2 • Perampok

806 170 86
                                    

Jamal sebagai dosen metodologi penelitian, menyuruh seluruh mahasiswa semester lima untuk membuat proposal penelitian sebagai tugas akhir. Ia meminta mahasiswa untuk mengirimkan judul proposal melalui WhatsApp karena dirinya tidak bisa hadir di kelas, jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting kantor.

Tata pun mengirimkan judul, namun langsung ditolak dan disuruh untuk mengganti judulnya. Ia menghela napas sebal, beberapa hari kemudian, ia pun mengajukan judul kedua.

Tata garuk-garuk kepala, chatnya tak kunjung dibalas. Padahal besok batas akhir pengumpulan dan Tata belum mendapat titik terang sama sekali.

Besoknya jam setengah sebelas, Tata kembali mengirim chat karena belum direspons. Sekitar lima jam kemudian, barulah chatnya dibalas.

"Ini orang ngapain aja coba? Lama banget balas chat!" gerutu Tata.

Jam delapan malam, ia kembali mengirim chat dan baru dibalas satu jam kemudian. Tata menghela napas lega, akhirnya judul proposalnya diterima. Ia pun langsung mengerjakan susunan proposal tersebut.

Malamnya setelah Isya, Tata berangkat menuju rumah Jamal, si dosen killer. Sebenarnya wawancara hanya berlaku sampai sore, tapi karena judul proposal Tata baru direspons jam sembilan tadi malam, ia pun beralasan baru menyelesaikan proposalnya setelah magrib tadi karena Tata tidak kuat begadang.

Tepat jam delapan malam, Tata sampai di rumah Jamal. Pria itu sudah menunggunya di ruang tamu, Tata langsung dipersilakan masuk.

Ia menyerahkan lembaran proposal yang masih setengah jadi.

Jamal mengerutkan kening sambil membaca tiap kalimat dalam lembar tersebut dengan teliti. "Menarik," katanya.

"Kamu bisa lanjut selesaikan proposal ini," lanjut Jamal sembari mengembalikan proposal milik Tata.

Tata tersenyum lebar. "Terima kasih, Pak!" ucapnya semangat.

"Hm," balas Jamal.

Tata beranjak. "Kalau begitu, saya pamit pulang, Pak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tata menunduk hormat lalu bergegas pergi, Jamal mengikut dan melihat dari depan pintu. Tata masuk ke mobil dan menyalakan mobilnya, namun tak kunjung menyala, ia mencoba berkali-kali tapi hasilnya tetap sama.

Tata turun lagi dari mobil, membuka kap mobilnya lalu gigit jari, ia tidak mengerti mengutak-atik mesin.

"Ada apa?"

Tata tersentak dan menoleh ke belakang, Jamal berdiri di belakangnya.

"Gak tahu, gak mau nyala," ujar Tata.

Jamal mendekat dan melihat mesin mobil Tata lalu mengutak-atiknya sebentar. Setelahnya ia mendengkus pelan. "Harus dibawa ke bengkel, sih, ini."

"Yah ... mana gak ada bengkel di sekitaran sini," gumam Tata.

Anterin gue pulang, please! -batin Tata berteriak.

"Mau saya pesankan taksi?" tawar Jamal.

Tata langsung cemberut. "Saya gak berani naik taksi, Pak."

"Kenapa?"

"Bapak gak pernah nonton TV, ya? Banyak kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh sopir taksi, kan, saya jadi takut," alasan Tata.

"Telepon keluarga kamu, suruh jemput. Nanti mobil kamu saya yang urus."

"Keluarga saya gak ada di rumah, tadi pada pergi ke rumah nenek. Saya gak ikut karena mau nganter proposal." Tata belum menyerah mencari alasan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAPUTA { Jamal Punya Tata }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang