JANGAN MENYERAH,
CINTA.[ vi. ]
Hari demi hari berlalu, Raya tak lagi berdiri di balik bayang kelam menikam seperti hari lalu.
Raya telah kembali melangkah, memutuskan untuk melanjutkan prosesnya dalam menyentuh kanvas mencinta seperti yang seharusnya.
Raya telah mulai melanjutkan sketsanya dengan pensil; menorehkan garis demi garis di atas kanvas resik itu, bersama dengan Nayundra di sisinya.
Melukis hari baru pada kanvas kehidupan yang tak tahu kapan akan berhenti diperbaharui oleh pemilik khalik langit dan bumi.
Bersama Nayundra, tak ada hari yang benar-benar berat bagi Raya. Tak ada lagi hari kosong dan sunyi, setiap hari terasa ramai dan hidup.
Benak Raya tak lagi bergemuruh, untuk kali pertama seumur hidupnya, berkat hadir Nayundra.
Sejak sore itu, Nayundra masih terus datang, masih dengan membawa banyak hal yang dijumpainya untuk diberi kepada Raya, dan Raya akan tetap membukakan pintu yang sama untuknya.
Memberikan Nayundra haknya untuk mendapatkan kembali rasa yang tak sengaja ia lepas, memperbaiki kegagalannya, mengobati masa lalunya melalui Raya.
Namun, Raya masih tetap sama.
Masih diam, masih defensif, masih takut tersakiti meski Nayundra telah berhasil membuktikan tulus hatinya.
Begitu pula Nayundra, masih sama. Tak pernah memaksa Raya untuk menceritakan keluh kesahnya.
Nayundra hanya ingin ada untuk Raya, dan tampaknya cukup bagi Nayundra yang haus untuk mengobati batin dari masa lalu.
Tepat sekali, seperti Raya.
Raya tak tahu apa yang benar-benar terjadi dalam hidup Nayundra, apa yang menyebabkan luka mendalam pada jiwanya yang putih dan tulus.
Karena sejujurnya, Raya hanya tahu cangkang masa lalu Nayundra melalui Windi dan Gisela.
Raya belum cukup nyali 'tuk bertanya kepada Nayundra perihal masa lalu, tidak di saat Raya belum siap menceritakan miliknya.
Raya ingin hubungan mereka saling berbagi dan bertukar kasih yang seimbang, bukan sekedar mendapat dari Nayundra tanpa mengembalikan.
Tapi, Raya belum mampu menukar segalanya yang Nayundra beri untuknya. Belum mampu menukar kebesaran hati Nayundra untuk tak ingkar janjinya.
Nayundra tak memaksanya bicara.
Nayundra tak memaksanya merasa.
Nayundra tak memaksanya paham.
Nayundra pun tak ingkar janji.
Raya sudah jelas soalnya; sejak pertama kali Nayundra menatapnya dengan seutas senyum hangat di dekat taman kampus suatu sore di bulan April, saat hari gerimis dan Raya terjebak diantaranya.
Tak membawa apapun selain diri dan gerutu karena semesta tak mau mendengar permohonannya untuk tak menurunkan tangisnya sore itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Mencinta • 2Shin ✓
FanfictionRaya dan keras kepalanya pun tak mampu taklukkan kehendak semesta. copyright: 2022, written by applefalls