“Kuat banget lo sama luka kayak gini,” ujar Wisnu—teman satu bangku Cakra yang sejak tadi tak henti melihat luka di lengan kanannya.
Jengah dengan kelakuan Wisnu, Cakra pun melayangkan jitakan kecil di kepalanya hingga membuat sang empu meringis.
“Tau nggak, gue kagok manggil nama lo ..”
“Cak, Ca, Kra—nggak ada yang enak,” dengus Wisnu mulai ngawur dengan topik pembicaraannya.
“Ray, Yan .. Caca aja deh,” imbuhnya.
“Kalo lo udah nggak gila, susul gue ke kantin,” ujar Cakra tak menghiraukan ucapan Wisnu dan berlalu pergi meninggalkannya.
Cakra terlalu malas meladeni keabsurdan temannya yang terkadang melenceng. Bahkan dapat dibilang sangat tidak penting untuk dibahas.
Sebelum menuju kantin, Cakra mampir terlebih dahulu ke toilet untuk memastikan luka-lukanya bersih. Tidak mungkin ia akan membuat orang lain mual karena lukanya.
Mata Cakra tertuju pada bekas luka yang masih nampak di lehernya. Walau kini sudah cukup memudar .. ia kembali teringat dengan kenangan itu.
Bagaimana kabarnya? Apakah dia baik-baik saja?
Pertanyaan itu yang seolah selalu muncul setiap Cakra memikirkan gadis kecil yang telah menjadi penolong bagi dirinya.
Sudah cukup lama ia tak pernah lagi bertemu dengan gadis itu. Cakra masih saja berharap ia dapat menemuinya lagi.
Tak ingin berlarut, Cakra memutuskan untuk kembali pada tujuannya ke kantin. Ia berjalan menuju meja kosong setelah memesan seporsi nasi goreng.
Bersama kedua matanya yang menyapu penjuru kantin—Cakra malah mendapati adiknya sedang duduk berangkulan bersama seorang laki-laki.
Tanpa rasa malu gadis itu menyuapi laki-laki di sampingnya, begitupun sebaliknya.
Andai Cakra memiliki niat dendam, ia bisa saja memotret pemandangan tersebut untuk ia tunjukkan pada ayah mereka.
Namun Cakra terlalu malas membesar-besarkan masalah yang hanya akan merugikan dirinya.
Ia kembali mengalihkan perhatiannya, tak lagi menghiraukan sang adik yang sibuk bermesraan.
Tangan Cakra lantas merogoh benda pipih di dalam saku celana, jemarinya mulai bergerak mencari ruang obrolan bernamakan gadis yang sedang ia tunggu.
Cakra cukup risau karena gadis itu tak kunjung membalas pesannya.
Amara
Mar, istirahat ke kantin|
10.01
Kamu di mana?|
10.10
Amara?|
Masih di kelas?|
10.14Nyaris seperempat nasi sudah Cakra habiskan. Ia berniat untuk membaginya bersama Amara.
Namun ini sudah lebih dari waktu wajar, Amara bahkan tidak membaca pesan yang dikirim Cakra. Bahkan Cakra sudah menelepon nomor ponselnya, tapi tak juga dijawab.
Cakra kemudian mengedarkan pandangannya dan melihat Irene masih berada di tempat semula. Ia juga melihat teman Amara yang selalu bersamanya sudah ada di kantin.
Cakra lantas menghampirinya.
“Put, lo nggak sama Amara?”
Puti menoleh, sedikit terkejut. “Loh, gue kira Amara pergi sama lo. Tadi dia bilang mau keluar sebentar.”
“Keluar ke mana?”
“Dia nggak bilang sih,” jawabnya. “Udah lo coba hubungi?”
Cakra menggeleng. “Yaudah, thanks.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SIENNA
Novela JuvenilA story by nL. Bagian 2 ASKALIN | Spin Off Akan kubalas semua penderitaanmu, sekalipun aku harus melenyapkan mereka. • • • Berkisah tentang perjalanan hidup Sienna Tamora, gadis piatu yang memiliki tekad untuk membalas penderitaan ibunya di masa lal...