BAB 01

42 8 0
                                    

Mina memeluk kedua kakinya di atas tempat tidur. Hermione dan Ron sudah ada di sebelah ranjangnya. Dengan wajah khawatir. Kemudian di susul oleh Thaya. Begitu dia melihat Thaya, Dia langsung bangkit dan memeluk erat erat Thaya.

"Tenang... tenanglah. Kau aman di sini. Kau baik baik saja. Kenapa? Apa mimpimu terulang? Kau belum menceritakanya pada kami". Katanya

Mina sedikit terisak di sana. Bagaimana mungkin dia akan mengatakan jika dia melihat Thaya mati di kaki Voldemort. Kaki makhluk putih pucat kotor melebihi sampah kotor di tumpukan sampah?. Tidak mungkin dia mengatakanya begitu.

Hermione juga ikut merasa waswas. Dengan pakaian kaus biasa serta celana Panjang biasa. Dia juga sedang menunggu Harry. Sama dengan Ron. Soal persidangan yang akan Harry hadapi, Soal serangan dementor di luar wilayah Hogwart sehingga Harry harus mengeluarkan mantra pengusirnya.

"Itu hanya Cedric. Mimpi Cedric. Mulutku, aku berharap aku bisa menarik kata kata itu." jawab mina. Terpaksa berbohong.

Thaya menggelengkan kepala. "Bukan. Mimpi itu pasti kembali? Mayat di bawah pangeran kegelapan?"

Keduanya melepas pelukan di sana. Thaya ikut mengusap rambut Mina yang tak karuan serta menghapus air mata teman dekatnya itu.

"Blake masih menghantuimu? Sedangkan kau tidak tahu harus dengan cara apa membalasnya" ucap Hermione.

"Mione, dia belum mendapatkan tongkat Cedric. Ingat? Tongkat itu ada pada Dumbledor. Dan Dumbledor masih berada di kementrian sihir. Bagaimana cara Mina akan mendapatkanya". Timpal Ron duduk di pinggir ranjang Thaya.

Mereka sedang berada di sebuah tempat yang tidak terdeteksi oleh siapapun. Mina sendiri tidak peduli harus tahu atau tidak nama tempat ini. yang pasti, di sini ada Lupin. Dia tahu semuanya. Semenjak kejadian tahun ke tiga, dia berusaha menjadi baik pada gadis ini. Dia berusah membantu juga. Mungkin dia akan berlagak sebagai ayah? Mina tidak peduli. Dia masih bermusuhan denganya. Tapi Lupin yang membawanya kesini.

Wajah Hermione langsung muram. "kau benar. Urusan Harry belum selesai. Aku khawatir dengan Blake itu sekaligus Harry"

Mina langsung maju satu langkah. "Hey... Blake bukan urusan kalian. Aku yang akan mengurusnya. Aku yang akan membalas semuanya."

Thaya langsung mencengkram tangan Mina yang sedang emosi. Dia tahu mimpi itu selalu membuat emosinya naik secara tiba tiba. Paling tidak Thaya yang bisa menenangkanya.

Hermione sedikit mundur. Dia melihat mata gadis asia itu sudah berubah menjadi kuning. "Bukan begitu. Aku ikut membantumu. Itu ada hubunganya dengan Voldemort juga"

"Voldemort bukan urusanku." Katanya di sela gigi giginya.

"Mina! Lihat, kau begini lagi"

Gadis ini menoleh karah Thaya. Dalam sekejap bayangan Cedric terlihat di belakang gadis itu. mebuat gadis ini mengerjabkan mata beberapa kali seakan dia tersadar dari seuatu. Dia linglung. Menatap kearah Hermione dan Ron dengan tampang bersalah. Satu detik, kakinya lemas. Dia terduduk di lantai bersandarkan kayu tempat tidur dan memeluk kakinya sendiri.

"Aku sudah gila. Pergilah kalian semua. Atau bunuh saja aku. Bunuh saja aku!"

Ron dan Hermione memandang wajah sangat prihatin dengan apa yang murid Hufflepuff ini alami. Ternyata sangat menghantunya melebihi kutukan harry yang langsung berurusan dengan Voldemort.

"Kami tahu kau tidak ingin melibatkan kami. Membuat kami terluka seperti tahun kemarin? Kami tahu..."

"Kumohon bunuh saja aku. Atau aku akan terus melukai yang lain. Aku tidak mau. Aku tidak mau". Isak Mina.

Hufflepuff Girl Curse #Book 3 "I'm a Mudblood, But Curses Are No Match For Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang