Vania menatap malas Ferdinan yang duduk di kursi dekat brangkar, sejak om Andrans pulang untuk mengambil pakaian, Ferdinan bersikap seperti seorang pacar. Reyan yang melihat reaksi aneh kekasihnya menyenggol pelan pergelangan cewek itu.
"Biasa aja dong liatnya, aku cemburu"
Bisik Reyan dengan jahil yang membuat Vania menatapnya kesal.
"Tu orang kegatelan banget tau nggak dia pikir dia siapa? Zaen juga lama banget sih, udah seharian nggak bisa di hubungin sekalinya bisa malah ngaret"
Balas Vania ikut berbisik walau sebanarnya ia tak peduli jika Ferdinan mendengar.
Terdengar seseorang membuka pintu, muncullah Zaen yang terlihat khawatir dengan napas yang ngos-ngosan.
"Zaen lo lama banget si?"
Ucap Vania beranjak dari duduknya menatap kedatangan Zaen, Reyan ikut berdiri.
"Gea kenapa?"
Tanya nya khawatir lalu mendekat kearah brangkar di ikuti oleh Vania dan Reyan.
"Gea terjebak di gudang yang terbakar, dia menghirup banyak asap"
Jelas Vania, Zaen mengelus pelan pucuk kepala cewek itu yang masih tertidur.
"Kemana aja lo, hah?"
Ujar Ferdinan beranjak dari duduknya yang berseberangan dengan Zaen, Zaen menatap Ferdinan dengan masih diam.
"Gea hampir celaka hari ini dan lo ngilang ntah kemana, kalau lo nggak bisa jagain Gea biar gue yang jagain. Lo cuma bisa jadi pacar yang sok manis di depan semua orang"
Zaen menatap Ferdinan tajam, kenapa Ferdinan selalu saja berusaha untuk mencari masalah dengannya?
"Lo nggak tau apa-apa jadi nggak usah ikut campur"
Jawab Zaen dengan sinis, namun Ferdinan terkekeh licik.
"Lo yang nggak tau apa-apa, lo_"
"Zaen, Ferdinan stop! Gea lagi istirahat bisa kan kalian berdua nggak ribut disini"
Vania angkat suara sambil menatap keduanya secara bergantian.
Ferdinan menghempas napas kesal lalu menarik Zaen keluar dari ruangan itu.Zaen menatap Ferdinan tajam karena mereka sudah berada di taman rumah sakit, Ferdinan pun melakukan hal yang sama.
"Lo benar-benar brengsek tau nggak"
"Atas dasar apa lo berani bilang gue kayak gitu?"
Ferdinan terkekeh sambil menatap ke arah lain sekilas lalu kembali menatap ke arah Zaen.
"Lo lupa darah perebut yang ngalir di tubuh lo"
Ferdinan mendorong bahu Zaen menggunakan telunjuknya.
"Lo... seharusnya malu sama gue, setelah lo rebut Gea dari gue, lo malah sia-siain Gea, disaat Gea dalam bahaya malah gue yang ada buat selamatin dia, lah elo yang katanya pacar itu kemana aja, sibuk godain cewek lain? Nggak berguna banget lo jadi cowok"
Ferdinan menekan kata pacar yang membuat Zaen sedikit merasa kesal, ntah sampai kapan Ferdinan akan selalu memusuhinya seperti ini.
"Nyokap gue bukan perebut, jadi berhenti manggil gue perebut"
"Kalau bukan perebut seharusnya gue panggil apa nyokap lo? Wanita murahan yang perayu kekasih orang lain?"
Zaen terkekeh pelan sambil menatap Ferdinan tajam ia tersenyum miring.
"Lo salah, di hadapan semua orang nyokap dan bokap gue emang menikah melalui perjodohan, tapi nyatanya sejak awal mereka memang sudah memilih satu sama lain. Sempat terpisah karena pendidikan nyokap setelah SMA dan disaat itulah nyokap lo datang"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEN
Teen FictionCerita hidup seorang cowok kaya yang hidup penuh kemewahan, dengan wajah tampan dan kecerdasan luar biasa namun masih belum merasakan keadilan di hidupnya hingga bertemu dengan seorang gadis pindahan yang sinis yang membuatnya merasa tertantang dan...