MENCOBA TAK SALAH,
CINTA.[ ii. ]
Dalam seni mencinta, ada beberapa kriteria yang seharusnya mampu dipenuhi — yang pertama ialah tekad untuk mencoba.
Hal paling mudah dan kedengaran sepele, yang nyatanya masih jadi mimpi buruk bagi sebagian manusia.
Pasti, pasti akan selalu ada ragu dalam kriteria pertama itu; begitu pula yang perasaan yang bergelanyut pada benak Raya hari-hari ini.
Mencintai adalah hal yang baru, asing bagi Raya pribadi. Tahun demi tahun, Raya habiskan dengan menutup diri dari setiap manusia yang hendak mendekat padanya.
Raya selalu mendorong mereka semua pergi.
Raya tidak ingin siapapun mencampurkan diri dalam hidupnya, terlebih urusan perasaan.
Raya tak kenal cinta, karena semasa delapan belas tahun; Raya habiskan waktunya untuk mengejar mimpi, memenuhi ambisi dan menimbun rasa.
Raya kehilangan banyak waktu, kehilangan banyak orang dari sisinya, kehilangan banyak pengalaman berharga yang mungkin dapat ia jadikan bidak dalam catur kehidupan.
Namun yang jelas, Raya kehilangan emosinya — Raya tak mampu lagi mengerti yang namanya rasa.
Semua karena takut.
Raya tak mau mengalami hal yang sama seperti yang pernah dilihatnya. Raya bukanlah seorang pemeran, hanya pengamat amatir yang ingin paham soal warna-warni kehidupan
Sayangnya, cinta justru memberikan Raya warna kusam yang tak sedap dipandang mata, tak nyaman untuk dirasa hati, dan takut yang tak kunjung sirna dari benak.
"Selamat ya, Ray! Aku denger soal kamu yang jadian sama Nayundra, loh! Kamu nggak tahu 'kan? aku se-seneng itu loh, akhirnya kamu pacaran!"
Sekurangnya, begitu respon yang ia dengar dari teman-teman Raya, satu minggu setelah kabar ia dengan Nayundra yang memulai sebuah hubungan baru dan manis.
"Jujur, aku juga nggak expect kalo kamu bakal punya pacar di waktu-waktu ini, maksudku, kita 'kan baru kelar semester tiga, terus denger berita kamu punya pacar! Kita seneng banget, Ray!" imbuh gadis berdarah Jepang yang kemudian memeluk Raya sesaat.
Raya hanya memberi senyum tipis, mendedikasikan hal itu sebagai respon terbaik yang mampu ia beri saat logikanya tengah berkabut.
Hari ini adalah salah hari yang cukup melelahkan bagi Raya, cukup menjadikan sumber penat dan mencapur aduk ketangguhannya.
"Hey, hey! stop teasing her!" kekeh Fanny yang semula fokus melahap steak-nya, di sampingnya duduk seorang wanita yang Raya kenali juga mengikat komitmen dengan Fanny.
Sepulang jam kuliah, Fanny beserta kekasihnya menculik Raya untuk dibawa menuju satu resto elit, yang tak disangka ada menunggu dua teman karib Raya lainnya di sana.
"Kamu nggak makan, Raya?" Suara yang terdengar lebih berat dari suara wanita pada umumnya, mengalihkan pandangan Raya yang tertuju pada sahabat-sahabatnya yang tengah menikmati hidangan makan siang.
"Belum laper, kak Mika. Nanti aja aku makannya.."
"Bareng sama pacar kamu itu?"
Raya mengernyit, "Nayundra?"
Mika, sosok di samping Fanny yang sempat bertanya itu tertawa kecil, "memangnya pacar kamu berapa kok sampe bingung? Ya iya dong, Nayundra."
Raya tertawa pelan mendengar ujaran Mika, merasa lucu menyadari seberapa kaku dirinya menyangkut hubungan sepasang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Mencinta • 2Shin ✓
FanfictionRaya dan keras kepalanya pun tak mampu taklukkan kehendak semesta. copyright: 2022, written by applefalls