SELAMAT DATANG,
CINTA.[ i. ]
Cinta itu seni, abstrak yang indah.
Setiap makhluk yang terlibat akan melihat warna-warna yang tertoreh.
Tiap-tiap yang jatuh cinta adalah pelukis, yang 'kan memutuskan warna apa saja yang akan mereka torehkan pada kanvas mencinta.
Kendati begitu, kanvas mencinta pun mampu hancur; apabila sang pelukis sulit untuk mengerti abstraknya seni cinta.
Helaan napas berat mengusik senyap, terdengar kacau balau seiring asanya putus.
Kemudian, netra teduh menyorot remang ke arah sosok yang duduk berhadapan dengan bersidekap.
"Aku nggak tahu," katanya cemas.
Sosok yang semula bersidekap, beralih untuk meletakkan tangannya di atas marmer wastafel.
"Mau sampai kapan?"
Bibirnya berkedut, jantungnya memompa berlipat kali, dadanya terasa sesak hingga ia merasakan kedua matanya memanas.
"Aku nggak tahu.."
"Raya.."
"Aku nggak bisa, kak Fanny!"
Bahunya merosot lemas kala bulir-bulir air yang sempat menggenang pada pelupuk mata, turun melewati kedua pipi Raya yang memerah.
Fanny membuang napas, sudah satu jam ia duduk berunding dengan Raya untuk meminta pengertian yang tak kunjung ia dapat.
"Ray, nggak ada yang perlu kamu takutin. Dia baik, dia pengen kenal lebih jauh sama kamu," ujar Fanny pelan, tangannya bergerak meraih bahu Raya untuk dielus pelan.
Raya berkaca-kaca ketika Fanny masih menatap sendu.
"Coba dulu ya, Ray?"
Raya menaikkan pandangnya,
"Gimana kalo gagal?"
Fanny hanya terkekeh.
"Belum dicoba loh, Raya.."
___
"Hai.."
Raya tersenyum kikuk, menarik pelan kursi yang semula merapat pada meja untuk mendudukkan diri.
Sosok di hadapan Raya pun tersenyum ceria, terlihat dari bagaimana kedua mata besarnya itu melengkung ke atas sementara kedua pipi ikut terangkat.
"Maaf karena tiba-tiba ninggalin kamu, Nayundra."
Nayundra, sosok yang berseberangan dengan Raya, sontak merapatkan bibirnya; menahan diri untuk tak berujar hal yang mampu menyebabkan Raya tak nyaman.
"Nggak apa, Raya. Aku juga terlalu cepat bahas hubungan kita ke tahap yang lebih serius padahal belum setahun kita kenal. Maaf, Raya."
Nayundra menaikkan pandangannya, mendapati sosok Raya yang terlihat memperhatikan sepiring kue yang belum sempat tersentuh karena reflek melarikan dirinya tadi.
Senyum tipis mengembang pada bibir ranum Nayundra.
"Raya?"
Raya hanya mengangguk pelan, mengangkat garpu yang terletak di samping kue; mengiris kue itu sepotong demi sepotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Mencinta • 2Shin ✓
FanfictionRaya dan keras kepalanya pun tak mampu taklukkan kehendak semesta. copyright: 2022, written by applefalls