TIGA

102 10 3
                                    

Paginya di mansion Jayden. Pria itu tengah menikmati sarapannya di meja makan. Steak dan segelas susu menyambut indra perasanya pagi ini. Para maid bersiap disetiap sisi ruang makan, menanti titah yang mungkin saja akan diminta oleh tuannya. Tak berselang lama setelah Jayden menyelesaikan acara makannya, Channe datang dengan senampan sarapan ditangannya.

"Aku akan mengantarkan ini padanya" - Channe

Jayden berdiri dari duduknya, sembari menenteng jaket bomber yang akan ia kenakan. Ia berjalan kearah Channe dan melihat isi nampan.

"Kau sudah memborgolnya bukan?" Tanya Jayden

Yang ditanya hanya menautkan kedua alisnya lalu mengernyit.

Ditempat lain gadis yang menjadi tahanannya mengerjap merasakan kesadarannya yang mulai pulih. Saat matanya terbuka penuh, ia mendapati dirinya tengah berada di ruangan asing yang sangat gelap. Hanya ada lampu tidur yang menerangi sebagian ruangan. Ia melihat jam dinding yang menempel pada tembok, lehernya masih terasa sakit, kepalanya pun masih merasakan pening. Ia memijat tengkuknya dan berjalan ke ujung ruangan untuk mencari saklar lampu.

Kini ruangan tersebut sudah dipenuhi cahaya pasif, ia bisa melihat seisi ruangan sekarang. Jelas ini bukan kediamannya, dan pria itu yang membawanya kemari. Tanpa ingin memastikan secara langsung keadaan pintu, dirinya sudah tahu jika itu terkunci. Kepalanya masih enggan untuk diajak berdiskusi, ia lebih memilih untuk melihat keadaan sekitar mencoba mencari celah untuknya bisa kabur.

Ia memastikan setiap sisi, tak ada satupun benda yang dapat membantunya kabur dari sini. Ia tak tau apa sebab pria tersebut menculiknya, menjadikannya budak pemuas nafsu? Gadis ini melihat keadaannya sekarang, ia hanya berganti pakaian tapi tak ada yang berubah dari tubuhnya. Atau pesaing bisnisnya? Terlalu baik untuk menyediakan ruangan VIP seperti ini, lebih baik jika dirinya langsung dieksekusi.

Ia berdiri ditengah ruangan menatap pintu besar nan kokoh dihadapannya. Terkadang bola matanya berputar mencari benda yang sekiranya bisa merusak pintu ini.

Melihat gelagat Channe, Jayden hanya bisa mendengus. Ia terlampau menyesal telah meninggalkan Channe untuk mengurus gadis itu semalam. Tak tahu saja wanita itu bisa melompat lalu menyerangnya begitu ia membuka pintu kamar.

"Bawakan borgol, aku yang akan mengantarkannya" setelah mengenakan jaket, Jayden mengambil alih nampan yang dipegang Channe

"Kau terlalu melebih-lebihkan, bagaimanapun juga dia hanya seorang gadis" Meskipun begitu Channe tetap melaksanakan perintah sahabatnya

Ucapan Channe tak diindahkannya sama sekali, langkahnya ia lajukan menuju ruang kamar gadis yang ia sekap. Ditemani beberapa maid yang selalu setia mengekor.

"Buka pintunya" Ujar Jayden pada salah seorang maid

Maid tersebut mengangkat balok penyangga, lalu membuka pintu yang terkunci. Perhitungan Jayden benar, tepat saat pintu terbuka dan kakinya melangkah kedalam, gadis tersebut menyerangnya. Nampan yang dibawanya terjatuh, sereal dan cairan susu putih mengotori lantai. Pecahan kaca dari mangkuk dan gelas berserakan dimana mana.

Jayden mendapati pukulan tepat didadanya, dengan pergerakan yang cepat kini gadis tersebut sudah mengunci salah satu tangannya di belakang, sembari menodongkan jarum jam yang runcing pada lehernya. Jayden melirik jam yang seharusnya bertengger di atas dinding kini sudah menghilang. Gadis ini tahu persis jika jarum jam tersebut terbuat dari perunggu yang dibentuk sedemikian rupa agar menyerupai jarum jam.

Give A HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang