Pagi yang cerah seharusnya menjadi santai dan tenang. Namun, bagi Hinata tidak.
Mulai sekarang, ia berjanji tidak akan pernah lagi walau hanya sekedar mencoba mengulang apa yang ia lakukan tadi pagi.
Hinata menuntup kepalanya dengan selimut. Demi apapun dia sekarang bahkan belum memakai apapun. Hanya memakai selembar handuk. Baru kali ini Hinata merasa sangat tidak ingin melakukan apa-apa karena selalu saja mengingat kejadian pagi tadi.
Pukul lima pagi tadi, Sasuke mendapat panggilan tiba-tiba dari Hokage. Misi rahasia menuju Desa Otogakure. Penyelidikan yang entahlah Hinata kurang tau mengenai hal apa. Intinya rahasia.
Setelah panggilan dari gulungan yang dikirim melalui burung ninja, Sasuke segera beranjak dari tempat tidur meninggalkan dirinya. Ketika itu, Hinata baru saja membuka mata. Pinggangnya masih terasa sakit walau ia tidak tau hal itu disebabkan oleh apa. Ia mendapati suaminya yang kurang ajar itu memang benar-benar kurang ajar karena meninggalkannya sendiri.
Hinata perlahan beranjak dari tempatnya tidur. Dengan menggulungkan selimut tipis yang ia pakai sejak tadi malam. Perlahan berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi. Hingga akhirnya ia menyadari, seseorang berada di dalamnya. Ia masih sangat mengantuk untuk tau kalau orang yang berada di kamar mandi sudah selesai dan berdiri di ambang pintu, memperhatikannya.
Hinata mengerjapkan mata. Berusaha memahami situasi. Uchiha Sasuke sedang berdiri dengan handuk yang kecil yang tersampir dipinggangnya. Menutupi area pribadi laki-laki itu.
Hingga di kerjapan ketiga, mata Hinata membulat. Ia segera membalikkan badan. Meremas kuat ujung penutup selimut agar tidak dengan tiba-tiba melorot lalu semakin membuatnya malu.
“Ada apa?” suara berat Sasuke membuatnya sedikit merinding. Apalagi saat ia merasakan sentuhan pada pinggulnya.
Jemari besar itu merambat lalu mengelus area pinggulnya.
“Kau butuh sesuatu?”
Pelukan manis di pagi subuh memang romantis, hanya saja sekarang keadaannya Hinata sedang tak ingin beromantis ria ataupun bermenye-menye dengan laki-laki semacam Sasuke yang entah kenapa ditakdirkan menjadi suaminya.
“Ano… Sasuke-kun,..”
“Hn?”
“A-aku akan mandi sebentar.”
“Nanti.”
Bulu kuduk Hinata seakan berdiri saat Uchiha Sasuke berbisik lirih di telinganya.
“T-tapi… S-Sasuke-kun…”
“Hari ini aku ada misi, Hokage baru saja memberikan perintah. Kau pasti merindukanku.”
Hinata rasanya ingin muntah mendengar hal itu. Astaga, betapa kurang ajarnya Hinata sekarang. Apalagi yang sejak tadi ia sumpahi suaminya sendiri. Ini karena Uchiha Sasuke selalu saja membuatnya jengkel.
“Ah.”
Ups, suara laknat apa itu?
Hinata segera menutup mulutnya. Bisa-bisanya. Tangan nakal itu bergerak dengan sangat cepat. Dan entah sejak kapan jemari besar Sasuke tanpa izin mencengkram dadanya.
“S-sasuke-kun…!”
“Tenanglah. Aku hanya tidak ingin melewatkan ini.”
Ha? Kalimat kurang ajar dari mana itu?
Hinata segera melepaskan satu tangannya dari cengkraman kain, lalu berusaha melepaskan pelukan Sasuke.
“K-kau bilang ada m-misi… S-segeralah pergi, H-hokage-sama akan marah kalau k-kau terlambat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dim Destiny
Любовные романыBulan jika disandingkan dengan gelapnya Malam, memang tidak sehangat bila bersama Matahari. Namun, dinginnya Malam dapat membawa kehangatan disetiap sentuhan. . . . Disclaimer : @Masashi Kishimoto Credits photo: @oppy190213 on Twitter Edit by Me War...