"Lha malah ketawa, Beneran kamu ngapa si Zoey?" Kata Agatha dengan nada seolah - olah mendesak Zoey.
"Iya, oke aku aku ceritain. Eh bentar ceritain jangan yaaa." Zoey lagi lagi terkekeh.
"Ih apaan males banget, kebiasaan kalo cerita suka setengah - setengah, tau dah males."
Agatha hanya melanjutkan makannya tak memperdulikan Zoey, Zoey mencoba membujuknya. Ntah kenapa belakangan ini Zoey merasa sahabatnya ini agak sedikit sensitif padahal Zoey sudah sering bertingkah seperti ini, tapi biasanya Agatha tidak marah padanya. Biasanya kalau seperti ini ada yang Agatha pikirkan, fokusnya terpecah makanya ia agak sensitif. Zoey mencoba untuk mencairkan suasana.
"Yaudah iyaa iyaa cerita tapi jangan marah, apabanget gini doang marah, biasanya juga nggak." Ucap Zoey sebenarnya ia masih takut kalau sahabatnya semakin marah.
"Yaudah napa si?"
"Ginii tadi pagi kan aku telat, nah aku ke kelas lari kan terus nggak sengaja nyenggol Rafael, aku refleks bilang maaf nya sok sok an akrab pake 'Raf' eh dia bales 'gak apa - apa Zoey'. Weh lah dia manggil nama aku!"
Agatha hanya bisa menghela napas panjang.
"Yaa ampun jadi dari tadi cerita nge gantung bilang gitu doang? Ya dia manggil nama kamu orang kita sekelas apa masalahnya? Biasa aja kali." Agatha memasang tampang depresi mendengar cerita sahabatnya.
"Aih kayak yang nggak tau aja aku sama dia nggak deket bahkan di kelas. Apalagi dia famous banget, temen nya aja ada di seantero sekolah."
"Lah? Kok ceritanya jadi ngegalau gini? Lagian ya kalo temen nya seantero sekolah dia juga pasti kayak gitu sama semua orang kali. Dah ah abisin makanan nya bentar lagi jam masuk."
Bukan maksud Agatha untuk membuat Zoey down, tapi dari cerita - ceritanya sebelum ini Agatha sedikitnya menangkap kalau sepertinya Zoey mulai tertarik dengan Rafael, hanya saja Zoey sepertinya masih belum terlalu menyadari nya atau mungkin masih enggan untuk mengatakanya pada Agatha. Agatha hanya takut kalau Zoey memasang ekspektasi yang terlalu tinggi suatu saat ia akan jatuh karena itu.
•°•°•°•°•
Di sinilah Davian berada, duduk sendirian beralaskan rumput dan beratapkan pohon yang rindang. Yups dia sedang di taman sekolah mendengarkan lagu kesukaanya dari headphone nya. Ia bersandar pada batang pohon, lagi - lagi ia bingung sebenarnya akan berbuat apa, perutnya tak lapar makanya ia tak ke kantin, ia juga tak tertarik berteman ia lebih suka menyendiri menjauhi keramaian. Tak lama ada yang menepuk bahunya.
"Oy udah bel, masuk kelas buruan." Rafael datang menegur Davian untuk masuk kelas dan berlalu pergi menuju kelas.
Davian melepas headphone dan melihat sekitar, semua siswa mulai bergegas memasuki kelasnya masing - masing. Ia pun berdiri dan bergegas untuk pergi ke kelas. Sesampainya di kelas, Davian tak sengaja menjatuhkan sebuah novel yang ada di meja paling depan dekat pintu masuk kelas. Ia pun memungut buku itu dan mengembalikan ketempatnya.
"Maaf." Ucap Davian datar pada pemilik buku itu dan berlalu menuju mejanya.
Pemilik buku itu sepertinya terkejut, raut muka nya jelas sekali menunjukan keterkejutan itu. Namun tak lama setelah davian berlalu dia tersenyum sambil menggeleng kecil melihat novel itu di mejanya. Davian dipastikan tak melihat senyum gadis itu, dan yup pemilik bukunya adalah Agatha. Akhirnya seorang guru masuk dan pelajaran pun di mulai. Semua siswa sibuk memperhatikan pelajaran dan materi hari itu.
Bel pulang pun berbunyi semua siswa bersiap untuk pulang termasuk Davian. Saat akan keluar kelas tiba - tiba ada notifikasi dari handphone nya, ia pun mengecek notifikasi apa itu. Ternyata, itu adalah sebuah pesan, pesan yang isinya meminta tolong untuk membelikan beberapa coklat, dan camilan. Davian hanya mengehela napasnya dan menggelengkan kepala membaca pesan itu, sebenarnya Davian menyunggingkan senyumnya, namun tipis dan teramat tipis untuk membuat orang lain menyadarinya. Ia pun segera keluar dari kelas dan membeli titipan orang yang memberinya pesan tersebut.
Sesampainya di minimarket, Davian mencari dan mengambil beberpa cemilan manis dan beberapa camilan pedas ke keranjang, lalu membuka kulkas minimarket untuk mengambil beberapa soda juga yogurt. Ia pun berjalan ke arah kasir dan memasukan beberapa batang coklat ke keranjangnya lalu membayar belanjaan nya.
Davian keluar dari mini market membawa dua kantong kresek penuh, ia pun menyimpan nya di bagasi mobil, setelah selesai ia pun masuk ke mobil bagian belakang. Memang untuk saat ini ia masih menggunakan mobil jemputan nya, sebenarnya ia tak mau lagi di jemput oleh supirnya, tapi karena ia belum memiliki sim ia pun tak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri oleh ibunya. Jadii yaa beginilah nasibnya untuk satu tahun ke depan.
•°•°•°•°•
Agatha dan Zoey keluar dari perpustakaan, sebenarnya hanya Agatha yang meminjam beberapa buku novel dan ensiklopedia. Saat mereka berjalan Zoey pun bertanya,
"Tha, sabtu kamu luang nggak?" Tanya Zoey saat berjalan menuju gerbang
"Hah? Buat apaan? Mau ngapain dulu?" Agatha bingung dengan pertanyaan Zoey
"Sabtu, papa mama aku ngurusin kerjaan nya ke luar kota aku pengen nginep di rumah kamu boleh nggak? Males banget di rumah sendirian." Jawab Zoey dengan tampang memelas.
"Lha bang Yohan kemana?" Tanya Agatha.
"Bang Yohan ada acara jugaa, dia mau ngobrol - ngobrol sama ortu pacarnya. Males ah, males ikut ntar nggak tau juga mau ngapain." Jawab Zoey.
"Ouh gitu, yaudah nanti aku tanya ibu dulu." Kata Agatha sambil mengangguk.
"Okeeee yeay !!!" Zoey berteriak agak kencang
"Heh, brisik ! Biasa aja kali." Agatha tak menyangka Zoey akan berteriak.
"Eh iya maaf."
Saat sampai di depan gerbang sekolah Zoey pun pamit duluan karna mobil jemputan nya sudah sampai. Agatha pun menunggu ayahnya menjemputnya. Ia duduk di bangku yang ada di sekitar gerbang sekolah sambil membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan tadi, tak lama ada seseorang menghampiri nya.
"Boleh duduk di sini juga nggak?" Tanya seseorang.
Agatha mengalihkan pandangan nya dari buku untuk melihat siapa yang bertanya, Agatha terkejut ketika melihat siapa orang yang bertanya.
"Ah iya boleh, duduk aja."
"Agatha kan?"
"Iyaa, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inexorable Destiny
RomansaSeorang gadis yang polos dan ceroboh harus menghadapi hal - hal yang ia tak pernah menduganya sama sekali. Sebuah takdir yang tak terhindarkan. Bahkan atas kepolosan dan kecerobohanya itu di hari pertama gadis ini bertemu seseorang, ia sudah membuat...