Pria itu memukul meja dengan kepalan tangannya karena merasa habis pikir. Dia merasa pusing karena beban kerja dan kehidupan pribadinya.
Dia tidak ingin keluarganya selalu turun tangan dalam mengurus putra kecilnya yang masih berusia 4 tahun. Meskipun keluarganya selalu bilang "tidak masalah!".
Rasanya tidak enak jika ini diteruskan. Ini sudah terjadi semenjak putranya berusia 3 bulan. Sebagai seorang pria yang berusaha menempuh karir sekaligus CEO, dia tidak boleh lengah demi menafkahi putra semata wayangnya.
Pria itu membenarkan papan nama berlapis emas yang tertulis "Rengoku Kyojuro" karena jadi miring. Helaan napas mulai keluar sebelum dia memijit batang hidungnya.
"Apa yang harus kulakukan?"
Sesekali Kyojuro melirik foto di sebelah lampu meja kerjanya. Disana terdapat dirinya bersama sang anak sedang bahagia menikmati keindahan pantai, hanya berdua. Dia tidak ingin putra semata wayangnya bertemu wanita itu, atau bisa dikatakan sebagai ibu kandungnya.
Sebentar lagi juga dia harus pergi untuk menjemput jagoan kecilnya di TK. Sudah mau jam 12 siang. Mungkin sebaiknya dia bersiap sekarang, karena akan lebih baik dia menunggu disana daripada tiba disaat putranya sudah keluar kelas lalu menunggu di taman bermain.
Kyojuro mulai melepaskan jas kantornya lalu mengambil kunci mobil berlogo "BMW" dari kantong celananya. Dia akan segera kembali dalam waktu satu jam lagi. Begitulah bentuk kesehariannya setiap hari senin sampai jumat.
Untungnya TK itu tidak terlalu jauh dari kantornya, jika naik kendaraan. Tinggal menunggu 30 menit lagi hingga bel berbunyi. Pria itu tersenyum begitu telah mendapati putranya sedang mewarnai lewat jendela.
Senyumannya begitu berharga baginya. Kenapa anak sepertinya harus menghadapi kenyataan ini?
Begitu bel akhirnya berbunyi, pria itu langsung bersiap menyambut putranya dengan ceria agar aura kebahagiaannya langsung terpancar. Anak-anak kecil langsung berlari keluar dengan riang gembira begitu pintu kelas dibuka oleh gurunya.
Suara-suara cilik mereka sangat menggemaskan dan membuat hari Kyojuro terang menderang. Tapi suara buah hati satu-satunya selalu menjadi nomor satu.
"Kinjuro!" Kyojuro langsung berjongkok dan memberi gestur mengajak berpelukan pada putranya yang baru keluar kelas, dan tersenyum lebar
"Daddyyy!" Anak itu langsung berlari dengan girang menuju ayahnya
Kyojuro langsung mengangkat dan agak berputar sedikit begitu Kinjuro sudah memeluknya. Sesekali dia mencium pipi si kecil itu. Anak itu terlihat membawa sebuah kertas, rupanya itu hasil karya yang dilihat olehnya tadi.
"Daddy lihat ini! Ini gambar Kin dan daddy gandengan" Anak itu menunjukkan hasil karyanya
Meskipun gambarnya masih agak kurang jelas, itu sudah cukup berarti bagi Kyojuro. Terdapat tulisan "I love Daddy" juga dibawahnya, itu pasti permintaan anak ini pada gurunya untuk menulis kata itu.
Pria itu tidak bisa berhenti tersenyum dan mencium putranya lagi karena gemas. Suara tawanya yang berharga itu harus dipertahankan! Kyojuro bersyukur fisik putra semata wayangnya dominan ke dirinya semua. Gen kuat keluarga Rengoku ternyata tidak begitu buruk.
Inilah hal yang tidak disukai olehnya, meninggalkan putranya sendirian lagi dirumah, walaupun ada adiknya yang kebetulan memiliki waktu luang.
"Maaf merepotkanmu Senjuro" Kyojuro tersenyum sedih pada adiknya
"Tidak apa-apa kak, yang terpenting Kinjuro tidak kesepian dan ada yang menjaganya" Senjuro tersenyum
"Yok nak sama paman, daddy mau kembali kerja" Kyojuro menatap putranya yang terlihat menggenggam tangannya sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
The Babysitter(Dilf Rengoku Kyojuro x FemReader)
Fanfiction#Book ke-4 author {Modern AU} Seorang CEO muda yang juga seorang duda kebingungan mencari cara agar ada yang bisa mengasuh dan tidak membuat putra kecilnya kesepian lagi dirumah. Kemudian rekannya memberi saran padanya, sebagai solusi. Namun siapa s...