Hinata merundukkan kepalanya. Mengelus lembut nisan dihadapannya. Sedih, rindu, gelisah semua bercampur satu. Perasaannya setiap kali menginjakkan kaki ke pemakaman Konoha selalu seperti ini. Setahun telah berlalu sejak perang dunia ninja, Hinata menyadari bahwa nyawa seseorang bagai bunga kering. Ketika saatnya tiba, bunga itu akan gugur lalu terbang mengikuti angin. Sekarang masih pagi, tapi Hinata sudah menginjakkan kaki ke tempat ini.
Akhir-akhir ini, ia sibuk membantu para sensei di akademi ninja. Membantu mengajar para calon genin. Hinata memutuskan mengambil pekerjaan itu sembari sesekali diberikan misi oleh Hokage. Jika ditanya tentang kepedihan hatinya, tentu. Tentu saja ia sangat sakit. Hinata selalu merasa sakit. Semua hal yang ia temui adalah gelap. Tapi tentu saja, ia tidak ingin menunjukkan semua itu kepada semua orang.
Maka dari itu, ia memilih mengajar ke akademi ninja agar ia merasa lebih baik. Mengajar dan tertawa bersama anak-anak. Ia suka hal itu, cukup menyenangkan. Cukup untuk melupakan sebentar rasa sakit yang terus saja mendera hatinya.
Ah, Hinata jadi ingat. Seluruh keluarganya ikut serta dalam perang dunia ninja. Hingga Kami-sama merebut semua nyawa mereka. Tidak, Hinata tidak menyalahkan Kami-sama, ia tidak mempunyai keberanian hingga menyalahkan sang Pencipta. Ia hanya, hanya merasa sedih karenanya, mengapa harus seluruh keluarganya? Seluruh klannya? Sosoknya kini hanya sebatang kara. Jika boleh, Hinata ingin mengakhiri hidup lalu bersama keluarganya. Tapi tidak, Hinata tidak ingin menyerah. Mengakhiri hidup berarti putus asa dan Hinata bukan orang seperti itu.
Neji-niisan, Hanabi, lalu... Otou-sama, dan seluruh klannya semua gugur dalam pertarungan. Di pemakaman ini, keluarganya telah dikuburkan. Tangis Hinata telah pecah dihari kematian seluruh keluarganya, hingga air mata itu sudah tak mau menetes lagi hingga saat ini.
Kembali lagi ke tempat dimana ia sekarang, gerimis air hujan jatuh perlahan. Hinata mengangkat kepala, menatap langit yang tak ia sadari telah berwarna keabuan, tanda hujan akan turun dengan deras. Ia tersenyum kecil, tanda telah puas melepas rindu dengan keluarga. Mungkin ia akan datang lagi nanti bila sudah ada waktu untuk berkunjung. Yah, walaupun hanya mengajari anak-anak hal kecil, namun beberapa sensei terkadang memberikan tugasnya pada Hinata ketika mereka sibuk.
Hinata tentu tak menolak toh ia melakukan ini dengan senang hati. Rasa lelah kadang terlupakan bila memandang anak-anak akademi tertawa.
Kakinya melangkah dengan sedikit cepat, menuju kebawah pohon besar. Meneduh untuk sementara sebelum melanjutkan langkahnya untuk pulang. Ia mencari-cari sesuatu yang dapat ia gunakan menutupi kepalanya. Sebenarnya tidak apa-apa bila ia terkena hujan, hanya saja ia sedikit sayang dengan pakaian ini. Hingga beberapa saat, gerimis tiba-tiba menghilang. Untuk itu, Hinata segera berlari menuju kediaman Hyuuga sebelum hujan benar-benar turun dengan deras.
Beberapa menit berlarian, hingga akhirnya sampai di mansion Hyuuga, Hinata segera masuk ke dalam gerbang. Berjalan menuju dapur, menaruh sisa bunga yang ia gunakan untuk berziarah tadi. Hinata segera beranjak menuju ke kamarnya.
Di kamarnya, Hinata biasa merajut. Itu adalah kegemarannya. Akhir-akhir ini ia sedang membuat sebuah syal. Benang gelap berwarna biru tua itu entah kenapa ia sukai. Mungkin karena warnanya tidak norak dan cocok dipakai kemana saja. Mau itu siang hari maupun malam hari. Kegiatan merajut ini sering ia lakukan saat senggang seperti ini. Walaupun beberapa waktu lalu ia sedikit sibuk karena harus mengurus anak-anak akedemi dan juga misi dari Hokage.
Sebenarnya syal ini sudah hamper selesai. Hanya saja ia ingin menghias sedikit pada pinggirannya. Karena itulah syal ini masih belum selesai.
Hingga satu jam berlalu, kegiatan menghias itu akhirnya selesai. Hinata sangat puas dengan hasilnya. Ah, andai Otou-sama, Hanabi, dan Neji-niisan masih hidup, mereka pasti kubuatkan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dim Destiny
RomanceBulan jika disandingkan dengan gelapnya Malam, memang tidak sehangat bila bersama Matahari. Namun, dinginnya Malam dapat membawa kehangatan disetiap sentuhan. . . . Disclaimer : @Masashi Kishimoto Credits photo: @oppy190213 on Twitter Edit by Me War...