Angela menatap pria yang membawanya ke sebuah rumah itu dengan bingung. Angela ingin banyak bertanya, tapi baru tidak sengaja batuk saja sudah mendapat tatapan tajam. Angela hanya diam sambil berusaha menahan batuk dan tenang sepanjang jalan.
Angela terus memperhatikan pria yang membawanya dengan takut. Tapi hanya bisa diam. Pria itu juga tak berniat mengajaknya bicara sama sekali. Angela di bawa masuk ke sebuah kamar lalu di tinggalkan sendirian di sana. Angela mulai menangis ketakutan ketika pria itu sudah pergi lagi setelah mengunci Angela di kamar.
"Mama... Tolong aku... Mama... " lirih Angela memanggil mamanya yang jelas sia-sia.
Seperti biasa Angela menangis hingga terlelap. Meringkuk diatas tempat tidur besar sambil memegangi ranselnya hingga pagi. Pria yang membawanya pergi itu juga belum datang, Angela masih diam di kamar. Beruntung ada kamar mandinya jadi angela bisa pipis dan minum dari kran kamar mandi.
Habis ini mama datang terus kita pergi berdua, pikir Angela berpikir positif sambil berdiri di dekat jendela. Berjinjit melihat kondisi di luar. Begitu cerah, ada kolam ikannya, ada taman kecil juga. Angela ingin kesana melihat ikan dan mencium bunga-bunga di taman kecil itu. Nanti, nanti kalo mama datang aku bisa liat itu, Angela kembali menaruh harapan.
●●●
"Bagaimana Angela?" tanya Wulan pada kuasa hukumnya yang di minta untuk menyembunyikan Angela.
"Di rumahku, apa perlu di titipkan ke keluargamu? Aku bukan pengasuh anak-anak, aku juga tidak bisa selamanya menjaga anakmu... "
Wulan tak peduli lagi pada omongan kuasa hukumnya. Wulan tengah berpikir keras pada siapa ia bisa menitipkan Angela. Ia sempat ingin mengajak Angela untuk bersamanya di dalam tahanan, tapi publik mengetahuinya sebagai seorang janda dan tidak memiliki keturunan. Ingin di titipkan ke orang tuanya atau kakak-kakaknya, Wulan saja di usir oleh keluarganya sejak memilih untuk mempertahankan Angela. Mana mungkin keluarganya mau bertanggung jawab sementara waktu atas Angela.
"Aji. Bawa Angela ke rumah mas Aji. Dia punya istri yang baik, punya anak-anak juga. Mertuanya juga baik. Ku dengar istrinya juga punya om yang ga punya anak. Mungkin Angela bisa di titipkan di sana sementara waktu!" ucap Wulan senang dengan setitik harapannya.
Kuasa hukum Wulan meragukan keputusan Wulan. Mengingat Aji dan keluarganya juga ikut kena getah dari kasus korupsinya. Mana mungkin mereka mau menerima Angela untuk di titipkan di sana.
"Aku bakal tulis surat buat Nana, buat mas Aji. Tolong antarkan Angela kesana besok..."
"Kalau mereka tidak mau? Apa perlu ku titipkan ke panti asuhan?"
Wulan langsung menggebrak meja tak setuju. "Anakku itu cantik, baik, penurut, pintar. Aku ga mau anakku di adopsi orang lain kalo di titipkan di panti asuhan!" protes Wulan. "Ini kamu kasih ini ke siapa saja yang ada di rumahnya nanti. Pasti mereka mau jagain Angela. Aku yakin! Feelingku kuat!"
Wulan sebenarnya tak yakin bagaimana perasaan putri kecilnya itu sekarang. Wulan hanya ingin selalu menyembunyikannya agar putrinya tak terbebani apa-apa. Wulan juga sudah tak mau repot-repot merindukan Angela lagi setelah kuasa hukumnya pergi sesuai perintahnya. Bagi Wulan Angela adalah bebannya, beban terbesar dalam hidupnya yang tidak bisa di bagi dan tidak memberikan keuntungan apapun padanya.
"Dasar anak kecil merepotkan..." gumam Wulan sambil tersenyum senang dalam selnya membayangkan bila Angela akan punya teman dan di urus dengan baik oleh Nana.
Kuasa hukum Wulan kembali ke rumahnya lalu cepat-cepat menjemput Angela dan kembali membawanya pergi.
"Kita mau kemana?" tanya Angela dengan lembut.
"Titipin kamu ke tempat temannya mamamu. Kata mamamu kamu ga boleh nakal. Harus jadi anak baik di sana," jawab kuasa hukum Wulan yang sudah tak semenyeramkan sebelumnya.
Angela mengangguk paham. "Mamaku kemana?" tanya Angela lagi.
"Ada urusan," jawabnya singkat. Angela sudah tak berani mengajak kuasa hukum mamanya itu berbicara lagi. Rasanya semua sudah jelas, ia akan ganti pengasuh. Angela berharap mamanya membayar lebih mahal pada pengasuh baru kali ini agar ia dapat perlakuan sedikit lebih baik.
Sepanjang perjalanan yang lumayan jauh Angela sempat tertidur dan kembali terjaga ketika mobil mulai melambat lalu berhenti di depan sebuah rumah dengan gerbang tinggi yang membentengi. Kuasa hukum yang membawanya tiba-tiba turun dan langsung di sambut oleh seorang wanita muda di susul kedua anak laki-lakinya. Mereka berbincang, lalu koper Angela di bawa keluar.
Angela yang paham harus bagaimana langsung bersiap turun dan memakai sandalnya. Tak lama Angela di tarik keluar, tapi betapa terkejutnya Angela ketika kuasa hukum mamanya itu langsung memberikan amplop pada wanita muda yang ada di balik pagar sambil mendorongnya masuk secara paksa lalu pergi tanpa pamit. Tanpa bicara apa-apa, bahkan tak mengatakan sampai kapan ia harus di sini.
Wanita muda itu tampak bingung dengan kehadiran Angela, begitu pula dengan kedua anak laki-laki yang langsung mendekati Angela. Angela panik, apa lagi salah satu dari anak laki-laki itu tampak suka berkelahi karena memakai seragam karate. Angela takut kedua anak laki-laki itu akan berbuat buruk padanya. Angela langsung menangis ketakutan dan kebingungan.
"Eh, kamu jangan nangis. Siapa yang nakalin kamu? " tanya anak laki-laki yang memakai sragam karate yang jadi panik karena Angela menangis.
"Dia siapa ma? " tanya anak laki-laki yang tampak lebih besar pada wanita muda yang menerima kedatangan Angela.
"Anaknya tante baik, di titipin di sini..." jawab wanita muda itu dengan lembut lalu menggendong Angela masuk ke dalam di ikuti dua anak laki-lakinya yang membawakan barang-barang milik Angela. "Sudah gapapa jangan nangis. Cup, cup... Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Dragoste🦄 Cerita lanjutan dari My Baby Need A Daddy 🦄 Angela seorang gadis kecil yang di titipkan karena mamanya terjerat kasus korupsi dan harus mendekam di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya terpaksa tinggal di rumah Aji, mantan suami ma...