BAGIAN 7 : KOTAK MAKAN

160 141 959
                                    

Mohon kritik, saran, vote dan komen. Itu penting banget buat aku, terima kasih.

Dentuman musik memenuhi telinga wanita cantik yang sedang tersenyum miring memandangi kedua lawan bicaranya dengan tatapan berbagai arti. Lolita meraih gelas lalu meneguk cairannya, kepalanya miring dan memutar perlahan akibat efek dari minuman itu.

Pikiran Lolita sedang kalut, dan yang bisa membuatnya tenang hanya minum-minuman beralkohol, persetan dengan kesehatan tubuh. Toh, tidak ada yang peduli pada dirinya.

Keluarga tidak punya. Ia sudah menganggap keluarganya mati. Mati di hatinya dan di ingatannya.

"Gue gak akan bisa diam. Biarin Zio balik lagi sama Jihan? Hahaha, gak bakalan mungkin," ambis Lolita.

"Oh, jadi lo gak jelasin tentang foto itu?" Kate bertanya sambil mengambil ponselnya ketika menyadari layar benda itu berkedip.

"Ya jelas enggak lah! Emangnya lo kira gue bego?" Lolita tertawa senang, membayangkan Jihan yang pasti sedang menangis tersedu-sedu di pojokan kamar.

"Si Jihannya aja yang terlalu polos, mau aja percaya padahal baru ngelihat foto doang." Nadin menimpali ikut tertawa, tangan Nadin meraih gelas lalu meminumnya, wanita itu menegang kepalanya yang sedikit pusing, mungkin faktor ia terlalu banyak minum.

"Gue kira Jihan cewek yang cerdik, pintar. Eh tau-taunya, bodoh," terang Lolita.

"Zio hanya cuma milik gue, sampai kapan pun. Gak ada yang boleh rebut dia dari gue, termasuk kalian sekalipun!" kekeuh Lolita, walaupun suara dia hampir teredam oleh musik yang keras, tetap saja masih terdengar keegoisan dari nada suaranya.

"Lo merasa gak sih, kalau lo terlalu ambisius?"

Lolita mengepalkan kedua tangannya hingga membuat kedua telapak tangan itu memerah, dengan emosi ia memukul meja dengan kuat membuat semua barang bergoyang, lalu menatap nyalang Kate, napasnya menggebu mendengar perkataan temannya itu. Ia tidak ambisius, tapi dia sangatlah cinta Alzio.

"Ngomong begitu lagi, gue sobek mulut lo!" seru Lolita emosi tingkat dewa.

Nadin menyenggol lengan Kate ketika melihat Lolita yang sudah lenyap dari pandangan mereka. Ia memperingati akan ucapan Kate yang pasti membuat Lolita marah seperti itu.

"Jangan asal ngomong kalo masalah Zio. Sensitif banget dia." Nadin berujar, tubuh Kate seketika merinding melihat itu, ia gugup setengah mati, tidak lupa ia mengangguk, menjawab ucapan Nadin yang benar adanya.

🌺🌺🌺


Velly terbatuk pelan untuk menyadari Kenan yang tengah sibuk dengan ponsel. Melihat Velly ada di hadapannya, Kenan menaruh ponsel lalu mendongakkan kepala, ia menaikan sebelah alisnya bingung akan kedatangan Velly yang tiba-tiba.

Velly menyodorkan kotak makan berwarna abu-abu dengan corak awan kepada Kenan. Lelaki itu tersenyum serta mengambil kotak makan itu.

"Ini gue buat sendiri, dimakan ya," tutur Velly. Kenan mengubah posisi duduknya yang serasa tidak nyaman, kemudian mengangguk sebagai jawaban.

Tatapan Velly terfokus pada kantong plastik di atas meja Kenan. "Itu apa, Nan?"

Kenan mengikuti arah pandang Velly, ia tercekat sesaat setelah ingat apa isi kantong plastik warna hitam. "Oh iya gue lupa, ini tadi Luna yang kasih, gue belum lihat isinya apaan."

Tatapan Velly berubah setelah mendengar nama itu. Nama yang membuat dirinya kesal tingkat kepalang. Tidak dipungkiri, Kenan pun bersikap kepada dirinya sama kepada Luna. Ia yakin, Luna pasti menyukai Kenan, ia tahu jelas.

Teman Sehati [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang