejin, Jaemin ©eipayow, 2022