Si Katak Terbang meluruk deras dari depan. Ujung senjatanya yang bermata golok besar bergerak cepat menyambar ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
Rangga segera mengempos tenaganya. Tubuhnya melenting ke atas, sambil mengibaskan pedangnya. Si Katak Terbang terkejut. Cepat tombaknya dikibaskan menyamping.
Tras...!
"Heh?!"
Si Katak Terbang bertambah terkejut melihat senjatanya putus menjadi dua bagian. Dan sebelum dia berbuat sesuatu, Pedang Pusaka Rajawali Sakti telah berkelebat kembali ke lehernya. Maka...
Crasss...!
"Aaa...!"
"Heh?!"
Ki Jambrang dan Ki Sedati terkejut melihat si Katak Terbang menggeliat roboh setelah melolong panjang. Begitu terhempas ke tanah, darah membanjir di sekelilingnya. Orang itu diam tak berkutik dengan mata membelalak lebar. Kepalanya nyaris terpisah dari lehernya.
"Hiyaaa...!"
Begitu mendarat di tanah, Rangga berkelebat menyerang dua lawannya selagi mereka belum siap. Gerakannya benar-benar mengagetkan, sehingga Ki Jambrang dan Ki Sedati menghindar sejadi-jadinya.
Begitu telah dapat memisahkan kedua lawannya, kini Pendekar Rajawali Sakti berkelebat mengincar si Ruyung Maut. Pedangnya yang bersinar biru berkilau meliuk-liuk bagaikan sambaran kilat.
"Hup!"
Ki Sedati terkejut, namun cepat melenting ke belakang. Pada saat yang sama, Ki Jambrang maju membantu, menyerang dari samping.
"Hiih...!"
Terpaksa Rangga menarik serangannya. Tubuhnya seketika melesat ke atas dengan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Beberapa kali dia berputaran, dan tiba-tiba meluruk ke arah si Golok Setan dengan kibasan pedangnya.
"Heh?!"
Ki Jambrang alias si Golok Setan terkesiap. Dia sudah telanjur menyerang dengan ujung golok terjulur ke depan. Akibatnya...
Tras...!
Golok Ki Jambrang langsung putus hingga tinggal gagangnya saja. Belum sempat keterkejutannya hilang, pedang Pendekar Rajawali Sakti telah kembali berkelebat amat cepat, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi. Lalu...
Cras...! Bluk...!
Tak ada jeritan apa-apa. Yang ada hanya suara benda jatuh ke tanah. Kepala Ki Jambrang kontan menggelinding dengan darah memancur dari lehernya. Tepat ketika Rangga mendarat, tubuh si Golok Setan telah ambruk, langsung menggelinjang-gelinjang melepas nyawa sesatnya.
"Ohh...!"
Nyali Ki Sedati alias si Ruyung Maut langsung susut. Dia mengeluh dalam hati melihat kawan-kawannya berjatuhan tewas secara mengerikan. Kini dia sendirian menghadapi Pendekar Rajawali Sakti dengan ruyung yang sebagian telah putus.
"Sekarang apa yang hendak kau lakukan, Ki?" kata Rangga, dingin menggetarkan.
Ki Sedati bergidik juga hatinya. Apalagi saat menatap Rangga yang matanya memancarkan sinar menggetarkan. Tanpa sadar, kakinya mundur beberapa langkah.
"Sebenarnya di antara kita tak ada saling permusuhan, Pendekar Rajawali Sakti...," kata Ki Sedati, tersengal.
"Tapi kau telah membuat permusuhan di antara kita...!" sergah Pendekar Rajawali Sakti.
"Aku..., aku hanya termakan bujuk rayu si Katak Terbang untuk memusuhimu...."
"Aku tak perlu alasanmu!"
"Kalau begitu bunuh saja aku. Ayo, bunuhlah aku!" teriak Ki Sedati, mendadak keberaniannya timbul. Dia sudah merasa pasrah.
"Orang telengas sepertimu terlalu enak mati buru-buru...," gertak Rangga.
"Setan! Kau tak akan dapat apa-apa dariku!" maki Ki Sedati alias si Ruyung Maut.
"Aku masih memberimu ampun, Ki. Tapi coba jelaskan, atas suruhan siapa kalian hendak membunuhku?!" desak Rangga.
"Kau akan menyesal kalau tahu siapa yang menyuruh kami!" desis Ki Sedati.
"Katakan saja. Dan aku akan memaafkanmu...!"
"Dia... dia kekasihmu sendiri!" sahut si Ruyung Maut.
"Tahu apa kau tentang persoalan pribadiku?" tukas Pendekar Rajawali Sakti.
"Siapa yang tak kenal si Kipas Maut? Dia yang menyuruh kami membunuhmu!" tegas laki-laki ber-senjata ruyung itu.
"Hm...," gumam Rangga, terpaku sejenak.
"Aku tak peduli kau percaya atau tidak. Tapi nyatanya memang begitu!"
"Di mana kau temui dia?"
"Dia mendatangi kami satu persatu, dan memberi imbalan uang emas."
"Baiklah! Untuk sementara, aku mempercayaimu. Tapi bila suatu saat kau bertindak macam-macam lagi, aku tak akan mengampunimu. Camkan itu baik-baik!" tandas Rangga. Begitu habis kata-katanya, Rangga telah berkelebat cepat meninggalkan tempat itu menuju ke timur.
Menjelang sore hari Pendekar Rajawali Sakti tiba di kuil kuno yang dikenal bernama Kuil Pintu Nirwana. Matanya langsung beredar ke sekeliling. Kuil itu tampak terasa sepi dan lengang.
"Hmm...!" Rangga bergumam ketika melihat sebuah pohon besar tak jauh dari kuil. Dengan gerakan ringan dia lompat ke salah satu dahan pohon. Dari situ dia bisa mengawasi keadaan di sekitarnya dengan leluasa.
"Kelihatan sepi dan tak ada siapa-siapa...," gumam Pendekar Rajawali Sakti. Entah berapa lama Rangga menunggu di sana. Tapi pemuda itu tetap sabar hingga malam tiba.
"Hm.... Tak ada siapa-siapa di sana. Apakah Genduk berdusta padaku...?" tanya Rangga dalam hati. Namun baru saja Pendekar Rajawali Sakti hendak turun, mendadak terlihat cahaya obor di kejauhan. Rangga menghitung.
"Ada lima! Hei?! Di sebelah sana pun ada cahaya obor yang mendekat. Satu orang! Aku yakin, mereka hendak mengadakan pertemuan," gumam Rangga lagi.
Apa yang dipikirkannya memang benar. Lima pembawa obor dan seorang dari arah lain bertemu di kuil kuno itu. Mereka bercakap-cakap barang sebentar, sebelum masuk ke dalam.
"Hup!"
Dengan mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega' indah sekali Rangga melompat ke pohon yang paling dekat dengan kuil. Dan dia terus melompat ke cabang pohon lainnya hingga berjarak sekitar sembilan tombak.
Saat itu juga Rangga mengerahkan aji 'Pembeda Gerak Dan Suara pada taraf yang paling tinggi. Sehingga dia dengan mudah dapat mencuri dengar pembicaraan dari dalam kuil.
"Bagaimana tugas kalian?" Terdengar oleh Rangga percakapan seseorang. Suaranya agak berat. Namun jenisnya jelas dimiliki wanita. Mungkin berusia sekitar enam puluh tahun.
"Kami belum berhasil membunuhnya, Guru...."
"Kenapa begitu lama? Tuan Putri hanya memberi waktu singkat pada kita."
"Dia cukup tangguh, Guru," sahut seseorang. "Sejak tadi sudah banyak korban yang jatuh di tangannya."
"Apa maksudmu?"
"Enam murid si Katak Terbang tewas. Dan si Katak Terbang sendiri bersama dua kawannya binasa. Seorang lagi yang masih hidup, yaitu si Ruyung Maut terpaksa kami bunuh untuk menghilangkan jejak."
"Tolol! Kenapa kalian gunakan mereka? Orang-orang itu tak punya kebisaan apa-apa!"
"Lalu kami harus menggunakan tangan siapa lagi, Guru?"
"Kalian bisa gunakan tangan si Ular Sakti, Resi Gila, atau si Kelabang Ireng. Mereka termasuk tokoh-tokoh hebat. Kalau bersatu, niscaya dalam segebrakan Pendekar Rajawali Sakti bakal kojor!"
"Guru, mereka adalah sahabat-sahabatmu. Bagaimana mungkin kami mendekati mereka dengan cara..."
"Tolol! Siapa suruh kalian merayunya?! Mereka orang-orang tamak, serakah, rakus! Gunakan uang yang kuberikan pada kalian untuk membujuknya!"
"Tapi jumlahnya tidak mencukupi, setelah digunakan untuk membayar si Katak Terbang dan kawan-kawannya...."
"Tolol! Gunakan otak kalian! Tidakkah kalian bisa mengakali mereka?"
"Baiklah, Guru...!"
"Satu hal lagi yang perlu kalian ingat! Ada seorang pengemis muda yang mengawasi gerak-gerik kita. Kalian awasi kawan-kawannya, jangan sampai mengganggu urusan ini!"
"Apa maksudnya, Guru?"
"Pengemis muda itu kutangkap siang tadi, ketika tengah mengawasi kuil ini. Aku tak yakin dia kerja sendiri. Karena dia putri si Raja Pengemis," jelas wanita yang dipanggil Guru.
"Putri si Raja Pengemis? Apa urusannya dia berani mencampuri urusan kita?"
"Tidak usah banyak tanya! Tugas kalian adalah mengawasi anggota-anggota Partai Pengemis. Aku tidak ingin mereka ikut campur!"
"Baik, Guru!"
"Nah, aku pergi dulu! Besok malam hasil kerja kalian harus sudah ada!"
Setelah berkata begitu, orang yang dipanggil guru segera berbalik dan keluar lebih dulu dari pintu depan. Namun baru saja hendak berkelebat, langkahnya terhenti. Karena....
"Pendekar Rajawali Sakti...?!" desis wanita setengah baya itu, kaget.
Sosok yang berdiri di depan Kuil Pintu Nirwana memang seorang pemuda tampan berbaju rompi putih. Di punggungnya, tampak sebilah pedang bergagang kepala burung rajawali. Siapa lagi kalau bukan Rangga?
Pendekar Rajawali Sakti kini menatap tajam pada perempuan setengah baya yang tadi dipanggil Guru. Wanita itu berambut hitam dikonde. Masih kelihatan cantik, walaupun usianya telah setengah baya. Di pinggangnya melilit sehelai selendang hitam.
"Peri Konde Hitam! Sering kudengar namamu yang kondang hingga ke seantero jagat. Beruntung aku bertemu denganmu di sini," kata Rangga terdengar dingin.
Sementara itu lima murid wanita setengah baya yang ternyata berjuluk Peri Konde Hitam telah keluar juga. Mereka yang semuanya gadis-gadis cantik langsung bersiaga dengan sikap mengepung.
"Guru! Bukankah dia..., dia..., Pendekar Rajawali Sakti?!" desis salah seorang gadis.
"Hm, hebat! Guru dan murid sepakat melenyapkan nyawaku. Aku telah berada di sini. Dan kalian tak perlu repot-repot menggunakan tangan orang lain!" gumam Rangga enteng.
"Pendekar Rajawali Sakti! Kau salah sangka. Kami sama sekali tak bermaksud...."
"Cukup!" Kata-kata wanita setengah baya itu terhenti ketika Pendekar Rajawali Sakti membentak garang. Begitu keras suaranya sehingga membuat wanita itu dan murid-muridnya tersentak mundur.
"Peri Konde Hitam, silakan! Aku telah siap!"
Wanita setengah baya itu tertegun sebentar, sebelum meloloskan selendang yang melilit pinggangnya. Senjata aneh itu panjangnya kurang lebih dua tombak, terbuat dari serat tumbuhan langka yang amat alot dan kuat.
"Pendekar Rajawali Sakti! Kau yang menginginkannya, maka kau akan mendapatkannya!" desis Peri Konde Hitam mendesis.
"Heaaa...!" Diiringi bentakan keras, Peri Konde Hitam mengebutkan selendangnya ke arah dada Rangga.
"Uts...!" Rangga melenting ke belakang, ke arah halaman kuil. Dan baru saja Pendekar Rajawali Sakti mendarat, tangan kiri Peri Konde Hitam telah menghentak disertai tenaga dalam tinggi.
"Hiih!"
Wuusss...!
Selarik cahaya kuning melesat menyambar Pendekar Rajawali Sakti. Namun Rangga yang sudah bisa membaca serangan secepatnya melompat ke samping, dan langsung bergulingan. Begitu bangkit tangannya langsung mencabut pedang di punggungnya.
Sring!
"Heh...?!"
Peri Konde Hitam bergetar hatinya melihat perbawa Pedang Pusaka Rajawali Sakti yang memancarkan sinar biru berkilau. Baru kali ini dia melihat pedang yang membuatnya harus terperangah. Namun saat itu juga semangatnya dikempos. Kembali selendang hitamnya dikebutkan.
Bet!
Ujung selendang wanita itu bergerak cepat ke arah pergelangan tangan Pendekar Rajawali Sakti.
Slap!
Namun ketika Pendekar Rajawali Sakti hendak menyentak, pedang Rangga keburu berputar-putar memapas selendangnya.
Jres! Jres!
"Hah?!"
Peri Konde Hitam terkejut. Dalam sekejap selendangnya putus sepanjang empat jengkal. Sebelum keterkejutannya habis, Pendekar Rajawali Sakti telah berkelebat dengan pedang mengarah ke perut. Secepatnya, Peri Konde Hitam hendak melenting ke belakang. Namun....
Cras...!
"Aaakh...!"
Ternyata ujung pedang Pendekar Rajawali Sakti masih sempat menggores paha perempuan itu. Begitu mendarat, mulutnya meringis menahan perih di pahanya yang mengucurkan darah.
"Guru, kau tak apa-apa?!" seru salah seorang gadis.
Sementara dua murid Peri Konde Hitam langsung lompat menyerang.
"Heaaa...!"
Set! Set!
Salah seorang mengibaskan tangannya, melempar senjata rahasia berupa konde beracun ber-warna hitam mengkilap. Sedangkan seorang lagi menghantam lewat pukulan jarak jauh.***
KAMU SEDANG MEMBACA
207. Pendekar Rajawali Sakti : Kekasih Sang Pendekar
AcciónSerial ke 207. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.