Part 3 Bully

12 3 3
                                    

Zaen berhenti di lapangan basket, saat cewek berambut ikal sebahu menghampirinya.

Tatapan cewek itu tampak seakan ingin menerkamnya, Karine Addeliyana atau kerap di sapa Ririn, cewek yang hampir tiga minggu lalu resmi menjadi pacar seorang Zaen yang populer abis di SMA Nusa Bakti.

"Maksud video itu apa? benar kamu sebenarnya pacaran sama cewek itu? "

Zaen sangat malas meladeni bocah ingusan ini sebenarnya, namun saat ini otaknya mampu berpikir jernih seperti biasa, ingin saja ia langsung minta putus pada Ririn, tapi bukan kah itu terlalu cepat? berarti Zaen membenarkan video yang sudah tersebar tadi malam, dan ia yakin Gea akan dalam masalah? Dia tau siapa Ririn? Cewek kasar yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan dengan menghalalkan segala cara.

"Itu salah paham, aku nggak suka cewek kaya gitu"

Elak Zaen dengan mulut manisnya, namun Ririn nampaknya masih belum puas, ia masih menatap pria itu penuh intograsi.

"Ngga suka? tapi sampai akrab banget sama bokapnya? "

Ujar Ririn dengan nada tegas, suara kelicikan gadis itu bahkan terdengar jelas di pendengaran Zaen.

"Nggak Rin, aku cuman basa basi, itu aja"

"Nggak usah ngelak Zaen, aku tau kamu kaya apa? Kamu mau deketin dia dan ninggalin aku kan? "

Zaen menatap cewek itu lama, bingung harus bagaimana lagi menghadapi sikap manja seorang Ririn.

"Rin, nggak usah childish deh. Udah ya aku ada urusan"

Zaen langsung berlari meninggalkan nya begitu saja yang membuat Ririn kesal. Tak ada satu pun cowok yang berani meninggalkannya saat ia masih berbicara, namun Zaen benar-benar membuatnya emosi.

***

Gea mengerutkan dahinya bingung, saat melihat Zaen yang sedang berbungkuk di depan sana kedua tangannya ia letakkan di kedua lutut, sebagai penopang tubuhnya. Sambil terengah-engah perlahan pria itu menarik napas.

"Ge, lo nggak apa-apa kan? "

Gea tak menjawab, ia masih kesal dengan kelakuan Zaen, dua hari yang lalu sok baik di depan papanya dan sekarang tiba-tiba bertanya hal yang nggak penting begini?
Nggak ada kapok-kapoknya cowok ini modus pikirnya.

Gea melangkah tak menghiraukan Zaen, namun cowok itu malah menahannya. Gea menatap cowok itu kesal, namun ada yang aneh dengan tatapan Zaen kali ini ada apa dengan pria gila ini?

"Jawab gue Gea, lo nggak apa-apa 'kan? ngga ada yang gangguin lo 'kan? "

Gea di buat bingung setengah sadar oleh Zaen yang ntah mengapa menjadi seaneh ini, Gea mengibas cengkraman Zaen di tangannya.

"Cuma elo satu-satunya orang yang suka gangguin gue"

Gea langsung melangkah pergi, bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu dan Zaen malah berulah yang membuatnya semakin telat.

kalau mau bolos jangan libatin yang lain dong.

***

Zaen menyeka sudut bibirnya yang berdarah, rambutnya yang acak-acakan menutupi mata yang menatap tajam lawannya.

"Zaen bapak sudah muak setiap ada yang berantem selalu saja kamu yang bapak lihat"

Ucap pak Rio, Zaen mengibas rambut nya, kata-kata bad boy sangat cocok untuknya sekarang.

Ntah sejak kapan area belakang sekolah yang selalu sepi kini ramai bagai pasar. Zaen mengabaikan ucapan pak Rio yang Zaen sendiri tak mendengar jelas apa yang di ucapkan gurunya itu, Zaen malah fokus pada sekelilingnya, ia melihat Vania yang menatapnya dengan tajam, tangan cewek itu mengibas lehernya sendiri seolah-olah itu adalah ancaman untuk Zaen, di sebelah sepupunya itu berdiri ada Gea yang menatapnya ngeri, Zaen malah tersenyum ke arah Gea yang langsung membuang muka.

ZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang