8. Pengagum Banda

8 2 0
                                    

Seperti yang dikatakan Banda kalau Geng Pance Aye akan bermain PS bersama di rumahnya, dan mereka pun sudah datang sejak sore.

Haekal, Jino dan Felix datang dengan menggunakan mobil Range Rover kesayangan Felix. Saat sampai di rumah Banda, mereka langsung disambut oleh Minu yang sedang menonton televisi di ruang tengah.

"Assalamualaikum Bang Minu." Ucap salam mereka bergantian kepada Minuarta.

"Waalaikumsalam. Baru pada dateng nih? Yaudah langsung aja ke atas, Banda ada di kamar kok. Kalau ketiduran gedor aja pintunya!" Perkataan Minu ini hanya dibalas dengan tawa dari ketiga pemuda itu.

Kini Haekal, Jino dan Felix sedang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya Banda. Meski bukan pertama kalinya mereka kesini, tetap saja mereka kagum melihat semua interior rumah yang tertata dengan rapih. Karena menurut mereka bagaimana bisa dua lelaki bujangan tinggal di rumah dengan serapih ini, sedikit mustahil.

Baru sampai di depan kamar Banda yang pintunya tertutup, Haekal yang usil melarang Jino ataupun Felix untuk mengetuk pintu. Haekal malah berusaha untuk membuka pintu secara perlahan dan mengintip kegiatan yang sedang Banda lakukan, baru saja niat hati Haekal ingin membuka pintu lengannya sudah ditahan Jino tak lupa dengan tatapan tajam yang kurang lebih diartikan sebagai "Jangan! Ga sopan!", tapi Haekal tetaplah Haekal anak yang usil dan akhirnya berhasil membuka sedikit pintu secara perlahan sehingga memberikan celah untuk mereka mengintip.

Diluar ekspektasi nakal mereka, Banda terlihat sedang melihat secarik kertas dengan raut wajah yang serius. Karena Felix kepalang tidak sabar, maka ia dengan santai masuk tanpa izin.

"Selamat sore wahai manusia pemberi beban!" ucap Felix lalu duduk di sudut kasur Banda, meninggalkan Haekal dan Jino yang masih terdiam tak percaya melihat apa yang baru saja terjadi.

Lain halnya dengan Banda, ia justru sangat terkejut melihat ketiga temannya tiba-tiba berada di kamarnya. Karena Banda sebelumnya bilang untuk memberi kabar jika mereka sudah sampai rumah.

"Maaf maaf nih bro, bukannya ga mau ngabarin. Tapi ini manusia satu ngotot ga bolehin gua atau Felix ngabarin lu. Alasannya biar surprise. Konyol emang." Jelas Jino sambil menunjuk Haekal dengan kesal.

Banda hanya tertawa malas ketika mendengar alasan klasik dari sahabatnya itu. Sebenarnya tak masalah jika mereka datang tanpa izin ataupun kabar, toh mereka sudah biasa melakukan hal itu. Hanya saja kali ini berbeda, karena ia sedang melakukan sesuatu sebelum kedatangan ketiga sahabatnya ini.

"By the way anyway busway, dari penerawangan Ekal Tampan, nampaknya ada yang sudah berbaikan." Ucap Haekal asal.

Banda hanya mendelik malas mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Eh tapi bener deh, kita jarang denger lagi lu berantem sama Bang Minu. Biasanya nih, lu selalu ngechat di grup 'adakah rumah yang bisa disinggahi olehku selama satu malam?' gitu tiap lu kabur dari rumah." Jino pun bersuara.

"Apa itu kabur?" Jawab Banda dengan enteng.

"Wanjir berita panas ini mah cuy. Atmawijaya bersaudara sudah akur pemirsa!!" Teriak Haekal.

Banda langsung menutup mulut Haekal rapat dengan cara membekap wajahnya dengan bantal, yang tentu saja membuat Haekal kesulitan bernapas.

"Anjir Banda, awas anak orang metong!" Felix mengingatkan Banda, jaga-jaga kalau Banda kelepasan.

Mendengar hal itu Banda melepaskan bantal yang membekap wajah tampan milik Haekal. Sedangkan Haekal sedang menghirup oksigen sebanyak mungkin.

"G-gila lo Subanda Putra Atmawijaya! Kalau gua metong gimana jir? Nasib Ambu sama Abah gimana? Terus kalian semua ga bakal melihat wajah tampan nan eksotis milik Haekal Akbar selamanya gimana? Kalian sanggup hidup tanpa Ekal?" Haekal memasang wajah memelas untuk mencari simpati sahabatnya, namun sayang responsnya tidak sesuai apa yang ia harapkan.

"Bentar dah, ini surat apaan?" Ucap Felix menunjuk sepucuk surat yang tergeletak begitu saja di meja.

Banda yang sadar keberadaan surat itu sedang tidak aman, ia langsung merebut surat dengan tergesa-gesa dan membuat ketiga sahabatnya itu menatapnya penuh selidik.

"Isi suratnya apaan dah? Ampe lu rebut gitu." Tanya Jino.

"B-bukan apa-apa kok.." Penjelasan Banda tentu saja tidak memuaskan ketiga pemuda yang sedang dipenuhi rasa penasaran itu.

Dengan agresif, Haekal merebut surat yang ada dalam genggaman Banda dan tentu saja berhasil. Haekal yang sudah mendapatkan surat itu dengan cepat langsung membuka dan membaca isi surat tersebut. Banda yang panik berniat untuk menahan Haekal agar tidak membaca suratnya, namun sayang Jino dan Felix menahan Banda sehingga ia tidak bisa berkutik.

"Anjir Banda, lu...." Haekal menatap wajah Banda dengan ekspresi kaget.

"Apa isinya jir?" Felix menatap Haekal berharap akan menemukan jawaban dari pertanyaan yang tadi ia ajukan.

"Dengerin gua ya, gua bacain!" Banda hanya menghela napas dan pasrah dengan keadaan.


"Hai Banda!

Kamu tampan, dan aku menyukaimu!

Menggelikan ya? Maaf kalau ini membuatmu risih. Cukup abaikan saja oke?

Kamu ga perlu cari tahu aku yang mana, karena kamu tidak akan menemukanku!

-A"


"WADAW BANDA PUNYA PENGGEMAR RAHASIA GAIS!!!!!" Kali ini giliran Jino yang berteriak.

"Diem anjir. Gua ga tau itu siapa, dan motifnya apaan dia ngirim surat beginian. Pertama kali gua dapet surat se-random ini." Jelas Banda acuh tak acuh.

"Satu, dia itu cewe dan dia adalah penggemar rahasia lu. Dua, motif dia ngirim itu buat bilang kalau dia menaruh perasaan lebih buat lu. Gitu aja ga tau lu, bodoh dah lu soal cinta!" Ejek Felix yang langsung dihadiahi sentilan manja di dahinya oleh Jino.

***

Minu sedari tadi sedang menyiapkan malam untuk dirinya serta keempat remaja lelaki yang sedang asyik bermain PS di lantai atas. Setelah makanan siap, Minu pun memanggil semuanya untuk makan malam.

"Waw, kayanya makanannya enak nih bang!" Haekal melihat meja makan dengan semangat, sedangkan yang memasak hanya tersipu malu mendengarkan pujian itu.

"Udah ayo makan malam dulu, abis itu kalian boleh lanjut lagi main PS mumpung besok libur."

Mereka pun makan malam dengan penuh kehangatan dan tawa. Minu tersenyum melihat adik semata wayangnya ini tertawa lepas ketika bersama dengan etiga sahabatnya. Minu bersyukur selama Banda jauh darinya, Banda bersama orang yang mampu membuatnya bahagia.

"Bang, boleh nambah ga? Enak banget masakannya Bang Minu." Felix bertanya terlebih dahulu, takut ia tidak diizinkan untuk menambah makanan.

"Boleh dong, nih ambil aja. Abang masak banyak kok." Jawab Minu sambil menyodorkan beberapa lauk lainnya.

"Alah bilang aja lu lapar nyet. Kok bisa ya orang kaya kelaperan?" Ledek Haekal.

"Berisik jomblo!"

"Apa maksud membawa status jir?" Haekal merasa tak terima dengan ucapan Felix.

Dan selanjutnya acara makan malam bersama itu dipenuhi dengan obrolan acak dan ringan ala-ala remaja masa kini.


*Kondisi Haekal setelah dibekap bantal oleh Banda~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Kondisi Haekal setelah dibekap bantal oleh Banda~

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang