[4] Aku Mau

194 26 11
                                    

HAPPY READING💚

Masih berada di depan pintu, keduanya hanya terdiam malu untuk mengutarakan apa yang sedang dirasakan. Namun pada akhrinya Reza mengalah dan memilih menyapa duluan.

"Apa kabarnya?"

"Baik." Gadis itu tersenyum malu sambil menunduk.

"Syukurlah."

Reza menatap gadis itu walaupun dia tidak menatapnya balik. "Nay, yang waktu itu—"

"K-kamu udah ditunggu di dalam."

Naya buru-buru masuk lagi tanpa mengajak Reza. Laki-laki itu pun segera menyusul dengan perasaan yang kembali gelisah.

Keluarga itu sudah berkumpul di salah satu ruangan dengan televisi yang menyala. Reza tersenyum, serta bersalaman pada Bian dan Rere.

Berharap Naya duduk di sampingnya, justru gadis itu memilih duduk bersama Alendra. Kecewa, tapi Reza tidak terlalu memperlihatkan itu.

"Maaf semuanya saya datang telat, tadi kejebak macet."

"Telat banget! Keputusan udah final, harusnya gak perlu datang tuh," celetuk Alendra sudah mendahului Rere yang ingin menjawab.

"Hee Ale... gak sopan kamu tuh ya!"

"Iya maaf." Cowok itu langsung tertunduk.

"Sebelumnya saya dan istri minta maaf kerena udah ganggu kegiatan kamu. Kami cuma mau menyelesaian masalah dan mencari kebenarannya," tutur Bian.

"Gak apa-apa Om, lagian saya juga gak lagi sibuk," jawab Reza.

"Jadi gini, saya dan istri baru tau dari Ale kalo Naya cerita tentang niat kamu. Kamu memangnya sudah siap ke tahap itu?"

Reza dengan kebingungannya langsung menoleh pada gadis itu, namun dia tetap saja tidak mau melihat ke arahnya.

"Insyaallah saya sudah niat lahir batin."

"Bagus kalo gitu. Kami memang bukan orang tua Naya yang berhak ikut campur. Tapi Naya sudah kami anggap anak sendiri, jadi yang kami inginkan hubungan kalian baik-baik aja," jelas Bian dengan tegas layaknya seorang Ayah sesungguhnya.

"Nay... Reza udah jawab jelas, sekarang gimana keputusan kamu?"

Gadis itu sedikit mendongakkan kepala demi melihat kekasihnya, benarkah dia seserius itu? Dan yang Naya lihat Reza memang tidak berbohong.

Naya pun mengangguk pelan. "A-aku mau."

Sebegitu bahagianya Reza hingga ia tidak bisa menahan perasaan saat ini. Ia tersenyum haru ketika Naya menjawab siap sambil menatap ke arahnya.

Bukan hanya laki-laki itu saja yang ikut bahagia, Bian dan Rere pun sama. Alendra? Luarnya saja memperlihatkan tampang biasa saja, ia sungguh bahagia ketika orang yang ia sayangi sebentar lagi akan mengakhiri hidup kelamnya.

"Lebih baik kalian bicara dulu sama pak Surya dan bu Sarah. Kalo udah tau kapan dilaksanakannya, tinggal bilang ke Mommy aja. Pokoknya masalah gedung, dekor, sama pakaian biar Mom yang tanggung."

"Mom—"

"Jangan nolak, Nay. Mommy sudah niat."

Naya lantas tersenyum. "Makasih Mom."

Tidak, dia bukan senang karena bisa semudah itu untuk pernikahannya. Namun Naya terharu karena ada orang yang dengan sukarela direpotkan untuk mengurus segalanya.

Bahkan mungkin orang tuanya saja tidak mau direpotkan untuk hal seperti itu.

"Dari Ale mau apa nih?" sindir Bian sambil terkekeh.

Thank You Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang