BAB 06

18 8 0
                                    

Jemari Mina meraba rak buku besar di sebelah ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari Mina meraba rak buku besar di sebelah ranjang. Sedikit jauh. Beberapa buku tentang hewan terlengkap yang penah ada pun ada di sini. Dia mengambil satu dan membukanya. Banyak sekali penjelasan tentang hewan gaib sampai hewan terlangkah hingga hewan yang belum mina pernah ketahui.

"kau suka kan?" tanya Draco. Yang duduk di kursi sofa single mewah dekat dengan perapian. Mengangkat kedua kaki di atas meja. Dia memakan sebuah apel hijau di tanganya. Dan memainkan tongkatnya di jemarinya.

"Mungkin banyak sekali pujian yang harus Kukatakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mungkin banyak sekali pujian yang harus Kukatakan." Ucap Mina.

Membawa buku dan mendekat. Merampas apel Draco yang sudah tiga kali dia gigit dan dia lanjutkan makan. Duduk di penyangga tangan tapi Draco menariknya untuk duduk di pahanya.

Tangan pria itu dengan cicin ular yang sama di jemarinya, meraih buku Mina dan apelnya untuk di letakan di arah lain. Draco memeluk gadis itu dan memebrikan beberapa dekit untuk menghirup bau coklat dari rambut gadis itu.

"Tidurlah di sini. Ada jalan keluar lain. kau tidak perlu menunggu teman temanmu tertidur" katanya bersuara parau.

Mina meliriknya kesamping kiri dan mendapati wajah Draco yang dekat. Dia mengendus dan memainkan poni Draco yang mulai Panjang. "Di sini? Sendiri? percuma aku tidur di kamar megah bak seorang ratu serigala jika kau harus tidur satu kamar dengan teman temanmu."

Draco menarik nafas. "Maka aku akan ikut di sini"

"Lalu apa yang akan di katakan Pansy jika dia mendengar dari kedua sabahat gendutmu jika Tuan Malfoy selalu menghilang di malam harinya?"

Draco tampak menatap kearah lain. "Akan ku bilang jika aku sudah belajar sihir berpindah tempat dan aku selalu pulang setiap malam."

Dengan dahi berkerut dia menatap kearah lain.

"Apa?"

"Atau teman temanmu akan menganggapmu seperti bocah yang tidak bisa tidur mandiri" balas Mina.

Draco menggeram. "Astoria selalu memiliki positif thinkhing. Aku bisa menyuruhnya. Hanya dia yang bisa mengalihkan pikiran teman temanku".

Mina sedikit mendongak kan dagunya. "Ooh. Hanya dia ya. Siapa dia? Aku tidak pernah dengar kecuali Pansy temanmu. Crabbe, Goyle, Blaise, Theo. Apa dia anak baru? Seberapa kau mengenalnya?"

Draco langsung terdiam dengan dahi berkerut. "Shut up. Kenapa kau ini? Dia hanya teman. Apa yang membuatmu protektif?"

"Aku?"

Draco semakin bingung di sana. "Sebegitukah kau cemburu? Ayolah mina, dia hanya... cih"

Wajahnya sudah serius serta tampak tersinggung. Di sana. Tapi Mina langsung tertawa dan mengigit hidung Sraco yang lebih mancung darinya. "Aku suka wajah garangmu"

"Troll from hell! mina, aku serius. Awas kau". Tanganya mulai menggelitik Mina hingga gadis itu tetawa lepas.

Sampai Draco menjungjungnya tepat di ranjang dan mencekram tangan Mina. Di situlah lengan kasunya terbuka dan Draco merasakan kasar di bagian punggung tangan Mina yang dia cengkaram.

Mina sudah menahan dagu Draco di atasnya dengan tawa tapi semua terpaku ketika draco melihat sesuatu.

"Apa ini? 'aku akan belajar sebagaimana werewolf?' ."

Mina menarik lenganya kembali untuk menutupnya. Tapi Draco menpasnya dengan kasar dan membukanya lebih tinggi lagi kainnya. Ada dua tulisan. Satunya di punggung tangan mina dan satunya berada di lenganya dekat urat nadi.

Rahangnya mengeras. "Hukuman apa yang kau dapat? Bukankah aku belum menanyakan itu tadi?"

"Hanya mengerjakan beberapa tugas. Aku bodoh dalam Mantra." Dusta Mina. Dia kemudian duduk dengan tangan masih di cengkaram kuat oleh Draco.

"Umbridge melakukan ini?"

Mina terkekeh, berusaha menghilangkan suasana panas. Tapi Draco terlihat marah di sana. Mina mencoba alasan lain. "Kau tahu, aku mencoba menggunakan Kuku ku sendiri"

"Ku tanya sekali lagi. Apa dia melakukan ini!?" kali ini nada Draco membentak.

Tidak bisa mengelak atau dia akan menambahkan masalah. "Dia melakukanya pada Harry juga"

"Aku tidak peduli dengan harry! Tapi kau. Dumbledor harus melihat ini. menghukum murid secara meninggalakan bekas fisik?"

Kedua matanya terpejam sebentar. "ini hukumannya. Selebihnya tidak ada. Hanya kementrian mengatakan jika aku mengundang blake si pelahap mau kesini untuk mencelakai semua murid. Dia akan menyerahkan ku pada kementrian"

"Hell!" tidak ada komentar lain selain tatapan tegang Draco. Dia mengumpat dan menyisir seklias rambutnya denagn satu tangan.

"Aku selalu tidak bisa berada di posisi kau akan terluka. Shit." Celetuknya dengan menggelengkan kepala sekilas.

"lupakan. Nanti akan sembuh sendiri" kata mina menarik tanganya.

"kementrian sialan!. Andai ayah bisa melakukan lebih. Mengusir Umbridge sekalipun atau menghapus namamu di kementrian. Menuduh kau membawa Blake? Lelucon apa itu? bocah cacat sialan." Gerutunya.

Mina hanya terdiam duduk di sebelah draco. Draco menatap kearah lain dengan wajah galak seperti biasanya. "Sudah kuputuskan. Aku harus mencari tongkat si Diggory itu juga. Selama ini aku hanya mencium mu menuruti nafsumu tanpa membantumu. Berada di sisimu disaat kau terluka? Tindakan bodoh."

"Pergi selamanya dengan meninggalkan kerepotan. Sialan kau Diggory" tambahnya.

Gadis di sebelahnya mengangkat tangan kanan Draco untuk dirinya bergerak lebih dekat. Memeluk pria itu sampai keduanya tertidur di sana.

"Kau tidak harus draco."

"Aku harus" jawab cepat dan tegas dari tenggororkan pira ini. "Apa gunanya laki laki di sekitar wanita? "

.

Dua hari kemudian, luka itu sudah hilang. Sengaja dia tidak memberi tahu thaya atau thaya akan merasa bersalah lagi seperti sebelumnya. Sejujurnya dia merasa seperti penghianat dalam pertemanan. Tidak ada pilihan lain dari pada dia akan membuat hati temanya itu sakit. Di rumah burung hantu. Dia memberi surat pertama kali kepada Lupin.

Dia Tulis semua yang dia tahu. Soal blake, dam bagaimana dia harus menjadi werewolf kuat. Lupin menjawab jika cerita blake memang tidak masuk akal, tapi Sirius mengetahui juga siapa trissy. Kelihatannya trissy memang nyata, hanya saja dia sudah mati.

Hufflepuff Girl Curse #Book 3 "I'm a Mudblood, But Curses Are No Match For Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang