Bab 6 - Angela Sakit

274 18 3
                                    

Angela diam sambil sesekali mendesir sakit dan masih saja meneteskan airmata. Tangannya menggenggam ujung bajunya yang basah menahan sakit ketika keningnya di jahit. Ada dua belas jahitan terbagi dalam empat jahitan di bagian dalam dan delapan jahitan di bagian luar. Nana terus menemani Angela dengan segala rasa bersalah dan penyesalan teramat dalam.

Nana merasa sudah begitu egois, hanya karena mementingkan ego dan ketakutannya di tambah mengedepankan rasa cemburunya pada Wulan. Angela jadi korban. Padahal Alif dengan nalarnya sudah berusaha mencegah Nana dan Aji ketika ingin memulangkan Angela ke keluarganya.

Benar. Bila memang Wulan punya tempat lain untuk di tuju dengan aman, pasti Angela tidak bersamanya. Wulan sudah tak punya apa-apa lagi, di tinggalkan dan masih harus mendekam selama sepuluh tahun kedepan. Itu pun kalau tak ada penambahan masa tahanan, syukur-syukur kalau ada remisi masa tahanan. Hanya ia yang bisa Wulan percaya untuk menitipkan Angela.

Angela anak yang baik, tidak rewel, tidak susah makan, sangat patuh. Sebenarnya tak ada alasan memberatkan bila harus mengasuh Angela. Uang? Biaya hidup? Aji punya lebih dari cukup penghasilannya yang kerap ia potong untuk zakat dan sedekah ke panti asuhan. Bukan sesuatu yang memberatkan bila harus memberi sedikit uang untuk kehidupan Angela kedepannya selama menumpang. Anggap saja amal.

Aji kembali datang membawa baju ganti untuk Angela. Di bantu perawat dan Nana, Angela mengganti bajunya yang bersimbah darah. Perawat mengelap noda-noda darah yang ada di kulit Angela dengan hati-hati. Nana terdiam menatap tubuh Angela yang penuh bekas luka bahkan ada memar-memar yang belum sembuh pula. Nana makin merasa bersalah sudah berniat mengabaikan anak perempuan yang tinggal sebatang kara ini sendirian.

"Angela ini kenapa?" tanya Nana sambil menunjuk luka di pinggang Angela. Angela menggeleng sambil tersenyum. Nana menyentuh lukanya, Angela hanya meringis lalu menggeser tubuhnya agar Nana tak menyentuh lukanya. "Sakit?" Nana memastikan. Ini luka lama atau baru? Tapi apa iya yang tadi sampai luka seperti ini? Batin Nana terheran-heran.

Badan Angela lama-lama mulai menghangat. Dokter meresepkan obat tambahan yang langsung di tebus Aji sementara Nana membawa Angela untuk menunggu di mobil. Nana terus mendekap Angela dalam pangkuannya. Nana tak kuasa menahan air matanya, ia merasa bersalah, berdosa, dan jiwanya sebagai seorang ibu meronta-ronta tidak tega bila harus menelantarkan Angela, menambah beban gadis kecil tak berdosa itu.

"Angela, mama minta maaf ya... Mulai sekarang Angela tunggu mamanya Angela sama mama Nana ya..." ucap Nana yang di angguki pelan Angela.

Nana mulai menyadari kejanggalan pada Angela. Gadis kecil itu sudah begitu banyak mengalami trauma. Bahkan di pikir-pikir lagi, terakhir Angela banyak bersuara adalah saat ia datang. Menangis dan berkenalan, itu saja. Angela tidak pernah minta apa-apa, bahkan di supermarket juga tidak ikut mengambil jajan seperti Alif dan Ahmad. Jelas Angela cukup tau diri bila ia hanya menumpang.

Gadis kecil polos ini, apa yang sudah di laluinya? Kenapa banyak luka? Siapa yang bikin Angela jadi luka? Kesalahan apa yang di buat sampai ada luka di tubuhnya? Apa jatuh karena bermain? Rasanya Angela juga bukan anak yang seaktif itu hingga terluka. Angela pendiam dan penurut. Setidaknya untuk beberapa waktu ini. Tapi anak-anak bukan mahluk yang pintar menahan diri untuk berbasa-basi, anak-anak akan sangat cepat menunjukkan sikap aslinya. Nana terus bergelut dengan pikirannya.

"Kita carikan panti buat Angela?" tanya Aji sambil membawa seplastik obat untuk Angela.

Nana menggeleng. "Pulang saja Mas, kita jagain Angela aja..." pinta Nana yang masih mendekap Angela yang sudah terlelap.

"Kamu yakin?" tanya Aji ragu atas keputusan istrinya terlebih mereka sempat sepakat untuk menyingkirkan Angela.

Nana mengangguk. "Kasih Angela makan, pinjamin kamar tamu, ngajarin dia beberapa pelajaran dasar, sekolahin, beli baju, ajak dia belanja. Bukan hal yang terlalu mahal dan sulit. Gapapa aku mau jaga Angela."

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang