04. We Film and Hurt

2.6K 427 4
                                    


Happy reading jangan lupa untuk Vote dan komen nya ....

••••

Keduanya sudah duduk di kursi masing-masing dengan pop corn dan dua cup minuman di samping tempat duduk mereka. Mereka datang setelah satu menit film di putar, tapi itu tak masalah karena sekarang Lisa sangat amat menikmati tayangan di hadapannya.

Manik bulat itu berbinar cerah mengikuti sang tokoh fiksi utama yang terlihat tengah berlarian kesana-kemari, sesekali bibir ranum itu tersenyum hangat.

"Kau melihatnya Jae? Woah benar-benar menakjubkan ya," seru Lisa antuasias tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya.

Jaehyun pun mengiyakan, ia tak terlalu fokus pada film nya pandangan matanya hanya tertuju pada satu titik dan Jaehyun seperti tak memiliki kuasa untuk mengalihkannya.

Melihat Lisa yang begitu antusias hingga melupakan pop corn di pangkuannya Jaehyun dengan inisiatif tinggi menyuapi beberapa pop corn kedalam mulut mungil itu, dan kalian tahu? Lisa membuka mulutnya dengan sukarela tanpa paksaan atau amarah, gadis itu seperti tengah kembali ke dunianya, melupakan segala hal dan hanya tersenyum senang disana.

Jaehyun merasa dia menjadi orang yang paling bahagia malam ini, membuat gadis dingin itu kembali hangat dan tersenyum seperti saat ini adalah impiannya, impian terbesarnya.

Lalu tiba-tiba ...

"Jae."

"Hem."

"Seokjin oppa, emm dia pasti kembali kan? Maksudku dia tidak benar-benar meninggalkan olafnya kan? Desember nanti kita pasti bisa membuat manusia salju bersama kan?" Tanya Lisa sendu, kini manik bambi itu tampak berair menahan tangis.

Pertanyaan itu sontak membuat Jaehyun diam terpaku, bibirnya mendadak kelu bahkan hingga saat ini otaknya tak bisa mencerna apapun. Jaehyun terlihat menghelat nafasnya dalam kemudian beralih menatap Lisa yang nyatanya sedari tadi menatanya dengan manik penuh harap itu.

Sebenarnya Lisa tak tahu pertanyaan apa yang ia tanyakan, tentu saja Jaehyun tidak tahu jawabannya bahkan dia yang terbilang paling dekat dengan sang kakak pun hanya terus berharap tanpa tahu kapan harapannya itu terkabul.

"O-oh ya tentu saja! Chanyeol hyung bilang kakak mu akan meneruskan kariernya di disini y-ya dia pernah mengatakan itu," jawab pemuda itu gugup, Jaehyun bahkan tak yakin atas ucapannya sendiri karena Chanyeol bilang beberapa bulan belakangan ini Seokjin menjadi sulit di hubungi bahkan hubungan mereka terlihat semakin merenggang.

"Benarkah?" Tidak, pertanyaan itu bukan lagi untuk Jaehyun namun untuk seseorang yang saat ini juga begitu merindukan adiknya.

Seokjin termenung di ruang kerjanya, November akan segera berlalu libur panjang juga sudah semakin dekat tapi tak banyak yang bisa ia lakukan bahkan untuk sekadar mengucapkan 'selamat ulang tahun uri Olaf' pada adik tercintanya.

Ia kembali menatap layar ponselnya ragu dimana beberapa hari yang lalu Lisa mengirimkan pesan yang begitu banyak di hari ulang tahunnya hingga saat dimana Seokjin membaca pesan terakhir dari sang adik.

Disana tertulis bahwa Lisa membencinya kini, oh benarkah itu? Seokjin awalnya tak yakin karena ia tahu betul bagaimana sifat adiknya itu, tapi setelah beberapa hari berlalu tak kunjung ada pesan yang mengatakan 'aku bercanda kau tahu itu' hampir setiap hari gadis itu mengatakan bahwa ia membenci sang kakak tapi pada akhirnya Lisa selalu mengatakan bahwa ia hanya bercanda.

Tapi kini Lisanya terlihat serius dan itu membuat Seokjin takut, dan perlu kalian ketahui Seokjin tak pernah absen untuk membeli dua buah tiket film disney yang akan tayang setiap akhir tahun tapi pemuda itu tak pernah menontonnya ia hanya menyimpan beberapa tumpukan tiket di laci kamarnya dan mengingat betapa dulu Lisa sangat antusias begitu ia datang membawa kabar bahwa film disney kesukaannya akan tayang.

"Apa kau sedang menontonnya Olaf? Siapa yang berani menempati kursi di samping mu huh? Kirimi aku pesan yang banyak aku ingin membacanya, ganggu aku sesukamu aku rindu memarahi sifat kekanak-kanakan mu itu." Seokjin menangis dalam keheningan di temani perapian yang menyala pemuda itu menitihkan air matanya kecewa.

Semua jabatan yang ia pegang sekarang, semua pujian yang ia dapat saat ini terasa tak berarti setelah beberapa tahun yang lalu ia pergi meninggalkan kekuatannya.

Tapi sang ibu mengatakan bahwa adiknya itu baik baik saja apa benar? Lisa tumbuh dengan sangat baik disana bahkan tanpa dirinya?

Dua puluh kali panggilan dan semuanya nihil, Seokjin mencengkeram erat benda pipih itu hingga telapak tangannya memerah menahan kesal.

Apa Lisa benar-benar melupakan dirinya? Apa gadis itu benar-benar tak ingin menggangu waktunya lagi? Karena saat ini nomor telepon yang ia dambakan akan mengacaukan harinya sudah tidak aktif lagi, tak pernah ada satupun notifikasi yang masuk, tak ada satupun panggilan tak terjawab yang ia tunggu.

•••

Di tengah tontonan yang terus berlanjut, seperti biasa gadis itu merasakan nyeri di kepalanya bahkan untuk sesaat ia rela memejamkan matanya dan melewati beberapa part dari film yang tengah mereka tonton.

Kepalanya semakin berdenyut telapak tangannya di penuhi dengan keringat dingin yang menandakan bagaimana kuatnya Lisa mengepalkan tangannya itu guna menetralkan rasa sakit yang kini menghujam kepalanya.

Tanpa berpamitan pada pemuda di sampingnya Lisa bergegas meninggalkan area bioskop dengan terburu-buru membuat Jaehyun kebingungan.

Dengan cepat ia menyusul si poni yang semakin jauh di depannya, hingga tepat ia berhasil mencekal pergelangan tangan gadis berponi itu dan menghentikan pergerakannya.

"Ya! Wae geurae?" tanya Jaehyun khawatir suhu tubuh gadis itu terasa sangat dingin dan Jaehyun bisa merasakannya.

"Jae .. " belum sempat Lisa melanjutkan kalimatnya gadis itu lebih dulu ambruk, pandangan nya mengabur menyisakan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi.

"Ya! Lalisa! Hey!" Teriak Jaehyun panik terlebih saat maniknya melihat cairan pekat bewarna merah yang keluar dari hidung gadis berponi yang kini berada di pangkuannya.

Bandung, 19 Desember 2021
Note : Maaf kalo ada typo nya guys, jangan lupa vote ya

Last Patient | Jaelice [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang