PROLOG

1 1 0
                                    


Aku tokoh utama sekaligus figuran.
Aku protagonis sekaligus antagonis.
Aku adalah aku dan bisa saja dia.
Bisa juga aku adalah dirimu.

Aku pemeran sekaligus sutradara.
Aku tokoh sekaligus penulis.
Aku korban dan aku juga penjahatnya.
Aku yang memulai dan aku pula yang akan akhiri.

Aku bukan psikopat!
Aku bukan manusia keji!

Setiap yang hidup akan mati, itu kepastian tetap. Dan aku hanya mengambil peran dalam menyegerakannya. Kenapa harus pusing dan membuatku kian bersemangat?

Maukah kau menjadi yang selanjutnya? Tunggulah!

Ia meremas selembar kertas dalam genggamannya. Lalu kembali membuka surat tersebut. Kertas berwarna merah muda dengan tulisan berwarna merah. Dan ia yakin, orang itu menggunakan darah untuk menulis ini.

Ingatannya melayang pada deretan kejadian lalu. Tangisan, jeritan, rasa takut. Duka akan kehilangan orang terdekat. Trauma yang disebar si pelaku. Bukan manusia keji darimananya? Dia bahkan lebih buruk dari iblis. Dia seorang predator!

Apa katanya? Dia adalah pemain sekaligus sutradara? Dia penulisnya, sutradaranya, tokoh protagonis, sekaligus antagonis. Wah, hebat sekali bisa memborong semuanya sendirian. Lalu dia bersungut akan mengakhiri jalan cerita sesuai keinginannya. Dia yang memulai dan dia juga yang akan mengakhiri. Maka baiklah, psikopat gila! Kau akan mengakhiri semuanya lebih cepat dan teramat menyakitkan. Ia akan ikuti alurnya.

Pria itu menurunkan topinya hingga menyembunyikan area mata. Kegelapan menyamarkan wajahnya. Ia menatap dingin surat tersebut beserta lembaran foto yang berserak di lantai. Sumpah dan janjinya telah membulat. Ia akan membuat si tokoh utama yang katanya juga mengambil peran dibalik layar menyesal.

Tak peduli apapun yang akan dihadapinya nanti.

Apakah ia akan berhasil? Menggeleng tegas. Tentu harus!

Epilog: Penggalan Lara LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang