5. Masa Lalu

301 68 288
                                    

Sienna tertegun menjadi saksi bisu sebuah amukan seorang kakak pada adiknya yang sedari tadi hanya diam tak beraksi. Melihat perlawanan yang memuncak sedikit membuatnya kagum.

Dan saat laki-laki itu berjalan ke arahnya, Sienna tetap berdiri mematung. Kakinya seakan mati rasa untuk bergerak pergi dari sana.

Sebuah tatapan yang tak asing menjadi alasan Sienna termangu.

Langkah demi langkah diambil Cakra perlahan mendekati gadis yang masih berdiri di tempatnya. Ia melihat sekilas badge nama yang menempel di seragam gadis itu.

Begitu melewatinya—Cakra terdiam. Ia segera berbalik menarik bahu gadis tersebut untuk memastikan nama yang ia lihat tidaklah keliru.

Terkejut atas perlakuan Cakra, Sienna sontak menepis tangannya dan berlalu pergi. Ia benar-benar merasa dirinya bodoh karena diam di sana.

Entah apa yang ada di dalam pikiran Sienna sehingga ia memilih diam.

Dari kejauhan, Sienna melihat Amara berjalan tergopoh-gopoh dengan wajah pucat pasi dan mata sembab.

Ia melirik ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya, kemudian menyeret tangan Amara untuk ikut bersamanya ke sebuah gudang.

Amara yang keadaan tubuhnya lemas hanya bisa pasrah mengikuti Sienna.

Tangan kanan Sienna lalu mengeluarkan sebuah pulpen. Ia menekan ujung pulpen tersebut hingga muncul sebuah mata pisau runcing yang sangat tajam.

Ia mendorong tubuh Amara hingga terantuk dinding, lalu menahan lehernya. Sementara tangan yang lain Sienna gunakan untuk menodongkan benda tajam itu pada mata Amara.

“L-lo ngapain?” Amara panik.

“Mau pura-pura nggak tau?” tanya Sienna terdengar mengerikan. “Kita cuman berdua di sini, nggak perlu malu-malu kalo lo kenal gue.”

Amara berusaha mendorong Sienna namun tak berhasil. “Lo jangan aneh-aneh, Sen!”

Mendengar perempuan itu memanggilnya, Sienna lantas terkekeh senang. “Ternyata lo emang belum lupa.”

“Gue mohon jangan lakuin ini,” ujar Amara memelas.

“Harusnya dari dulu lo ngasih tau di mana cowok brengsek itu, alhasil sekarang lo yang harus jadi perantara pembalasan gue!”

Please, Sen .. gue nggak tau apapun soal Papa gue. Gue juga nggak tau dia ada di mana.”

Tak puas dengan jawaban Amara, Sienna semakin mengencangkan cengkraman di lehernya.

“Derita lo nggak seberapa sama hidup nyokap gue yang dihancurin bokap lo!!!” gertaknya.

“Haron bener-bener pinter sembunyiin putri kesayangannya dulu saat keadaan masih kacau.”

“Tapi dia nggak sadar, anak dari putri tirinya masih bertahan sampai sekarang buat bales semua perbuatannya!”

“Harusnya dia tetep sembunyiin lo biar lo aman. Bodoh!”

“ARGH~” Amara memekik kesakitan begitu Sienna menusuk lengannya. Ia spontan mendorong tubuh Sienna cukup kencang hingga berhasil menjauhkannya.

Amara merintih memegangi bekas tusukan yang disimbahi darah. Meski lukanya tak seberapa, namun cukup membuat nyeri.

“Sekali lo ngadu soal gue, gue robek mulut lo!” ancam Sienna. Ia akhirnya pergi tak memperdulikan Amara yang menangis tersedu karena darahnya yang terus mengalir.

Gadis malang. Penderitaannya seakan lengkap hari ini.

• • •

“Astaga, Mar!!” pekik Puti menghampiri sahabatnya yang berbaring di atas bangsal. Puti mendengar kabar jika Amara berada di UKS, ia segera menyusulnya dan terkejut mendapati lengan Amara terluka.

SIENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang