"Bol!! Sini bol!!" sesaat setelah guru keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, suara itu menggema di ruang kelas.Seorang gadis dengan kacamata minus tebal yang bertengger di hidungnya, berjalan menuju sang empunya suara. Bol alias cebol. Dirinya merasa terpanggil karna memang itu adalah panggilan khusus untuknya.
"Iya Jess? Ada perlu apa?" tanya nya hati-hati. Jesslyn Iskandar, gadis cantik yang berstatus sebagai cucu dari donatur terbesar di SMA Bhakti Husada. Siapa yang tak mengenalnya?
Jesslyn merogoh sakunya dan melempar sejumlah uang koin tepat di wajah gadis berkacamata itu. Naas memang.
Vania Arabella memang tak seberuntung kebanyakan orang. Dia bisa masuk ke salah satu sekolah ternama karna beruntung atas kecerdasannya dan mendapatkan beasiswa penuh. Banyak yang bilang namanya tak secantik rupanya. Hidupnya hanya dijadikan bahan tertawaan orang-orang.
"Bakso urat gak pake bihun, gak pake daun bawang, dan gak pake lama," imbuh Jesslyn sambil mengibaskan rambutnya. Sedangkan Vania lekas berjongkok untuk memungut koin yang berserakan di lantai.
Seorang lelaki berpostur tinggi menghampirinya, "gua bantuin ya, Va?" lelaki itu ikut berjongkok di sampingnya.
Vania berbalik menatap seorang lelaki bermata hazel terang. Sikapnya membuat hatinya berdesir hebat. Jantungnya berpacu tak karuan. Jarang sekali seorang Adrian Bhima Pangestu bersikap lembut padanya. Hal itu membuat Jesslyn pun kaget.
Kini mereka berdua menjadi pusat tontonan seisi kelas.
"Beib! Lu apa-apaan sih?" Jesslyn bersungut tak terima. Pasalnya mereka adalah couple devil yang ditakdirkan untuk membuat hidup Vania tidak tenang. Dan sekarang, mengapa lelaki ini jadi begitu baik pada Vania?
"Bantuin ngetawain maksudnya," sambung Adrian dengan gelak tawa yang kencang. "Ehh, cebol. Lu pasti baper kan? Ngaku lu."
Gelak tawa Adrian mengundang seisi kelas ikut tertawa. Vania hanya tertunduk malu merutuki kebodohannya. Gak mungkin lah Adrian suka sama lu, bodoh! Rutuknya dalam hati.
"ANJIR MUKANYA JADI MERAH GITU KARNA GUA BAPERIN!" seru Adrian semakin menjadi jadi dengan gelak tawa orang yang memenuhi kelas.
Setelah selesai memungut koin yang berserakan di lantai, Vania berlari keluar dari kelas. Tanpa dapat ia cegah, airmatanya lolos begitu saja. Ia mengusap pipinya yang sembab sambil terus berlari.
Gadis itu berlari kencang hingga tak sengaja menubruk seseorang. Kepalanya membentur dada bidang seorang lelaki yang menyampirkan almamater nya di bahu.
"Maaf," lirih Vania memberi anggukan kecil, kemudian kembali berlari melewati koridor menuju kantin.
Lelaki itu menatap aneh ke arah Vania yang berlari dan menghilang saat berbelok di ujung koridor.
Bukannya berlari ke arah kantin, Vania justru berbelok ke toilet yang sedang sepi. Ia memasuki salah satu bilik dan mengunci pintunya rapat.
Ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan bercermin menggunakan benda itu yang layarnya hitam. Ia menatap pantulan wajahnya dari layar ponselnya dengan hati yang teriris.
Ia akui wajahnya sangat jauh dari kata cantik. Tapi tidak bisakah satu orang saja manusia di bumi ini yang menghargai dirinya?
Jujur saja, jika Vania memiliki kuasa, ia tidak ingin memiliki wajah pucat dengan bintik kemerahan karna jerawat di wajahnya. Ia juga ingin memiliki tubuh yang tinggi semampai dengan lekuk badan yang ramping seperti wanita diluar sana.
Kalian salah jika berfikir Vania tidak bersyukur atas pemberian Tuhan. Ia sudah sangat bersyukur. Tapi jika kalian berada di posisinya yang tiap hari harus menerima caci maki atas dirinya dan diperlakukan seperti kacung, apa kalian sanggup?
Gadis itu tak mampu membendung airmatanya hingga bulir-bulir bening itu melesat melewati pipinya. Vania menangis tersedu di salah satu bilik toilet di sekolahnya yang sepi.
Vania sedikit tersentak karna ponselnya tiba-tiba bergetar dan layarnya berubah menjadi putih. Ada salah satu notifikasi dari aplikasi play store.
Temukan jodohmu di aplikasi Find Love dan mulai lah percakapan dengan pasangan pilihanmu untuk menjalin chemistry yang kuat!
Vania melenguh panjang, "Boro-boro mikirin pasangan, muka jelek kayak gini emang ada yang mau?" keluhnya dengan wajah nelangsa.
Seakan menjawab kerisauan Vania, ponselnya kembali bergetar dengan notifikasi yang sama dari play store.
Hei, jangan khawatir! Beauty cam hadir dengan berbagai macam filter menarik agar wajahmu terlihat cerah dan cantik!
Jempol Vania terasa gatal jika tidak menekan layar ponselnya. Ia memencet notifikasi itu dan mulai mendownload kedua aplikasi tersebut. Gadis itu menggigit bibir bawahnya risau saat melihat sekitar beberapa persen lagi agar aplikasi itu terinstall di ponselnya.
Ini mungkin terdengar aneh, tapi Vania menaruh harapan besar pada sebuah aplikasi ini untuk mengubah nasibnya. Setidaknya jika ia tidak bisa bahagia di kehidupan nyata, ia bisa mencari kebahagiaannya yang lain di dunia maya.
🍁🍁🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRTUAL
RomanceDia tahu, wajahnya jauh dari kata sempurna. Ia sadar, ia tak secantik gadis lainnya. Namun, salahkah jika Vania Arabella hanya menginginkan hidup selayaknya manusia? Ia dipandang rendah seperti binatang jalanan. Tak pernah ada kata-kata manis teruca...