"TIDAAAKKKK—KUMOHON BANGUNLAH !!"
Teriakan seorang wanita terdengar ditengah-tengah sebuah katedral yang terbakar. Wanita dengan helaian sewarna salju dan permata shappire yang basah oleh air mata.
"Aku mohon-Aku mohon buka matamu-A-----"
Air matanya mengalir deras. Membasahi pipi pale yang tak lagi mulus. Kotor. Merah. Dihiasi cipratan cairan merah milik sosok dipangkuannya
-Sosok bersurai pirang yang terbujur kaku dengan luka tembak tepat di dadanya. Cairan merah yang mengucur keluar, mewarnai tunik putih yang dipakainya. Bros biru yang dikenakan jatuh begitu saja. Bersatu dengan cairan merah di lantai katedral.
Sang wanita menangis, menepuk pipi dingin pria itu. Berusaha membangunkannya-walau semua sudah terlambat.
"Kumohon-bangunlah, untuk sekali saja. Aku mohon-"
Tak ada jawaban, Wanita itu mengerang kesetanan. Mata biru bergulir, menatap sesosok makhluk bersayap yang sedari menonton kejadian itu-sosok yang memiliki manik mata serupa sang wanita.
"Raphael-kumohon, kembalikan dia-kembalikan jiwa yang kau ambil-kembalikan A-----" Wanita itu mengatupkan tangan, meminta pada sosok Archangel didepannya. Suaranya begitu parau, terdengar begitu samar daripada suara jeritan orang-orang diluar sana.
Namun-Sang Archangel tidak merespon. Tetap terdiam di tempatnya. Masih dengan tatapan dingin yang sama. Membuat sang Wanita mengerang sekali lagi-berteriak pada makhluk bersayap itu.
"JAWAB AKU, WAHAI PELAYAN YANG DIATAS !"
"-Aku tidak bisa."
"Kenapa-KENAPA TIDAK, RAPHAEL ?! KENAPA !!?"
"Kau bilang akan memberi kami waktu. KAU BILANG AKAN, KAU AKAN MEMBERIKU WAKTU !!"
Sekali lagi, wanita itu berteriak. Namun, kembali. Jawaban yang diberikan tak sesuai harapannya.
"Karena sudah waktunya"
Tubuhnya seketika membeku-manik biru makhluk bersayap itu berkilat. Dekapannya pada tubuh pria itu dipererat. Air matanya makin deras menetes. Suara tangisannya terdengar makin parau
-dan, Katedral-saksi bisu peristiwa itu makin hancur, dilahap oleh jago merah.
Sementara sang Archangel mulai berjalan-mendekati dua insan di depannya. Dengan sabit besar di genggaman tangan.
"Maaf-maafkan aku, A-----."
Tatapan wanita itu berubah sendu. Ia tersenyum pada pria dipangkuannya-seiring dengan langkah kaki sang Archangel mendekat.
"Maaf, karena tak bisa menyelamatkanmu."
Surai pirang yang ternoda dielus lembut. Pipi dingin dan bibir pucat tak lepas dari elusan itu. Sebelum, sang wanita menunduk. Mengecup bibir sang kekasih terakhir kalinya.
"Aku mencintaimu, A-----."
Tepat sebelum sabit sang Archangel memisahkan kepalanya. Bibirnya sempat melontarkan kata terakhir.
Kata yang tak mungkin dilupakan oleh sang malaikat maut itu sendiri.
.
.
.
."Aku harap, kau juga akan berakhir sama sepertiku-Raphael."
.
.
.
.🍃
.
.
.
."Raphael, kau sedang apa disini ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTLETOE [Aegis Orta Fanfic] Slow Update
Fanfiction!WARNING! Cerita mengandung BL Bagi yang homophobic atau terganggu dengan konten seperti ini, saya minta maaf dan silahkan skip Terinspirasi dari lagu vocaloid "Alluring Secret Black Vow" vocal by Len&Rin . . . SUMMARY : Sebagai seorang Malaikat, m...