PART 1

0 0 0
                                    

Hujan deras turun begitu lebatnya. Seolah alam turut memperdalam suasana hatinya. Kisah yang sudah dia impikan sedari dulu melebur seiring waktu. Pintu kayu besar berwarna coklat dengan ukiran unik itu menjadi pusat perhatian seseorang berjubah pink sedari tadi. Meski sesuatu yang salah telah mencampuri, tetap saja tidak serta merta menyurutkan langkahnya. Setapak demi setapak ia lalui mendekati pintu. Ringisan seorang pria terdengar samar menyapa gendang telinga sosok berjubah. Seringaian tampak jelas dari tatapannya walau terhalangi masker kain.

Kenop pintu yang bergerak menambah waswas pemuda di dalam sana. Ia berjalan tertatih dan bersembunyi di dalam lemari pakaian. Tangan lelaki terus menekan bagian perutnya yang terasa sakit. Sesuatu yang basah dan berbau anyir merembes dari balik pakaiannya yang sedikit koyak.

Kesemberautan memenuhi pikiran. Rasa kecewa dan sesal mencekik lehernya hingga dia merasa kesulitan mengambil nafas. Nyaris saja lelaki itu berteriak ketika bunyi pintu dibuka terdengar.

Orang itu. Orang yang telah menawarkan hal gila padanya. Katanya dia sudah membeli benang, jarum, dan kain baru, spesial untuknya. Untuk apa semua benda itu? Salah jika kalian berpikiran orang di sana akan membuatkannya syal, pakaian, atau sesuatu yang indah. Karena, realitanya semua itu adalah bahan untuk menghias gantungan pintunya yang baru. Mencengangkannya yaitu, kepalanya adalah bahan utama gantungan tersebut. Manusia gila berpakaian serba merah muda mengatakan bahwa wajah tampan miliknya sangat pas untuk menjadi gantungan pintu. Kepalanya berdenyut memikirkan semua itu.

"Zikri, ayo keluarlah! Mari bermain sebentar," panggilan bernada lembut namun, lebih seperti ajakan dari malaikat maut untuk si pemuda. "Kau ingin menyusahkan aku, ya? Keluar sendiri atau aku yang mengeluarkanmu?" Suara di luar sana berubah. Bila tadi nadanya lembut kali ini nadanya sangat cempreng. Tampak seperti dua orang yang berbicara.

Lalu suara serak menyahut dua suara lainnya. "Jangan lakukan itu... apakah kalian tidak menyukai Zikri lagi? Bebaskan dia. Kasihanilah lelaki malang dan tampan itu. Zikri ayolah keluar! Aku tidak akan menentangmu lagi untuk mendekati Sherin." Mata pria muda semakin memejam erat. Keringat dingin membanjiri sekujur tubuh. Wajahnya sudah pucat sekarang. Tubuh lemahnya tidak akan mampu untuk melawan sosok di luar sana. Apalagi dengan cairan aneh yang telah orang itu suntikkan membuat tubuhnya begitu letih.

Di luar sana, sosok tersebut melangkah pelan dengan langkah yang sengaja dihentakkan. Tangannya yang terbalut sarung tangan hitam menggenggam erat pisau berlumuran darah. Pisau ditancabkan keras pada lemari lalu kembali dicabut kasar. Bunyi yang timbul menambah kecemasan Zikri. Sekuat tenaga berusaha ia tahan pintu lemari agar tidak terbuka, ketika sosok tersebut berusaha menarik pintu. Rapalan do'a tak hentinya tergumam. Dada lelaki naik turun seiring kesadaran yang mulai mencapai batas. Dalam hentakkan ke tiga pintu berhasil terbuka lebar. Zikri tidak sanggup lagi, mungkin ini akhir hidupnya.

"Se--selamat tinggal," ucapan terakhir sebelum ia menutup rapat matanya.

Perih dan cahaya menyilaukan mengusik pemuda untuk segera terjaga. Ia memperhatikan tempatnya berada. Di neraka kah? Kelopak matanya berkedip beberapa kali lalu membola saat kesadaran telah merengkuh seutuhnya. Dia masih hidup! Nyawanya masih aman, mungkin. Pembunuh gila yang mengincar nyawanya belum membunuhnya. Malah orang itu sepertinya mencoba untuk mengobati, terlihat dari kaki yang terbalut perban.

Rintihan mengisi ruang sempit nan gelap. Bolam kuning yang mulai meredup menjadi satu-satunya penerangan tempat lembab dan pengap ini. Zikri menarik nafas panjang. Sakit pada bagian pinggang serta perut begitu tak tertahankan. Ia menggerakkan tangan hendak menyentuh bagian terparah dari luka di tubuh akan tetapi, ia baru menyadari tangannya terborgol di kedua sisi pada sebuah tiang besi.

Tatapan Zikri membidik sebuah siluet. Seseorang berjalan riang sembari berjoget dan bernyanyi riang. Jubah yang orang itu gunakan berganti sebuah hoodie berwarna merah muda. Topeng hitam menutupi wajah kecuali bagian mulut.

Epilog: Penggalan Lara LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang