MISTLETOE-4

327 37 23
                                    

Mulai konflik nih~

Btw, maaf kalo Chapter ini agak panjang hehehe

.
.
.

Pertama kali yang Raphael lihat saat membuka mata tidak lain, dan tidak bukan adalah langit-langit putih suatu kamar.

Sejenak, ia sulit beradaptasi dengan terangnya cahaya matahari yang masuk kedalam. Ingin rasanya menutup mata kembali.

Namun, saat baru menyadari tubuh bagian atasnya terekspos jelas dengan kedua sayap putih terbalut perban. Mata Raphael langsung terbuka, segera mendudukkan diri diatas kasur yang empuk.

Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan bercat putih gading tersebut. Berusaha menebak-nebak sedang ada dimana ia sekarang---yang sayangnya nihil, ia tak memiliki cukup petunjuk untuk itu sekarang.

Atensinya beralih pada kedua sayap di punggung yang terbalut perban sempurna. Tak merusak sedikitpun bulu putih disana, seolah-olah perban itu dibalutkan sehati-hati mungkin agar tak merusak keindahan sayap itu.

"Siapa ?" Tanyanya, menatap sayap terperban itu.

Lalu, teringat dalam benak sosok dengan surai pirang yang seakan menyala di balik lampu jalan---orang yang menolongnya. Bau farfum maskulin nyaris manis, mengingatkannya pada seseorang.

"Jangan bilang---kalau..."

Ceklek

"Ah, kau sudah bangun Raphael ?"

Raphael tersentak, segera menarik selimut menutupi dirinyanya---berusaha menyembunyikan kedua sayap putih dan wajahnya sendiri. Yang dibalas tatapan bingung oleh Mammon yang baru saja masuk. Pria itu lantas mendudukkan dirinya di dekat sang Archangel.

"Raphael ? Bagaimana tubuhmu ? Sudah lebih baik ?"

Raphael beringsut menjauh begitu Mammon mendekat. Terlihat sangat takut---tubuhnya gemetar, seolah menahan sesuatu.

"Hei, Raphael. Aku bicara padamu loh." Ujar Mammon pura-pura kesal. Tangannya terulur, hendak mengelus. "Apa kau baik-baik saja ?---"

Plak!

Ucapan dipotong. Tangan ditepis kasar, membuat sang empu terkejut---menarik tangannya kembali.

"Pergi." Celetuknya, makin mengeratkan selimut. "Kau sudah melihatnya kan ? Jangan mendekat. Aku hanya akan menyakitimu."

"Raphael, apa maksudmu ? Menyakitiku ? Apa gara-gara sayap ditubuhmu ?"

Pria itu menangguk. "Aku ini bukan manusia---"

Mammon menahan tawa. "Ya, kau benar. Sayap di punggungmu menjelaskan semuanya." Ujarnya. Lantas, mengambil semangkuk bubur yang ia bawa. "Kita bahas itu nanti. Sekarang, kau sarapan saja ya---" Namun, kalimat selanjutnya pria itu membuatnya terkejut bukan main.

"Aku ini malaikat maut."

"..."

Nada Raphael yang kelewat serius sebenarnya membuat Mammon ingin tertawa. Walau tak dapat dipungkiri ia juga terkejut mendengarnya.

"Oh, jadi kau malaikat maut ? Candaan yang bagus. Baiklah, ayo keluar dari sana sekarang---"

"Mammon." Ucapan kembali dipotong, tubuhnya seketika menegang mendengar Raphael memanggil namanya.

Dengan suara yang berbeda.

Suara dingin dan lebih berat. Tak seperti yang ia kenal.

Suara asing, yang menggemetarkan tubuhnya.

MISTLETOE [Aegis Orta Fanfic] Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang