Sepasang pemuda pemudi terlihat berjalan di tengah keramaian desa. Sang gadis terlihat merapatkan mantelnya, mencoba menghalangi angin dingin yang menerpa kulit mulusnya sementara sang pemuda sedari tadi terlihat gelisah, berkali kali memegang kepalanya sambil menatap sang gadis.
Hari mulai beranjak malam, namun tampaknya sang gadis masih belum berniat kembali ke rumah, matanya sibuk memandang keramaian sambil sesekali melempar senyum kecil. Matanya mengikuti sekelompok orang yang masuk ke dalam sebuah toko lalu beralih ke pemuda di sebelahnya. Tampaknya gadis itu mulai terusik dengan tingkah pemuda itu.
" Kau kenapa?" tanya gadis itu sambil memperhatikan pemuda itu yang sedikit tersentak karena pertanyaannya yang tiba tiba.
"Ah, tidak. Kau belum mau kembali ke penginapan, Temari?"
Gadis bernama Temari itu tampak sedikit berpikir, "Kenapa? Apa kau ada keperluan lain?" tanyanya pada sang pemuda.
"Sebenarnya hari ini keluargaku berencana makan malam bersama, jadi-"
" Kenapa kau tidak bilang dari tadi, Shikamaru? Pergilah, aku bisa kembali sendiri," ucap Temari memotong penjelasan pemuda itu.
"Kau yakin?"
Temari memutar bola matanya dengan bosan.
"Hei, aku bukan sekali dua kali datang ke Konoha. Aku bisa kembali ke penginapan bahkan dengan mata tertutup."
"Ah, baiklah kalau begitu. Maafkan aku," pamit Shikamaru lalu mulai melangkah ke arah berlawanan.
Setelah cukup jauh ia berbalik sekali lagi untuk memastikan keputusan Temari masih sama. Gadis itu mengangkat tangannya sebagai konfirmasi sambil tersenyum kecil. Setelah mendapat persetujuan, Shikamaru berbalik dan melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Berharap masih selamat dari amukan sang ibu karena terlambat pulang.
Temari menatap punggung Shikamaru sampai hilang dalam kerumunan.
" Hari ini dingin sekali," gumamnya sambil merapatkan jari jarinya dan meniup tangannya, berharap mampu mengurangi sedikit rasa dingin yang ada.
Sejenak kemudian, titik titik putih mulai memenuhi tanah. Temari mengangkat wajahnya dan menadahkan tangannya. Beberapa butir salju mendarat sempurna di telapak tangannya.
" Salju?"
Ini bukan pertama kalinya Temari melihat salju. Kali pertama ia melihat salju adalah saat usianya 6 tahun. Saat pertama kalinya ia dibawa oleh ayahnya untuk mengikuti misi di sebuah desa. Saat pertama kalinya ia melihat betapa cepat salju yang putih itu menjadi merah.
" Waktu itu juga bersalju seperti ini..."
Temari merapatkan mantelnya dan berjalan dengan tergesa gesa ke penginapan. Perasaannya buruk. Salju bukanlah pengalaman menyenangkan baginya. Tidak seperti orang kebanyakan, Temari tidak bisa mengasosiasikan salju dengan boneka salju, perang salju, atau kegiatan menyenangkan lainnya. Bagi Temari, salju hanya membawa udara dingin, membawa kembali kenangan yang berusaha ia kubur rapat rapat.
Temari tahu, malam itu akan menjadi malam yang panjang.
" Dari mana saja kau?"
Shikamaru baru saja sampai di depan pintu, belum sempat melepaskan alas kaki dan mantel penuh salju. Ibunya sudah berdiri di sana melipat kedua tangannya sambil menatapnya dengan tajam. Dari balik ibunya, Shikamaru bisa melihat ayahnya duduk di ruang tamu sambil menatapnya dengan iba. Shikamaru menghela napas.
" Aku baru saja menyelesaikan misiku, bu. Ujian Chuunin diselenggarakan sebenatar lagi, aku menjadi pemandu utusan dari desa Suna," ujarnya.
" Kau menjadi pemandu Temari?" tanya Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A drabble of Shikatema week
FanficKumpulan cerita oneshoot Shikatema A tribute to Shikatema week 2021