BAGIAN 10 : GAUN

142 97 943
                                    

Velly menghempas tubuhnya yang penat itu ke kasur. Matanya terpejam guna meringankan sakit kepalanya yang menyerang tiba-tiba. Setelah pulang kerja pasti saja sakit kepalanya itu mendadak kambuh.

Dia bangkit, jalan perlahan menuju meja, di sana terdapat satu buah bingkai yang menampilkan wajah orang yang ia sayangi.

"Mama, Ayah, kangen...." Velly menunduk lemas.

BRAKKK

Sheila tanpa bersalah ia masuk ke kamar dengan senyum lebar setelah membanting pintu. Velly menggerutu melihat sahabatnya itu.

"Vel, gak lama lagi gue ketemu sama dia!" pekik Sheila.

"Hm."

Wajah yang semula cantik dengan senyuman, kini mulai pudar mendengar jawaban Velly. "Kok jawabnya begitu doang? Gak seneng ya?"

"Gak tuh."

"Ck, Vel. Ada apa sih?" Sheila bertanya yang semula ia duduk di kasur, kini sudah berada di samping Velly.

"Gak ada apa-apa," jawabnya, merasa bosan ia bangkit, lalu kembali merebahkan diri di atas kasur empuknya.

"Gue tau lo lagi mikirin sesuatu, mikirin apa sih?"

"Gak ada, Shei."

"Jangan bohong gitu dong," desah Sheila merasa sahabatnya itu merahasiakan sesuatu.

"Gak, Shei, percaya deh. Tadi gimana, tunangan lo nanti mau dateng?" Velly mulai mengalihkan topik pembicaraan, jika tidak begitu Sheila pasti tetap keukeuh dalam pendiriannya.

Sheila tampak mengembuskan napasnya. "Yaudah kalo lo gak mau cerita."

"Hm, jadi gimana, coba ngomong," pinta Velly mengencangkan bantal yang berada di bekapannya.

"Iya, calon tunangan gue nanti mau ditemuin sama gue, em ... katanya juga dia sebenarnya kuliah di sini, gatau kuliah yang di mana," jelas Sheila.

"Wah, serius lo? Dia kuliah di sini?" Velly bertanya semringah, mulai tertarik dengan obrolan Sheila.

"Iya, Vel, gue jadi semakin penasaran."

"Emangnya kapan lo ditemuin sama dia?"

"Gue gak tau pastinya sih, tapi intinya gak lama lagi kok," terang Sheila, lalu Velly mengangguk mengiyakan.

🌺🌺🌺

"AYO! AYO! LO PASTI MENANG!! SEMANGAT!!!"

Ia menambahkan kecepatan motornya ketika menyadari lawan mainnya itu ingin mendahului dirinya. Bibirnya tersenyum simpul, lalu menyalip lawan main yang berada di depannya.

Merasa terkalahkan lelaki tersebut mengumpat habis-habisan. "Bangsat!"

"KENAN!!! KENAN!!! AYO KENAN LO PASTI MENANG!!!" Suara teriakan itu tidak lain adalah suara Luna. Ia tampak tersenyum lebar ketika menyadari Kenan menjawab teriakannya dengan menambah kecepatan motor lelaki itu.

"Gue yakin lo bakal jadi yang spesial buat Kenan," kata Indy teman Luna.

Luna melirik Indy lalu mengedipkan matanya. "Tentu dong, yang ngerti dia kan cuma gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Sehati [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang