BAB 2 : RUNYAM

52 12 0
                                    

Dua siswi berambut panjang dengan pancaran warna yang berbeda telah sampai di tujuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua siswi berambut panjang dengan pancaran warna yang berbeda telah sampai di tujuannya. Kebaikan sang sahabat dalam melindunginya seolah tak bisa Naira balas dengan apapun. Ia tahu, perangainya Himalia memang sekasar itu.

Usai mengucapkan salam perpisahan, senyuman yang sedari tadi menghiasi wajah cantik Naira pudar seketika. Tubuhnya berbalik, menatap rumah yang lebih pantas disebut kebut binatang. Tempat pulang yang begitu besar namun hanya diisi oleh tiga orang—dua orang kadang-kadang. Selebihnya hanya terdapat makhluk Tuhan yang tidak dibekali akal melebihi manusia.

Dari awal pijakan pertamanya sudah disambut oleh kicauan burung yang hobinya berisik ketika ada seseorang masuk area rumah. Di sebelah kanan teras rumah terdapat kolam ikan dengan bermacam-macam jenis ikan hias. Tangan Naira bergerak membuka pintu, sepuluh anak anjing serta kucing yang menggemaskan datang menghampiri.

Naira mulai mendengus kesal, ke mana seseorang yang mengurus semua anjing dan kucing ini. Bukankah harusnya mereka berada dan bermain di kamarnya sekarang? Kamar yang dimaksud ialah ruangan luas khusus mamalia sejenis bermain-main, tidur, bahkan bersantai. Masih banyak lagi satwa familier di rumah Naira, tidak bisa disebutkan satu-satu saking banyaknya.

Pintu kayu dibanting begitu saja olehnya tetapi ditahan lagi saat hampir menutup, lantas ia tutup secara perlahan. Naira menghela napas gusar, hari yang melelahkan untuk berpura-pura. Namun tetap mengapresiasi diri sebab topengnya masih bertahan sampai hari ini. Ralat, meratapi diri.

Naira melepaskan sepatunya, mengambil gundukan kapas di dalam sana lantas ia lempar ke arah tong sampah kecil khusus kertas. Sesekali tangannya memegang kepala, menahan rasa pusing yang kini mulai menyerang.

Rambut indah dengan sedikit polesan merah muda terang itu ia tarik dari tempatnya hingga terlepas dan memperlihatkan rambut sesungguhnya yang lebih pendek dari wig itu. Kiranya sebatas tengkuk. Busa di dadanya ia keluarkan, membuatnya kini merasa lebih nyaman, tidak dengan terpaksa menggunakan benda yang sebetulnya tak perlu Naira gunakan itu.

Tinggal sentuhan terakhir. Naira beranjak dari tempat tidurnya, mengambil air pembersih wajah atau micellar water beserta kapas di nakasnya. Cermin berukuran setengah badan sudah menjadi pemandangannya kini. Dituangkannya sedikit air tersebut pada kapas, Naira mengusap wajahnya menggunakan kapas yang sudah dibasahi sedikit  itu dengan memberikan tekanan. Supaya riasan super tebal itu lebih cepat hilang.

Setengah dari riasannya sudah dihapus. Kentara  sekali perbedaannya, juga seolah menggambarkan kehidupan Naira selama lebih dari dua tahun ini.

Bagian yang sudah bersih dari segala jenis make up ialah Naira yang sesungguhnya Naira yang asli, dan Naira yang tidak memiliki teman. Sementara bagian yang masih tertutupi make up ialah Naira yang penuh tipu daya; Naira si uwu girl dari Bayu Candra; Naira yang menjadi idaman semua kaum adam; Naira yang mudah memiliki teman; dan Naira yang palsu.

BandaNeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang