08

1 0 0
                                    

Kini setiap pagi aku harus bertemu dengan dokter Nata di ruangannya. Aku sudah berkali kali mengatakan aku sudah baik baik saja tapi dokter nata selalu saja memintaku untuk berada di ruangannya setiap pagi sampai ada pasien yang datang. Tak ada pemeriksaan yang di lakukan dia hanya memelukku dalam pangkuannya. Aku tak terlalu memikirkannya. Selama dokter memberikanku cemilan saat dia memelukku.

~

Pagi ini aku berhasil keluar dengan cepat dari ruangan dokter Nata. Karena ada pasien yang datang kini aku sedang menuju ke kamar Adhien ingin menemaninya. Saat aku ingin membuka pintu kamar Adhien tiba tiba suster Adhina memanggilku.

“Faresta, mau kemana sayang?” Ucap suster Adhina.

“Mau kedalam main sama Kak Adhi. Kenapa suster?” Tanyaku.

“Yuk ikut suster keliling sebentar.” Ajaknya.

“Mau kemana suster?” Tanyaku.

“Ikut suster aja dulu yuk. Kita ke kantin suster mau kamu temenin suster sarapan.” Jawabnya sambil matanya melihat kedalam ruangan.

“Oh... Oke tapi Faresta minta belikan es coklat ya!” Ucapku dan langsung mengambil tangan suster Adhina.

Suster tersenyum melihat tingkahku dan aku menuntunnya menuju kantin. Sesampai di kanti aku menikmati es coklat. Sedangkan suster sedang makan roti. Cukup aneh baru kali ini suster mengajak-ku ke kantin. Dan suster memintaku menceritakan tentang pengalamanku. Dan aku menceritakannya dengan begitu semangat. Menceritakan segalanya semua yang ku ingat dari pengalaman hidupku yang singkat ini.

“Faresta sini duduk di samping suster.” Ucap Adhina. Aku langsung melakukannya.

Kemudian suster mengelus kepalaku. “Apa kamu sudah tidak sedih lagi Faresta?” Tanyanya.

“Faresta sudah tak sedih lagi kok suster.” Ucapku dengan polosnya.

“Syukurlah, maaf ya suster tadi ngajak kamu kesini karena suster takut kamu iri nanti melihat Adhien yang lagi sama orangtuanya. Hari ini orangtuanya sedang libur kerja jadi mereka akan bersama Adhien. Hari ini kamu gak usah ke sana dulu ya kamu main sama suster aja atau nanti main sama dokter nata aja.” Jelas suster Adhina.

Aku memikirkan ucapan suster sejenak. Aku tersenyum ke arah suster. “Hoo.. Okay, hari ini Faresta gak akan main dulu sama kak Adhi. Suster Faresta mau main sama dokter Nata dulu ya. Bye suster terimakasih es coklatnya.” Ucapku. Dan aku turun dari bangku pergi meninggalkan suster Adhina.

~

Aku yang berniat menuju ruangan dokter Nata tapi harus melewati ruangan kak Adhien. Dan sangat kebetulan Adhien sedang keluar dari kamarnya bersama orang tuanya yang sedang mendorong kan kursi rodanya.

“Faresta darimana aku dari tadi nungguin kamu tau” ucap Adhien yang melihatku sedang berjalan mundur karena melihat dia dengan orang tuanya.

“ Eh.. iya ta..tadi dari kantin.” Jawabku sambil berjalan mundur pelan pelan ingin kabur dari sana. Karena sudah berjanji untuk tidak bermain sama Adhien hari ini.

“Kamu mau kemana kok menjauh ayo sini ini ada ayah sama ibuku.” Ucapnya.

“Eh... Iya ha..halo Tante halo juga om” ucapku

“Halo nak. Mau kemana sini ayo main bareng sama Adhien.” Ucap ibu Adhien.

“I...iya Tante.” Jawabku kali ini aku sudah gak bisa kabur lagi dari situasi ini. Akhirnya aku mendekati mereka.

“Kamu kenapa sih Faresta?” Tanya Adhien.

“Eh... Iya, gak ada apa apa kok.” Jawabku.

~

Dan akhirnya aku bermain bersama Adhien. Awalnya aku akan merasa tidak nyaman tapi ternyata ayah dan ibu kakak Adhien sangat baik padaku. Mereka membuatku nyaman saat bersama mereka. Aku bermain bersama kak Adhien dan orang tua kak Adhien sedang berbicara dengan dokter Nata yang menghampiri kami.

Semua berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Hingga tiba tiba kak Adhien menjerit kesakitan sambil memegangi kepalanya. Ayah dan ibunya dengan sigap menangkap tubuh Adhien yang sedang kesakitan itu. Aku saat itu bukannya takut melainkan dadaku terasa sakit melihat pemandangan itu. Membuatku teringat saat saat dimana aku kesurupan dan saat aku sadar aku melihat ayah dan ibu yang memeluk tubuhku. Karena dadaku terasa sakit dan semakin tak nyaman aku segera berlari menjauh dari sana. Membawa Perasaanku begitu tidak nyaman dan begitu gelisah rasanya ingin aku ingin menangis.

Aku berlari menuju ruangan dokter Nata. Sesampainya aku disana aku langsung masuk ke bawah kolong meja dokter nata. Aku bersembunyi tanpa alasan hanya ingin bersembunyi. Aku juga sejak tadi memegangi dadaku yang terasa begitu sakit. Sekarang di kepalaku hanyalah ingin bertemu dengan ayah dan ibu. Aku cukup lama di bawah kolong meja itu hingga tanpa sadar aku tertidur di bawah kolong itu.

Aku kini melihat sekitarku begitu gelap penglihatanku seperti sedang redup. Aku yang sedang melihat lihat ke sekitar nampak sama hanya saja terlihat sedikit gelap dan sunyi. Tiba tiba mendengar suara ibu yang memanggilku. Aku mencari cari sumber suara itu. Dan akhirnya aku bertemu dengan ayah dan ibu. Aku berlari menuju mereka dan memeluknya. Air mataku mengalir begitu deras saat melihat mereka.

“Akhirnya ibu menemukanmu sayang! Ibu sama ayah nyari kamu di jalan tol itu. Ternyata kamu disini. Syukurlah ibu bisa merasakan saat kamu memanggil ibu sayang. Ayo kita pulang sayang.” Ucap ibu. Aku yang menangis saat itu berhenti setelah mendengar ucapan itu.

“Anu.. ibu.. maaf Faresta tidak bisa ikut ibu...” Ucapku sambil melepas pelukannya.

“Kenapa sayang?” Ucap ibu.

“Begini ibu Faresta masih hidup. Faresta selamat dari kecelakaan hari itu.” Ucapku. Ibu menutupi mulutnya dengan tangannya air matanya mengalir.

“Ka.. kamu masih hidup sayang? Bagaimana bisa?” Kaget ibu mengetahui bahwa aku masih hidup.

“Iya, Faresta selamat Faresta Cuma luka luka dan sekarang sudah sembuh.” Jelasku. Ibu dan ayah langsung memelukku saat itu. Mereka begitu bahagia mengetahui aku masih hidup.

Tiba tiba aku seperti di tarik untuk kembali ke dalam tubuhku. Dan aku sadar kembali melihat suster Adhina sedang membangunkan ku.

“Faresta kamu ngapain di bawah kolong situ? Ayo sini keluar kamu kenapa sembunyi dibawah situ?” Ucap suster Adhina menghujaniku pertanyaan.

Aku keluar dari kolong dan memeluk suster Adhina. “Suster maafkan Faresta, Faresta gak bisa tepati janji Faresta ke suster.” Ucapku.

“Eh... Janji? Oh... Yang tadi pagi?” Tanyanya.

Aku membalasnya dengan anggukan kepala. Suster Adhina mendudukanku di kasur dan dia duduk di kursi sambil memegang kedua tanganku.

“Lalu kenapa kamu sembunyi di bawah kolong begitu?” Ucapnya.

“Faresta tadi main sama kak Adhie terus kan kak Adhie tiba tiba kesakitan. Habis itu Faresta liat itu ibu sama ayah kak Adhie  langsung tolong kak Adhie. Tapi Faresta malah tiba tiba terasa sakit di dada jadi Faresta lari ke sini sembunyi di bawah sana.” Jelasku.

“Jadi gimana rasa sakit di dadamu itu?” Tanyanya.

“Sudah merasa lebih baik hanya Faresta merasa sedikit sedih?” Ucapku

“Sedih? Sedih kenapa sayang?” Ucap suster Adhina.

“Faresta sedih kini Faresta tak lagi bisa merasakan pelukan dari ayah dan ibu Faresta? Tapi tapi, Faresta sudah ketemu mereka barusan tapi mereka sudah seperti mereka.” Ucapku dengan sedikit murung menjelaskannya.

“Mereka?” Suster Adhina bertanya tanya.

“Iya suster mereka seperti yang Faresta bilang itu loh. Hantu hantu yang Faresta bisa liat.” Jelasku.

“Begitu ya. Faresta mau tau ngak  perasaan yang Faresta bilang sakit di dada itu apa namanya?” Suster Adhina mengalihkan pembicaraan.

“Iya, apa itu namanya suster?” Jawabku dengan cepat.

“Itu namanya iri, itu salah satu penyakit hati. Rasanya tidak nyaman melihat sesuatu yang kita inginkan. Suster dari pagi sudah wanti wanti kamu bakalan iri jadi suster makanya minta kamu menjauh.” Jelasnya.

Dan suster Adhina banyak menjelaskan tentang perasaan kepadaku. Dan dia juga menemaniku hingga dokter Nata kembali dan memberi tau bahwa Kak Adhien baik baik saja. Tapi aku tak terlalu memperdulikan itu mungkin karena rasa iri yang kurasakan tadi.

Just A Small Reason For HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang