"Zaen"
Zaen menoleh cepat, tarikannya pada baju Ferdinan yang sudah terkulai lemah melonggar, Gea menggeleng pelan tak percaya apa yang sekarang ia lihat, bagaimana bisa Zaen kembali menjadi orang yang seperti sekarang.
"Apa-apaan ini"
Ucap pak Haris yang baru datang di ikuti beberapa anggota tim bola lain yang menatap tak percaya apa yang mereka lihat.
Zaen menatap bingung orang-orang di depannya, ia bingung harus mengatakan apa sekarang? Tampaknya keadaan sekarang tak akan bisa mengubah apapun hanya dengan apa yang ia katakan.
"Zaen, ikut bapak ke ruang bp"
"Pak, bukan saya yang mulai"
"Ke ruang bp"
Ulang pak Haris berjalan meninggalkan kerumunan kecil itu, Zaen menghempas napas kesal.
Gea berjalan pelan mendekat kearahnya, dengan tatapan aneh yang sedari tadi ia perlihatkan.
"Ge, bukan gue yang mulai_"
Ucapannya terhenti saat Gea berhenti di depannya dengan tatapan tajam.
"Elo atau bukan intinya cuma satu, gue udah pernah bilang sama lo gue nggak suka lo dikit-dikit main kekerasan, gue kecewa sama lo"
"Ge_"
Gea mengibas kasar saat ia berusaha menahan cewek itu untuk mencoba menjelaskan kebodohannya, namun tampaknya Gea tak perduli.
Zaen memutar tubuhnya menatap Gea yang sedang menepuk pelan pipi Ferdinan dengan penuh khawatir, ia menundukkan kepalanya sambil memejam matanya sejenak.
Apa yang telah ia lakukan? Semua ini sungguh sebuah kebodohan.
Zaen melangkah pelan meninggalkan lapangan, tidak ia perdulikan tatapan setiap orang disana, ia hanya takut Gea berpikir bahwa dirinya orang yang selalu menyelesaikan semuanya dengan kekasaran.
***
Ferdinan membuka matanya pelan, kepalanya masih terasa sedikit pusing dan sudut bibirnya yang terasa berdenyut. Gea menatap cowok itu khawatir bersama beberapa temannya yang lain.
"Fer"
Ferdinan bangun dan duduk di tempatnya dengan bantuan Gea, walau bibirnya terasa berdenyut namun ia menyungginkan senyuman kecil, mendapat perhatian dari orang yang ia suka tentu membuatnya senang.
"Fer, lo kenapa bisa di hajar gitu? Apa perlu gue kasi Zaen pelajaran?"
Tanya Rendi dengan nada kesal, tatapan cowok itu tampak di penuhi amarah.
"Zaen?"
Ulang Ferdinan bingung, apa hubungannya dengan Zaen?
"Iya Fer, tu anak emang harus kita kasi pelajaran"
Ferdinan diam menatap Rendi lama, Zaen? Kenapa bisa Zaen.
"Lo nggak tau kalau yang gebukin lo sampai kaya gini, Zaen?"
Tanya salah satu temannya, Ferdinan menggeleng pelan, Gea menunduk ia sangat kesal mengingat Zaen bisa sekasar itu.
"Pengecut banget si tu orang, emang harus di kasi pelajaran dia"
Ucap Rendi lagi-lagi dengan tatapan tajam siap menerkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEN
Novela JuvenilCerita hidup seorang cowok kaya yang hidup penuh kemewahan, dengan wajah tampan dan kecerdasan luar biasa namun masih belum merasakan keadilan di hidupnya hingga bertemu dengan seorang gadis pindahan yang sinis yang membuatnya merasa tertantang dan...