7. Adek punya Abang

9 0 0
                                    

Setelah kejadian permintaan maaf dadakan dari mulut seorang Banda, Minu memilih mengajak si bungsu itu makan bersama di luar.

"Lah makan diluar? Emang lu ga kerja bang?"

Baru saja Banda mengajukan pertanyaan, tiba-tiba satu pukulan sendok mendarat di jidat mulusnya.

"Biasain kalau ngomong sama yang lebih tua tuh sopan. Seberapapun kamu ga suka sama abang, tetep panggil aku 'abang', ga perlu make embel-embel 'lu-gua' kaya gitu. Ga sopan Banda. Lebih baik kamu sebut diri sendiri pakai nama, ataupun sebut diri kamu itu 'adek' kalau lagi sama abang. Emang agak menggelikan, tapi biasakan dek. Abang mohon." Jelas Minu.

Banda yang merasa malu pun hanya mengangguk kikuk.

Mereka pun akhirnya memesan makanan, sesekali Minu mengecek handphone-nya karena hari ini ia memutuskan untuk izin tidak masuk kerja dan memilih menghabiskan waktu bersama Banda. Minu bisa saja tetap masuk kerja dan menginterogasi adiknya ini nanti sepulang kerja, tapi Minu rasa inilah waktu yang tepat. Bukankah segala sesuatu yang lebih cepat itu lebih baik?

Disaat waktu makan, sesekali Minu bertanya tentang bagaimana kegiatan sekolah Banda selama ini, tempat yang selalu Banda kunjungi bersama teman-temannya itu. Sampai pada puncak pertanyaannya, "Apa yang buat Banda ga suka sama abang dan sampai membuat Banda memberontak dengan bandel seperti ini?"

Pertanyaan Minu kali ini membuat Banda berpikir keras memikirkan jawabannya. Mungkin jika pertanyaan ini diajukan dari dulu, Banda pun akan kebingungan tentang alasannya membenci Minu. Kali ini Banda sudah tahu apa yang membuat dirinya sebegitu membenci Minu, hanya saja Banda tidak tahu cara mengungkapkannya. Banda masih ragu dengan perasaannya sendiri.

"Kalau emang kamu belum mau cerita gapapa, abang ga bakal maksa. Abang bakal nunggu kamu siap cerita sampai kapanpun itu. Harus selalu kamu inget, kalau ada apa-apa adek bisa cerita ke abang jangan sungkan. Adek punya abang."

Mendengar hal itu, hati dingin Banda pun mulai menghangat. Tanpa ia sadar, inilah yang Banda harapkan sedari dulu, sebuah kasih sayang.

"Abang belum jawab pertanyaan Banda. Apa abang hari ini ga kerja?" Banda bersumpah dalam hati, kalau ini adalah kalimat paling menggelikan yang ia ucapkan seumur hidupnya!

"Hahaha, lucu juga ya kamu kalau ngomongnya gitu. Tapi gapapa abang suka. Abang hari ini izin ga masuk kerja, toh ga masuk sehari ga bakal buat abang dipecat kok. Abang cuma pengen seharian sama kamu, ga boleh?"

"Jangan diketawain napa sih! Katanya disuruh belajar ngomong yang sopan, sekarang malah diledekin. Gimana sih?" Banda yang merasa kesal pada kakaknya itu mengerucutkan bibirnya gemas.

"Ya ampun dek, kamu udah gede gini kenapa makin gemes sih?!" Minu pun mengacak rambut Banda pelan.

Banda yang merasa malu memilih pergi ke toilet dengan alasan ingin buang air.

"Ah tak terasa semakin menggemaskan!" ucap batin Minu.

***

Hari demi hari berlalu, dan perlahan namun pasti, hubungan Atmawijaya bersaudara ini semakin membaik. Meskipun Banda belum mengungkapkan secara gamblang alasan dirinya membenci kakaknya itu, namun perlahan Banda mulai bisa menerima Minu secara utuh.

"Bang, lagi sibuk?" Tanya Banda pada Minu yang sedang berkutat dengan laptop.

"Kenapa dek?"

Banda menjelaskan suatu keinginan yang mendadak dan begitu mengganggu pikirannya, yaitu minta dicarikan guru les privat. Banda beralasan karena ia sebentar lagi ujian dan butuh pengetahuan tambahan diluar jadwal sekolahnya. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan sekaligus membuat Minu terharu. Bagaimana tidak, adik kesayangannya yang terkenal bandel ini mulai berubah menjadi lebih baik.

"Alhamdulillah adek. Entar abang bantu cari guru les yang bagus ya dek? Abang bersyukur dan semangat kalau kamu kaya gini dek."

"Eh iya bang, anak-anak boleh kesini kan? Pada mau main PS hehe." Tanpa perlu dijelaskan lagi, Minu sudah mengetahui siapa 'anak-anak' yang dimaksud oleh Banda. Siapa lagi kalau bukan Geng Pance Aye alias Geng Tampan, Kece, dan Asik yeah.

"Yaudah boleh, sekalian aja suruh nginep. Entar abang masakin kalian makan malem."

Banda mengangguk semangat lalu berlari menuju kamarnya.

Banda berpikir kalau se-menyenangkan ini rasanya memiliki abang yang selalu mendukung apapun pilihannya. Banda tidak menyangka kalau dirinya bisa berhenti dari dunia balap liar, tawuran dan hal kurang baik lainnya hanya karena nasehat manis dari seorang Minuarta. Yang terpenting baginya adalah tidak merasa sendirian, dan akhirnya Banda mendapatkan itu.


- Adek dan Abang -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Adek dan Abang -

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang