"Ferdinan anak papa dan tante Rossa, sedangkan aku cuma lahir dari orangtua yang di jodohin"
Ucap Zaen pelan sambil menatap jauh kedepan danau, kini mereka hanya duduk beralaskan rumput.
"Lo tau perjodohan kan Ge, sama aja dengan paksaan dan aku lahir dari keterpaksaan itu"
"Zaen..."
Gea menoleh namun tatapan Zaen masih lurus kedepan sana, ia tak tau bagaimana harus menyikapi keadaan ini, ia terlalu membenci semuanya.
"Dulu...aku selalu bertanya-tanya kenapa papa sama mama ninggalin aku gitu aja, ada apa sampai mereka nggak pernah sekalipun datangin aku dan kapan papa sama mama pulang?"
Suara Zaen terdengar bergetar karena menahan tangis, Gea hanya diam tanpa bisa mengatakan apapun.
"Aku selalu berusaha cari tau dimana papa sama mama, aku selalu berpikir mereka cuma cari uang sebanyak mungkin biar suatu hari bisa berkumpul sama aku, aku selalu yakin suatu hari akan berkumpul lagi sama mereka, tapi..."
Zaen menjeda, ucapannya kian menusuk relung hati Gea yang hanya bisa mendengarkan keluhan hati cowok itu.
"Sekarang aku tau alasan kenapa papa sama mama ninggalin aku gitu aja, karena aku bukan anak yang mereka inginkan, aku cuma..."
Zaen memejam matanya kuat, ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya, terlalu banyak kenyataan pahit tentang dirinya yang ia benci.
"Aku benci papa sama mama Ge"
Ucap Zaen akhirnya, hanya kata-kata itu yang lagi-lagi dapat mewakili perasaannya, mewakili hatinya yang hancur dan perasaanya yang selalu terluka.
Gea diam, sambil menatap lekat mata hitam pekat milik Zaen yang selama ini sangat lihai menyembunyikan masalahnya, menyembunyikan perasaannya bersama kesepian.
***
"Ge kemaren lo kemana kok nggak keliatan?"
Tanya Sea bingung di koridor yang mulai ramai, karena di detik-detik terakhir permainan Zaen dan Gea tiba-tiba saja menghilang.
"Gue tiba-tiba pusing makanya minta di anterin pulang sama Zaen"
Dusta Gea, sambil menatap Sea dan Vania yang berjalan mengapit dirinya secara bergantian.
"Oh"
Vania mengangguk mengerti.
"Sekarang lo udah nggak apa-apa kan?"
Tanya Sea khawatir, Gea mengangguk sambil tersenyum.
"Udah nggak apa-apa kok"
"Syukur deh lo nggak apa-apa, eh Van cowok lo mana?"
Sea tampak penasaran yang membuat Vania malas.
"Kalau ada lo risih giliran nggak ada di cariin, kenapa lo mulai naksir sama cowok gue?"
Tanya Vania berpura-pura sinis yang membuat Gea terkekeh sedangkan Sea malah tersenyum jahil.
"Kayaknya gue emang mulai naksir deh sama cowok lo"
"SEA"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEN
Teen FictionCerita hidup seorang cowok kaya yang hidup penuh kemewahan, dengan wajah tampan dan kecerdasan luar biasa namun masih belum merasakan keadilan di hidupnya hingga bertemu dengan seorang gadis pindahan yang sinis yang membuatnya merasa tertantang dan...