5. Permulaan bagi Abang dan Adek

9 0 0
                                    

Banda pulang ke rumah dengan perasaan aneh. Banda merasa kalau yang tadi mengirim pesan bukanlah Minu, karena Banda tahu Minu bukanlah tipe orang seperti itu. Sesampainya di rumah, Banda melihat mobil kesayangan Minu sudah terparkir di garasi, yang berarti Minu sudah pulang dari kantor. Baru saja Banda membuka pintu rumah, namun ia sangat kaget karena keberadaan Minu di dapur.

"Ini abang lagi siapin makan malam. Kamu langsung mandi ya? Abis itu langsung ke dapur, kita makan bareng." Itulah yang Minu katakan ditengah kesibukannya mempersiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Namun Banda hanya menatap sinis kegiatan abangnya itu. Banda menganggap Minu sudah sangat aneh.

"Berhenti."

"Maksud kamu apa dek?" Minu tidak mengerti maksud perkataan Banda.

"Berhenti ngelakuin hal asing kaya gini." Jawaban dingin terlontar dari mulut si bungsu.

"Hal asing apa sih dek? Abang bener-bener ga ngerti."

"Berhenti sok perhatian sama gua." Lagi-lagi Banda menjawab dengan nada datar dan tanpa ekspresi.

"Emang salah kalau abang nyiapin makan buat adiknya sendiri? Emang ga boleh ya abang perhatian sama adik abang sendiri?" Minu masih bertahan dengan pendiriannya untuk menyiapkan makanan.

"Gua bilang berhenti anjir! Jangan membuat gua sebagai orang jahat disini!" Banda memilih langsung pergi ke kamarnya, meninggalkan Minu yang masih terdiam di dapur.

"Mungkin perlakuan abang ini kurang berkesan ya buat adek? Maaf ya dek kalau abang bisanya cuma bikin adek marah sama abang, abang cuma pengen kita akur aja kok, ga lebih." Batin Minu.

Sebenarnya Minu hanya mengikuti saran dari Chandra.

Jadi ketika Minu makan siang bersama dengan Eka dan Chandra, salah satu sahabat sekaligus partner bisnisnya Minu pun memberi nasehat, dan orang itu adalah Chandra. Chandra menasehati Minu untuk mendekati adiknya itu dengan perlahan, jangan terlalu over karena itu hanya akan membuat risih. Minu yang mendengarkan nasehat dari Chandra pun mulai menyukai ide sahabatnya itu dan pada akhirnya ia akan langsung menerapkannya ketika di rumah.

Namun sayang, nasehat Chandra belum sukses untuk saat ini. Tapi Minu yakin, suatu saat akan luluh perlahan, ini hanya persoalan waktu.

Setelah selesai memasak, Minu menyusul Banda ke kamar dengan kedua tangannya yang memegang suatu nampan berisikan makan malam. Baru saja sampai di depan pintu kamar si bungsu, Minu hanya melihat pintu kamarnya tertutup dengan rapat. Tak ada celah bagi dirinya untuk masuk.

"Dek, abang boleh masuk?" Tak lupa Minu mengetuk pintu perlahan, agar tidak menganggu sang adik.

Hening. Tidak ada jawaban dari dalam kamar.

Namun Minu bukanlah orang yang patah semangat, lagi-lagi ia bicara dengan harapan adiknya mendengarkan dan menjawab.

"Banda? Ini abang bawa makanan buat kamu. Jangan lupa dimakan ya, dek? Abang ke kamar dulu." Minu akhirnya berjalan menjauh dari kamar Banda.

Sedangkan dibalik pintu itu ada Banda dengan segala pikirannya.

Banda mulai memikirkan apakah sikapnya tadi sangat keterlaluan terhadap kakaknya. Karena jauh di lubuk hati seorang Banda, ia juga merindukan sosok kakak seperti Minu. Banda sampai heran sendiri, kesabaran Minu itu terbuat dari apa sampai-sampai ia begitu sabar menghadapi adik seperti Banda.

Tanpa disadari perut Banda mulai bersuara, dan ia pun menyadari kalau dirinya kelaparan. Bagaimana tidak lapar, ketika terakhir Banda makan itu saat di kantin tadi. Banda sangat merasa lapar, asam lambung yang mulai naik membuat perutnya sesekali merasa perih. Tapi Banda terlalu gengsi untuk menerima makanan yang tadi sudah tersedia di depan pintu kamarnya.

"Ambil ga ya? Engga anjir jangan! Entar dia kegeeran lagi. Tapi, kalau ga diambil tu makanan sayang banget, mana keliatannya menggoda.." Konflik batin Banda.

Dengan usaha yang sangat maksimal untuk menahan godaan aroma makanan, Banda mempertahankan ego dan harga dirinya. Tapi pertahanannya runtuh seketika, "GUA BUTUH MAKAN!"

Perlahan pintu kamar yang tadinya tertutup rapat, kini mulai terbuka. Banda mengecek makanan yang Minu siapkan itu.

"Oke ada tumis tauge kesukaan gua, ada nasinya juga pake sambel bubuk, ada susu juga ternyata. Waw ada ayam keepci dong, mana ayamnya yang crispy. Fix ini kayanya hari terbaiknya Subanda!" batin Banda.

Setelah mengamati situasi rumah dan dirasa aman, Banda mulai melancarkan aksinya untuk mengambil nampan penuh berisi makanan. Banda mengambil nampan itu dengan hati-hati namun sangat cepat.

Tanpa Banda sadari, ada sosok yang mengamati dan tersenyum melihat tingkah konyolnya itu. Siapa lagi kalau bukan Minuarta.

***

Keesokan paginya Banda terbangun dan langsung bersiap untuk pergi ke sekolah. Setelah siap, ia pun keluar dari kamar dan berjalan menuju lantai bawah. Ketika melewati meja makan, Banda melihat sesuatu dibalik tudung saji. Dengan penuh rasa penasaran ia pun membukanya. Terlihat ada roti bakar dengan selai favoritnya yaitu selai stroberi, tak lupa ada segelas susu juga. Di piring roti bakar terdapat sebuah sticky note yang Banda yakini ini ulah kakaknya.

"Eat me! Sarapan ya dek? Bandel juga butuh tenaga!" isi dari note tersebut.

"Lebay lu!" ledek Banda pada sticky note yang kakaknya tulis itu.

Meskipun Banda merasa geli pada tingkah kakaknya, namun pada akhirnya ia tetap memakan roti bakar dan meminum susu yang sudah disiapkan dengan penuh ketulusan.

"Thanks Bang Minu." Ucapbatin Banda.

" Ucapbatin Banda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang