"Ada kalanya aku pergi ketika peranku sudah tak kau butuhkan lagi."
•
•
•Jihan menangis tersedu-sedu, setelah beberapa jam sebelumnya ia melihat postingan seorang wanita yang melibatkan pacarnya, Alzio. Jari telunjuknya masih menuding layar ponsel untuk memperjelas jikalau itu benar Alzio dengan perempuan lain.
Melihat Jihan yang seperti itu membuat Alzio linglung setengah mati, untung saja kedua orangtuanya belum pulang, jika sudah pulang bisa habis dirinya.
Suara Jihan memekik ketika menyadari Alzio malah bersikap acuh tak acuh padahal dia tidak tahu yang sebenarnya jika pikiran Alzio sedang terombang-ambing seperti sampah di lautan.
"KAAMU JAHAAAT!" pekik Jihan kecewa, kedua matanya sudah sembab karena menangis tiada henti dari satu jam yang lalu, hidungnya pun kian memerah.
"TEGA KAMU! KITA KAN MAU TUNANGAN, HIKS! JAHAT! ZIO KAMU JAH-ptttf!" Alzio menutup mulut Jihan ketika mendengar suara mobil yang ia yakini bahwa kedua orangtuanya sudah datang.
Alzio meletakkan jari telunjuk di bibir Jihan. Berbisik pelan di telinganya, "Jangan berisik ya Sayang, nanti aku jelasin kok. Kamu jangan bilang sama Mama, Papa ya. Kamu kan anak yang pintar."
Selang berapa detik, Jihan yang sudah pengap dan kesal langsung menggigit telapak tangan Alzio. Sontak Alzio teriak kesakitan bersamaan Karin masuk ke dalam rumah.
Karin memandangi Jihan dengan tatapan bertanya lalu bergantian menatap anaknya yang sedang meringis dengan wajah yang sudah memerah seperti tomat. Rambutnya acak-acakan membuat Karin semakin dibuat bingung oleh kedua orang itu.
"Ada apa ini, Zio?"
Jihan dengan cepat membuka mulutnya lebar-lebar ingin membalas pertanyaan Karin, tetapi kalah cepat, Alzio menutup mulutnya lagi. Memberi tatapan isyarat kepada Jihan untuk tidak mengatakan apa-apa.
Telanjur sudah sakit hati, kecewa, serta perasaan semua yang tidak mengenakkan sudah becampur aduk di hatinya. Jihan menginjak kaki kanan Alzio dengan keras, seketika itu pun Alzio melepaskan kembali bekapannya.
Jihan berlari mendekat, lalu membuat Karin terhuyung ketika tubuh Jihan ambruk di hadapannya, gadis itu memeluk Karin dengan erat sambil menangis meraung-raung, mulut Jihan terus menyebutkan bahwa Alzio sudah jahat terhadapnya.
"Zio, kamu apakan Jihan?" Nada Karin terdengar sangat mengintimidasi.
Davit yang sedari tadi berdiri hanya bisa menatap tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tapi dari tatapannya menunjukkan adanya kebingungan yang terus saja menyoroti Alzio.
"Itu, Ma ...." Alzio menggigit bibir bawahnya dengan pelan, ragu dan bingung menjawab pertanyaan Karin.
"Aku mau membatalkan perjanjian tunangan aku sama Zio. Zio udah jahat sama aku, Tan!"
Perkataan Jihan mampu membuat semuanya mematung di tempat. Tanpa pikir panjang, Jihan langsung pamit kepada Karin dan Davit, lalu berlari pergi tanpa mengindahkan suara Alzio yang menyuruh dirinya berhenti.
Hatinya sakit melihat sang kekasih yang dicintai ternyata bermain di belakangnya. Itu baru pacaran, belum tunangan apalagi menikah. Beruntung sekali Jihan sudah mengetahui sikap buruk Alzio sebelum hubungan berlanjut ke jenjang serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Sehati [ON GOING]
Teen Fiction📌FOLLOW DULU YUK AUTHORNYA SEBELUM BACA 📌PLAGIAT? MENJAUH SANA, BENALU AJA LO🚫 ••••• Bukan kisah cinta segitiga, dan juga bukan kisah cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi, ini adalah kisah cinta yang tiada ujungnya, tiada jalan keluarnya, terkec...