Chapter 1

17K 908 217
                                    

Layaknya sebuah kamera yang selalu mengabadikan setiap pose dan moment yang kau ciptakan, aku pun ingin menjadi salah satu dari moment itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Layaknya sebuah kamera yang selalu mengabadikan setiap pose dan moment yang kau ciptakan, aku pun ingin menjadi salah satu dari moment itu. Dan saat semesta mengatur pertemuan kita hingga tercipta sebuah untaian benang merah, hanya ada kau yang mengisi seluruh pikiran dan ruang hatiku

Dan bukankah sebuah kamera hanya akan fokus pada sebuah object saja? Maka aku pun sama! Dan jika sebuah kamera selalu mencari keindahan, maka...
Kau adalah sebuah keindahan
Seperti sebuah lensa, mata ini hanya focus dan tertuju padamu

╰☆☆ the Model ☆☆

Adalah seseorang yang sudah hampir tiga tahun ini menghabiskan waktunya ber-pose di depan sebuah lensa kamera. Ia terjun di dunia model saat berusia 17 tahun, ya, tentu saja itu semua karena hobinya berpose di depan kamera. Karena menurutnya ia sangat menyukai dirinya bahkan wajah ketika berpose menjadi orang lain saat sebuah kamera membidiknya.

Hasilnya, saat usianya masih tergolong muda, 20 tahun, kini ia menjadi seorang model dengan bayaran termahal. Jika ingin menjadikannya menjadi seorang model untuk salah satu produk, setidaknya harus menunggunya selama satu tahun waiting list. Sang manajer saja sampai terlihat kewalahan, bahkan sering menolak tawaran job untunya. Ia pun menjadi brand ambassador perusahaan milik ayahnya.

"Hufh! Ini adalah job terakhir sebelum aku liburan! Ayo, bekerja keraslah dan selesaikan semuanya dengan cepat..." monolognya saat ia mematut di depan cermin seraya merapikan kemeja yang ia kenakan.

Hari ini adalah pemotretannya terakhir dan adalah salah satu dari seluruh rangkaian jadwalnya selama satu tahun ini sebelum ia memutuskan untuk rehat sejenak dari kesibukannya dari dunia model. Setelah semuanya siap, ia pun berlalu dari sebuah kamar yang relatif cukup besar dengan cat di dominasi warna abu muda, dengan semua perabot yang simple dan terkesan minimalis. Dan tampak sebuah foto dirinya tepat di atas posisi kepala di atas ranjangnya.

"Aku boleh membawa mobil 'kan, Pi? Ini pemotretan terakhir, aku ingin pergi ke suatu tempat terlebih dulu," ucapnya. Ia duduk di salah satu kursi dari sederetan kursi makan di area pantri rumahnya.

"Bertemu temanmu lagi?"

"Hanya akan menonton film. Mereka mengajakku menonton film," balasnya.

"Jangan terlalu malam. Bukankah kau mengambil first flight besok?"

"Uuung!" Sosok itu mengangguk. Lalu ia pun menghabiskan menu sarapannya, seperti biasa: semangkuk salad, segelas orange juice, dan juga sekotak susu yang nanti akan ia teguk selama dalam perjalanan menuju lokasi pemotretannya. "Mom, Pi... aku berangkat dulu, OK?"

╰☆☆☆☆╮

Di sebuah studio, lebih tepatnya sebuah studio pemotretan tampak seorang yang tengah berdiri dengan beberapa pose seiring terdengarnya bunyi jepretan dari lensa kamera sang photografer. Sosok itu pun tampak sempurna dalam setiap posenya. Bahkan sang photografer jarang bahkan tidak memintanya untuk mengambil ulang setiap foto hasil bidikan lensa kameranya. Terlalu sempurnakah sosok itu?

THE MODELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang