-' ── quatre ᭡࿔

1.1K 168 1
                                    

ꪶ┊It's Okay, I'm Here  ݇-

▬▭▬▭▬▭▬▭▬

(Y/n) membuka matanya lebar-lebar. Peluh mengalir dari pelipisnya. Jantungnya berdebar hebat. Ia merasa jika apa yang baru saja ia lihat merupakan sebuah kenyataan.

Tatapannya ia alihkan ke sebelahnya. Tepat di mana suaminya tengah berbaring. Matanya masih terpejam. Belum ada tanda-tanda jika pria itu akan bangun dalam waktu dekat.

Dikembalikan pandangannya ke depan. Mimpi buruk yang baru saja ia lihat sungguh terasa nyata. Bahkan terasa jauh lebih nyata daripada realita yang ada saat ini. Apakah hal tersebut masuk akal untuk dikatakan sebagai sebuah mimpi belaka? Namun, tentu saja (Y/n) tidak menginginkan hal tersebut menjadi nyata.

"(Y/n)? Ada apa?"

Suara itu seketika memberikan ketenangan di dalam relung hatinya. (Y/n) pun menoleh dan mendapati Izana tengah menatapnya dengan mata yang setengah tertutup.

"Mimpi buruk. Aku baru saja bermimpi buruk," jelasnya singkat. Tampak tidak ingin membahasnya lebih jauh.

Didekatkan dirinya pada sang istri. Izana pun memeluk tubuh (Y/n) dari belakang. Helaan napas lega keluar dari bibir (Y/n). Wanita itu memutar tubuhnya. Menghadap ke arah Izana langsung.

"Mimpi buruk apa yang kau lihat?" tanya Izana tiba-tiba, membuat (Y/n) menunduk.

"Tentang kau. Kau mati begitu saja. Tepat di depan mataku," jelasnya dengan tatapan nanar. Sungguh merupakan mimpi yang terasa sangat menyeramkan.

Tanpa berkata apa-apa, Izana pun mendekap (Y/n) lebih erat. Meskipun hanya sebuah mimpi belaka, Izana tahu jika (Y/n) akan merasa ketakutan. Terlebih mimpi tersebut juga melibatkan dirinya. Bukan bermaksud untuk terlalu percaya diri, namun Izana yakin karena ada dirinya di dalam mimpi itu, (Y/n) pun bereaksi demikian.

"Tenang saja. Hal itu tidak akan terjadi. Percayalah padaku, (Y/n)," ujar Izana. Berusaha menenangkan (Y/n). Ia masih memeluk tubuh wanita itu.

Gemetar karena ketakutan masih bisa dirasakan oleh (Y/n). Tentu saja ia merasa demikian. Pasalnya, mimpi tersebut terasa terlampau nyata hingga sulit dibedakan dengan realita yang ada. Ia pun tak habis pikir mengapa mimpi semacam itu bisa ia lihat. Apakah itu adalah sebuah pertanda buruk?

"Aku takut, Anata."

"Tidak apa-apa, aku ada di sini."

Mereka diam dalam posisi tersebut selama beberapa saat. (Y/n) hanya bisa menenggelamkan wajahnya di permukaan dada bidang Izana yang terbalut piyama. Sementara Izana masih memeluk tubuhnya dengan erat.

Seketika kedua tangan Izana menangkup wajah (Y/n). Ia menyelam ke dalam tatapan (Y/n) yang saat ini tengah menatapnya dengan sirat ketakutan. Jujur saja, Izana tidak pernah merasa suka jika melihat (Y/n) yang ketakutan seperti saat ini. Alhasil, ia pun tidak akan diam saja.

Wajahnya perlahan mendekat. Ia berhenti sejenak. Sekali lagi menatap manik (e/c) itu tepat sebelum bibir mereka bertemu setelahnya. Hanya sebuah kecupan singkat untuk menenangkan (Y/n).

Seusainya, mereka kembali berbaring di atas tempat tidur. Tubuh mereka saling berhadapan satu sama lain. Izana pun kembali mendekap (Y/n). Berjaga-jaga agar wanita itu tidak lagi merasa takut.

"Apakah perasaanmu sudah lebih baik?" tanya Izana pelan.

(Y/n) pun mengangguk samar. Ia memang merasa jauh lebih baik saat ini. Hal itu dapat ia rasakan karena Izana. Hanya karena pria itu saja.

***

END ━━ # . 'Anata ✧ Kurokawa IzanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang