Fullmoon Kiss [Morita Hikaru x Tamura Hono]

230 14 9
                                    

Matahari sedikit demi sedikit mulai terbenam. Pertanda bahwa sebentar lagi langit akan berubah menjadi kelam.

Namun Hikaru dan teman-teman organisasi mapala-nya itu masih perlu melewati setidaknya 1 pos lagi sebelum mencapai puncak perkemahan.

Ketika mereka sampai dan mulai mendirikan tenda, bagian logistik mengatakan bahwa ada tiang flysheet mereka yang hilang sehingga mereka tidak bisa mendirikan atap.

Mendengar itu salah satu pembimbing mapala itu mengusulkan untuk mencari kayu sebagai pengganti tiang flysheet yang hilang.

"Hikaru."

Gadis yang dimaksud tidak menoleh, dia tau bahwa dia akan disuruh untuk melakukan hal yang merepotkan.

"Morita Hikaru!" suara pembimbing mereka meninggi, membuat Hikaru terkejut.

"I-iya Pak?"

"Hikaru, sana kamu nyusul Hono." Kali ini suara pembinanya itu membuat mata Hikaru terbelalak.

"H-hah? Tapi pak, saya kan mau bantu Marina masak." respon Hikaru gugup, bukan karena takut dengan suara pembimbing mereka yang meninggi, tapi karena dia disuruh untuk menemani Hono–kakak tingkat yang sudah dia kagumi dari dulu dan bahkan menjadi salah satu alasan Hikaru bergabung dengan organisasi mahasiswa pecinta alam ini.

"Hono tadi pergi sendiri, saya gak mau ada yang pergi sendiri. Sana cepet nyusul, nanti saya bilang Rena yang bantu Marina masak."

Hikaru masih heran kenapa anggota terpendek seperti dia dipilih untuk menemani kakak tingkatnya mencari kayu, padahal orang lain terlihat lebih pantas untuk pekerjaan ini. Namun, suara lantang pembina mereka kembali terdengar. Takut mendengar suara itu lebih lama, akhirnya Hikaru bergegas menyusul ke arah kakak tingkatnya yang sudah jalan terlebih dahulu.

Terlihat sosok tinggi dengan rambut legam tengah berjalan dengan menyandang tas carrier nya, masih dengan seragam pendaki lengkap dari atas kepala sampai kaki. Kating Hikaru yang satu ini memang punya self-management yang patut diapresiasi, tapi Hikaru heran kenapa juga dia harus bawa tas seberat itu padahal cuma mau pergi mencari kayu.

Hikaru mulai berjalan di belakang Hono, yang lebih tua pun mendengar suara di belakangnya. Ia menoleh, membuat keduanya terkejut.

"Hii-chan? Kamu ngapain?"

"Hii-chan?" respon Hikaru kebingungan. Ini sepertinya pertama kalinya dia bicara dengan kakak tingkatnya itu, tapi kenapa Hono sudah memanggilnya dengan nama panggilan seperti itu.

"Eh? Nama kamu Hikaru, kan? Jadi kalau aku panggil Hii-chan berarti boleh kan?"

Hikaru mengangguk. Dia senang dipanggil dengan nama panggilan seperti itu. Ini membuatnya merasa lebih akrab dengan Hono.

"Terus, kamu kenapa disini?" tanya Hono sekali lagi karena pertanyaannya sebelumnya diabaikan.

"Aku disuruh pak pembina, kak."

"Lain kali manggil ya, untung aku tadi gak refleks mukul kamu karena kaget."

Hikaru hanya mengangguk menanggapi peringatan atau mungkin candaan dari Hono. Mereka pun berjalan berdampingan dengan jarak yang cukup lebar.

Hikaru merasa katingnya itu melirik beberapa kali ke arahnya, dia mencoba melihat balik ke arah Hono dan tatapan mata mereka pun bertemu.

"K-kenapa Kak?"

"Jalannya jangan terlalu di pinggir, nanti bisa kepleset masuk ke semak belukar loh." Seru Hono memberi peringatan dengan suara yang cukup tegas namun tetap terdengar gemas di telinga Hikaru.

Sakurazaka no HanashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang