Aksi pemberontakan berdarah yang dilakukan salah satu keturunan Kerajaan Valderman membuat Ivanna Midlestone harus menelan kenyataan pahit bahwa Leonidas Alexandre Walter, Sang Putera Mahkota telah mati dalam pelukannya. Namun, ada sebuah pilihan ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sosok pria berpakaian rapi dengan mantel Kerajaan yang membalut tubuhnya turun dari sebuah kereta kuda didampingi seorang ajudan pribadi. Sore hari yang cukup berangin membuat udara dingin terasa menusuk, awan mendung yang berarak menutupi langit tampak mengisyaratkan bahwa hujan akan turun sebentar lagi.
Pria itu melirik ke arah kereta kuda yang terparkir tak jauh dari tempatnya, tampaknya ada yang mengunjungi Kuil Suci selain dirinya.
"Selamat sore, Putra Mahkota Valderman. Semoga kedamaian para Dewa menyertai Anda," beberapa Saintess yang menyambut lalu menunduk hormat untuk memberi salam. Leonidas Alexandre Walter hanya memberi sebuah anggukan singkat untuk membalas.
"Wakil Uskup Vasco, apakah ada yang beribadah selain diriku hari ini?" Tanya Leonidas. Mendengar itu, seorang Wakil Uskup bernama Vasco yang turut menyambut pun mengulas senyum lebar di wajahnya.
"Benar, Your Highness. Hari ini Kuil kedatangan tamu istimewa."
Leonidas Walter mengernyitkan dahi. "Siapa? Apakah itu anggota Kerajaan?"
"Nona Ivanna Midlestone, Your Highness. Hari ini untuk pertama kalinya, beliau datang untuk beribadah."
Mendengar sebuah nama yang sangat tak asing baginya itu, Leonidas Walter kontan membulatkan sepasang netranya. Reaksi yang benar-benar sama saat Robert dan Aldrich Midlestone pertama kali mendengar bahwa Ivanna ingin beribadah ke Kuil Suci.
"Ivanna? Ivanna Midlestone!?" Nada bicara Leonidas yang semula datar itu seketika meninggi. Tanpa menunggu Wakil Uskup menjawab, pria itu lantas berjalan memasuki kawasan Kuil dengan langkah tergesa-gesa.
Leonidas benar-benar menemukan Ivanna Midlestone di dalam sana, lengkap dengan Aldrich Midlestone dan beberapa Ksatria Phoenix. Gadis itu baru saja keluar dari kolam mata air pemurnian, surai biru gelap dan baju ritualnya yang putih bersih itu telah basah seutuhnya. Sedetik kemudian sorot mata keduanya bertemu, Leonidas terkejut karena wajah Ivanna tampak pucat pasi.
"Energinya terkuras habis karena tak pernah melakukan ritual pemurnian," Wakil Uskup Vasco yang berdiri tepat di belakang Leonidas kemudian menjelaskan. "Nona Ivanna benar-benar memiliki banyak dosa. Syukurlah mata air menerimanya, karena biar bagaimanapun ia adalah salah satu anak yang dititipkan kekuatan ajaib oleh Dewa."
"Pantas saja hari ini udara di sekitar Kuil cukup dingin," gumam Leonidas. Salah satu alisnya lalu terangkat tatkala melihat Ivanna yang berjalan pelan menghampirinya.
Ah, seharusnya ia tidak heran. Dimana ada Leonidas, disitulah ada Ivanna. Gadis itu ibarat sosok hantu yang selalu bergentayangan di sekitarnya.
"Kenapa kau malah kemari? Cepat ganti pakaianmu," jika lawan bicaranya adalah Ivanna, Leonidas Walter terkadang bersikap ketus dan ekspresi wajahnya sangat tidak bersahabat. Tak jarang pria itu memutar bola matanya setiap kali Ivanna menatapnya penuh harap.