Hari sudah senja, kondisi tubuhku begitu lelah dan rasanya ingin ter-tidur. Setelah sampai di rumah dokter Nata dia menggendongku keluar dari mobil. Dokter Nata ngobrol dengan tetangganya tapi karena aku merasa lelah aku tak terlalu mendengarkan dan menghiraukan saat itu. Akhirnya aku di bawah masuk ke dalam rumahnya.
"Hei... Hei... Faresta bangun dulu ya sayang. Sudah sore ngak baik tidur sore." Ucapnya membangunkanku. Aku berusaha untuk tetap bangun. "Bangun ya! Mandi dulu udah bau nih badannya biar dokter temenin deh." Sambungnya dan dengan menurunkanku dari gendongannya.
Aku berjalan masuk dan melihat sebuah sofa. Aku menjatuhkan tubuhku di atasnya dan menjaga kesadaran ku. Tak lama kemudian dokter mengangkat ku dan membawaku ke kamar mandi. Dia menggelitik perutku dan membuat mataku kembali segar. Kemudian kami bercanda dan akhirnya aku mandi bersama dokter nata. Sering kali dokter nata mengusili diriku setiap aku terdiam saat berendam di bathtub.
"Habis ini naik ke atas ya masuk ke kamar kanan tangga. Nanti buka aja lemarinya coba cari baju yang pas ukuranmu." Ucap dokter sambil membantuku mengeringkan tubuhku.
"Okay!" Jawabku.
"Faresta mau minum susu apa? Coklat atau vanilla? Biar dokter buatkan." Sambung dokter.
"Faresta mau coklat" balasku. Kemudian aku pergi menuju lantai 2 dan masuk ke ruangan yang sebelumnya di jelaskan dokter Nata. Aku masuk melihat penghuni ruangan itu sepasang suami-istri. Aku pura pura tak melihatnya dan membuka lemari yang ada di ruangan itu mencari baju yang sesuai ukuran ku. Tapi tak ada satupun baju yang sesuai ukuran ku. Hingga dokter nata menyusulku ke kamar karena aku terlalu lama mencari baju.
"Faresta kamu baik baik aja sayang?" Ucapnya.
Aku melihat ke arahnya merasa tertipu setelah mencari baju yang tak bisa kutemukan.
"Eh...? Faresta kamu baik baik aja kan?" Ucapnya setelah melihatku.
"Ngak ada baju yang sesuai ukuran Faresta dokter. Ini baju orang dewasa semua." Jawabku.
"Ah maafkan dokter!" Ucapnya sambil menghampiriku. "Untuk sementara pakai jaket ini dulu ya. Biar dokter Carikan di tempat lain baju yang ukuranmu." Sambungnya sambil memberikanku hoddie kuning.
Aku langsung mengenakannya tanpa berbicara apa apa. Hoddie itu sangat nyaman dan aroma dari hoddie itu terasa begitu menenangkan.
"Uwah... Fares kamu imut banget pakai itu." Ucapnya sambil memelukku secara tiba tiba.
"Ih dokter lepasi sesak tau." Jawabku mendorongnya karena tak suka di peluk mendadak.
"Ya udah yuk turun gitu aja dulu nanti dokter bersihkan sama Carikan baju yang pas buat kamu. Sayang susunya ntar keburu dingin." Ucapnya dan aku mengikutinya turun ke bawah.
Kini aku menonton tv sedangkan dokter nata sibuk memasak. Aku sesekali mengintip dokter Nata yang sedang sibuk di dapur. Aku ingin membantu dirinya tapi aku ragu apa yang bisa ku bantu. Akhirnya aku memutuskan untuk menghampirinya dan membantunya.
"Dokter, Faresta mau bantu" ucapku.
"Boleh boleh, itu buka lemari di bawah situ anda piring tolong bantu susunkan di meja ya." Jawabnya.
"Okey!" Jawabku. Dan langsung menyusun piring di atas meja.
"Makasih ya Faresta. Nonton aja dulu lagi nanti dokter panggil kalau sudah siap." Ucapnya setelah aku meletakan piring di atas meja.
Akhirnya aku berjalan dan melihat pajangan dan mendapati foto keluarga dokter nata. Ada 3 anak kecil dan sepasang suami istri. Dan aku melihat sepasang suami-istri itu ternyata adalah dua penghuni yang aku lihat di kamar dokter Nata. Akhirnya aku setelah melihat-lihat aku kembali ke sofa dan menonton tv.
~
Setelah makan malam dan menghabiskan waktu hingga jam tidur tiba. Aku sudah mengantuk dan dokter Nata menemaniku tidur, aku tertidur di sebelah pelukannya.
Pagi hari tiba, tubuhku terasa berat dan panas. Aku jatuh sakit dokter Nata langsung mengkompres kepalaku dengan handuk basah. Dan dokter Nata juga memindahkanku, dan Menganti bajuku yang basah karena aku mengompol. Dan dia beberapa kali bolak balik kamar untuk mengecek ku. Memberikanku bubur dan meminumkan ku obat. Dan terakhir kali dia masuk.
"Faresta, dokter berangkat kerja ya. Nanti dokter minta tolong bunda Maria temenin kamu. Nanti dokter usahakan untuk pulang cepat. Kamu gak apa apa kan?" Tanyanya. Aku tak memiliki banyak tenaga akhirnya aku mengangguk kepala. Dan dia mencium keningku dan meninggalkan diriku sendirian.
Aku terlelap tapi kesadaranku keluar dari tubuhku. Dan bertemu dengan ibu lagi, ibu melihatku dan duduk di sampingku.
"Lihatlah betapa paniknya dia saat melihatmu sakit sayang dokter itu begitu sayang padamu." Ucap ibu.
Aku sedikit kesal mendengar itu dari ibu. Akhirnya aku mendiamkan dirinya dan tak melihat ke arahnya.
Ibu mendekati diriku dan memeluk-ku. "Maafkan ibu sayang, ibu tak bermaksud seperti itu." Ucap ibu.
"Faresta ngak mau kita bicarakan dokter lagi." Ucapku.
"Baiklah sayang, mari kita bicarakan yang lain sayang." Ucap ibu.
Tiba tiba ada seorang wanita tua masuk ke kamar dan mengganti kompresku. Aku melihat wajah wanita itu dengan seksama dan akhirnya aku kembali ke dalam tubuhku. Aku bangun dan melihatnya itu nenek, itu nenekku.
"Eh... Kok bangun sayang maaf ya aku berisik ya?" Ucap wanita itu.
Aku memandanginya, tanganku bergerak ke arahnya dan ia memegangi tanganku. "Nenek?" Ucapku.
"Eh? Iya sayang." Jawab wanita itu. Dengan sedikit kaget tapi wanita tua itu mengira aku mengigau karena sakit.
"Nenek jangan pergi lagi." Ucapku.
"Nenek gak pergi kemana mana sayang kamu istirahat saja dulu, biar cepat sembuh ya sayang." Ucap wanita itu sambil mencium keningku. Aku tersenyum bahagia mendapatkan ciuman dari nenek dan aku segera memejamkan mataku dan tertidur.
~
Tak tau berapa lama aku tertidur, aku kini di bangunkan kembali. Aku di bangunkan dari tidur dan di berikan bubur dan jus lemon.
"Bangun dulu sayang sebentar ini ada bubur nenek suapin ya." Ucap nenek. Aku mengangguk dan bangkit dari kasur.
Suapan demi suapan aku melahapnya dengan bahagia memandangi nenek. Aku begitu bahagia bahkan hingga bubur sudah habis aku sudah merasa lebih sehat dan tak mau lagi berbaring di kasur. Aku ingin bersama nenek menghabiskan waktuku dengan nenek. Aku dan nenek duduk di ruang tv, menonton film action tentang super Hero. Aku berbaring di paha nenek dan berselimut.
~
Waktu berjalan begitu cepat, tanpa ku sadari hari sudah sore. Terdengar suara mobil dokter Nata sudah sampai. Dokter Nata tampak buru buru masuk ke dalam hingga tak melepaskan jas dokternya dan masih mengenakan kaos kakinya. Dia melihatku terbaring di pangkuan nenek. Dokter Nata menghela nafas lega melihatku yang sudah membaik.
"Makasih ya bunda sudah bantuin ngerawat Faresta. Maaf ngerepotin bunda." Ucap Nata sambil mendekatiku dan memeriksa suhu badanku.
"Ngak apa apa bunda senang kok bisa ngebantuin. Nak Faresta juga senang ada nenek kan disini." Ucap nenek. Aku mengangguk.
"Eh nenek? Tapi ngak salah sih, jika bunda Maria aku anggap ibu berarti Faresta anggap bunda nenek." Ucap dokter Nata.
"Dokter dokter, Faresta senang ada nenek" ucapku dengan polosnya.
"Iya... Makasih ya sudah jadi anak baik hari ini." Ucap dokter Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Small Reason For Happiness
Roman pour AdolescentsNata dokter muda di suatu kota kecil yang terkenal di kalangan dokter disana. Semua pasiennya adalah anak anak. Tapi tak pernah ada anak anak yang takut untuk berobat karena keramahannya. Hingga suatu ketika sebuah kecelakaan besar terjadi banyak ko...