PERINGATAN;
Kejadian yang tertulis murni buatan, bukan kejadian nyata.
.
.
.Chapter 3 | Declined
-:-
Sebelah sudut bibir Hyeongjun tertarik ke atas usai Jungsu membacakan hasil akhir soal konsep debut mereka. Setelah melalui serangkaian perdebatan panas antara Seungmin dan Gun-Il yang kekeuh mempertahankan saran dari Jiseok, akhirnya mereka mencapai satu keputusan. Meski sebenarnya, Seungmin benar-benar tak terima.
Happy death day, katanya. Sumpah, Seungmin tidak suka. Dan yang paling membuatnya tidak suka, semua anggota yang lain menyetujuinya. Seungmin merasa tidak dihargai. Di sini, usulnya sama sekali tak ditanggapi.
"Setuju. Gue udah muak sama semua hal soal self-love ataupun healing," Hyeongjun angkat bicara setelah cukup lama terdiam mendengar perdebatan di depan mata, mendecih singkat sebelum berkata dengan menatap satu-persatu pemuda yang kini duduk mengelilingi meja. "bullshit."
"Nah!" Kali ini Jiseok berseru. Tangannya tak tinggal diam, ikut menjentikkan jari dengan heboh. Seheboh seruannya yang menyetujui kalimat Hyeongjun.
Tanpa aba-aba, Seungmin main bangkit berdiri sambil menggebrak meja. Membuat beberapa pemuda yang mengelilingi permukaan bulat itu terlonjak bersamaan. "Jatohnya mancing orang buat suicide, anjing. Gila ya lo pada."
"Setiap orang punya cara pandang yang beda-beda, Seung." Hyeongjun masih santai, membalas perkataan Seungmin yang saat ini terlihat berapi-api. "Tinggal merekanya aja mau mandang lagu kita gimana ke depannya."
"Gue setuju sama Hyeongjun!" Jooyeon, sang maknae yang sedari tadi hanya menganga dengan netra mengerling polos, sekonyong-konyong menyahut dengan telunjuk mengarah ke udara. "Mungkin Jungsu hyung bisa nge-modif tuh lagu biar gak dark-dark amat kayak judulnya."
"Dibikin semacam hard rock kali, ya?" Sahut Jiseok yang mendapat anggukan singkat dari Jungsu.
"Boleh tuh."
Masih dengan posisinya yang tak ubah dari dua menit lalu—berdiri dengan kedua tangan melekat di atas meja, Seungmin menatap kelima pemuda itu tak percaya. Mereka terlihat tenang berkomentar, melupakan presensi Seungmin seolah-olah pemuda itu hanyalah pajangan yang dipaksa untuk ikut menyaksikan rapat.
"Terserah lo pada aja, lah! Capek gue."
Selanjutnya, suara gebrakan pintu yang ditutup paksa oleh Seungmin menjadi penutup diskusi panjang mereka. Semua menolehkan kepala, terbersit sedikit perasaan bersalah karena telah menolak saran Seungmin mentah-mentah. Jungsu yang paling merasa, pemuda itu lantas bangkit dan berlari mengejar Seungmin. Mengacuhkan teriakan Jooyeon yang bertanya ia akan kemana.
-:-
Gemericik air terdengar merdu tepat setelah sebuah batu dilempar ke dalam kolam. Pelakunya, tak lain tak bukan, adalah Seungmin yang saat ini tengah duduk dengan kaki menggantung di tepi danau kecil buatan di sudut kota. Pemuda itu menghela napas, nampak kabut tipis-tipis mencuat dari lubang hidung dan mulutnya yang menghiasi udara dingin malam ini.
Jika ditanya apakah dirinya baik-baik saja, bohong kalau Seungmin menjawab iya. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Terserah, silahkan cemooh Seungmin sepuasnya, katakan jika pemuda itu egois atau apalah. Seungmin memang egois, ia ingin pendapatnya diakui. Tapi, ini bukan hanya tentang dirinya. Ini tentang semua orang yang nantinya akan mendengar lagu mereka. Happy death day? Jadi, mereka akan menyelamati orang-orang yang baru saja kehilangan? Hah, lucu.
Tanpa sadar, Seungmin tertawa sarkas. Kembali meraih batu-batu kecil yang teronggok di sebelah kakinya untuk ia lempar kembali ke dalam danau hingga menimbulkan suara gemericik yang menenangkan.
"Waras kagak nih ketawa sendirian?"
Pergerakan tangan Seungmin yang hendak melempar batu spontan terhenti di udara. Pemuda itu terhenyak, refleks menoleh ke asal suara dan mendapati sosok Jungsu tersenyum tipis seraya berjalan santai ke arahnya.
"Ngapain lo? Ngikutin gue? Stalker lo?" Tuding Seungmin, mimik wajahnya nampak betul jika pemuda itu tak suka dengan kehadiran Jungsu yang tiba-tiba. Sepasang alisnya menukik tajam, bibirnya mengerucut, serta sudut mata berkedut samar.
"Ogah gue stalker-in elo." Jungsu membalas dengan santai, sesantai dirinya yang ikut mendudukkan diri tepat di sebelah Seungmin yang saat ini kembali melakukan aktivitas sebelum pemuda Kim datang menghampiri; melempar batu ke dalam danau.
Jungsu menoleh, spontan menahan tawa begitu melihat wajah lucu Seungmin manakala pemuda yang setahun lebih muda darinya itu mengerucutkan bibir kesal. Aksi pandangnya hanya bertahan selama lima detik, setelah itu, Jungsu kembali menatap ke depan dan ikut melempar batu bersama Seungmin.
"Lo tau, Seung?"
"Gak tau, dan gak mau tau."
Alih-alih marah sebab Seungmin menyela pembicaraannya, Jungsu justru terkekeh geli. Satu tangannya kembali meraih batu kecil yang teronggok tepat di sebelah paha, sebelum ia lempar begitu jauh ke dalam air hingga menciptakan riak-riak kecil. "Kadang lo cuma butuh waktu buat mengerti keadaan." Katanya tenang. "Soal sudut pandang kayak yang Hyeongjun omongin tadi mungkin terdengar klise. Tapi,"
Nampaknya Jungsu sengaja menggantung kalimatnya. Secara tak langsung membuat Seungmin bergeming dengan satu tangan terhenti di udara, menunda aksi lempar batu demi mendengar kata-kata yang selanjutnya terlontar dari mulut Jungsu.
"Ngeliat dari sudut pandang yang berbeda itu penting, Seung. Orang gak bakal mandang lo sebagai orang yang egois."
Hening mendominasi. Seungmin lantas menurunkan tangannya perlahan, menggenggam batu yang belum sempat ia lempar dengan rapat. Ia menoleh, menatap Jungsu yang seolah tak lelah tersenyum sedari tadi, dengan rahang mengeras. Sampai satu pertanyaan lolos begitu saja, melenyapkan senyum Jungsu menjadi sebuah ekspresi yang kecut.
"Jadi, maksud lo gue egois, hyung?"
Bujuk dah, salah ngomong gue kayaknya. Batin Jungsu merana.
:-:

KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Death Day - Xdinary Heroes
FanfictionWait for your death day, baby. - I'll see you. Hanya ada satu pertanyaan yang tersemat, siapa orang gila yang berulah? Gun-Il, Jungsu, Jiseok, Seungmin, Hyeongjun, dan Jooyeon harus menemukan jawabannya sebelum terlambat. Sebelum mereka gagal debut...