"Nona bangunlah!! Sampai kapan anda ingin tidur di sana!?"
Ada seseorang yang memanggil namanya dari kejauhan.
"Nona Midlestone!"
Gadis itu merasakan kedua tangan dinginnya perlahan menghangat. Kepalanya berdenyut kala ia berusaha untuk membuka kedua netra miliknya yang terpejam itu. Tubuhnya pun terasa kaku, sama sekali tak dapat digerakkan.
"Nona, mohon bukalah kedua mata anda. Matahari sudah sangat terik tengah hari ini, waktunya untuk kembali ke Estat dan menyantap makan siang."
Seseorang yang disebut Nona itu akhirnya membuka mata. Sedikit menyipit karena berusaha menyesuaikan pantulan cahaya menyilaukan yang mengenai kedua lensanya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, apa yang terjadi? Mengapa ia tiba-tiba berbaring di bawah pohon buah persik? Bukankah tadi ia sedang duduk bersimpuh di atas bukit sembari menangis dan memeluk tubuh Leonidas yang berlumuran darah?
Langit terlihat berwarna biru cerah dan bersih dari gumpalan awan. Hamparan padang rumput yang hijau pun terasa menyegarkan mata. Tak ada lagi gelap yang menyelimuti Valderman, Ivanna seakan-akan telah terbangun dari mimpi buruknya.
Namun kejadian yang lalu bukanlah sebuah mimpi maupun halusinasi. Begitu pula saat ini, terasa begitu nyata dan hidup.
Cukup lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Ivanna pun tersentak kaget. Dengan seluruh tenaga yang tersisa ia berusaha bangkit, menghirup rakus oksigen untuk memenuhi paru-parunya yang terasa sesak. Sepasang lensa keabuannya yang tampak berkilau itu pun melotot sempurna, seakan tidak percaya dengan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Apakah Dewa Kehidupan itu benar-benar mengabulkan permintaannya?
"Nona, kepala anda akan pusing jika bangun dengan cepat seperti itu."
Ivanna menoleh. Dirinya tertegun kala menemukan sosok pelayan setianya, Lucy sedang duduk bersimpuh sembari menatapnya khawatir.
"Lucy?"
"Ya, Nona?"
"Kau, kau hidup?"
Lucy mengernyitkan keningnya tak paham. Kenapa Nonanya bersikap seperti ini? Tatapannya terlihat gugup, nada bicaranya juga terdengar parau.
"Apakah Nona mengalami mimpi buruk? Tentu saja saya hidup. Buktinya sekarang saya sedang berbicara dengan Nona."
Tangan Ivanna bergetar hebat. Ia terlihat linglung, apalagi ketika melihat Lucy yang tengah duduk di hadapannya sekarang. Ivanna masih ingat dengan jelas bagaimana gadis itu mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkannya dari kepungan prajurit pembelot yang memihak Eugene.
"Ini tahun berapa?"
"Y..ya?"
"Hari ini tanggal, bulan dan tahun berapa, Lucy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Second Chance
FantasyAksi pemberontakan berdarah yang dilakukan salah satu keturunan Kerajaan Valderman membuat Ivanna Midlestone harus menelan kenyataan pahit bahwa Leonidas Alexandre Walter, Sang Putera Mahkota telah mati dalam pelukannya. Namun, ada sebuah pilihan ya...