Part Three

6 1 0
                                    

Memori hanya ada sebagai bayangan semata, sebab pemiliknya yang harus mengetahui bagaimana cara bisa memperoleh sesuatu disebut memori itu. Entah dengan berbagai macam ingatan, kenangan atau mungkin sesuatu yang lain?

Tapi, tak juga memori mengandung sesuatu yang rumit seperti apa sebelumnya. Tidak begitu rumit, karena semua orang paham dengan apa itu memori yang sesungguhnya.

"Nayuki, Nayuki."

Panggilan seseorang membuat lamunan tak berguna Nayuki menghilang seketika. Dilihatnya dalam pandangan, ternyata sosok lelaki itu adalah teman sekamarnya, Hoshitani Yuuta.

"Eh maaf, Hoshitani-kun. Ada apa?" tanya Nayuki pada akhirnya.

Hoshitani mengerucutkan bibirnya. Entah mengapa mengundang kebingungan dari Nayuki saat itu pula. Sebenarnya apa yang telah membuat seseorang di hadapan menjadi apa yang bisa dilihat netra dia.

"Sedari tadi, Hoshitani memanggilmu. Tetapi, kau tak merespon. Kau benar-benar, sedang melamun seperti kata Hoshitani, ya?" sela seseorang yang baru saja tiba.

Nayuki terdiam, hingga tangannya menggaruk-garuk pipinya tak gatal. "Ahaha, maafkan aku Hoshitani-kun. Aku sedang teringat masa laluku," jelas Nayuki, mengutarkan maksud mengapa ia melamun sedari tadi.

"Oh? Masa lalumu? Seperti apa? Ah, maaf."

Nayuki menggelengkan kepala pelan. Ia sedikit sadar semula Hoshitani menggerutu ketika dirinya melamun, jadilah sebagai balasan saat ini. Ia akan menceritakan sedikit, mungkin?

"Bukan sesuatu spesial, kok. Jadi tak apa, aku akan menceritakannya sedikit," terang Nayuki sedikit terburu-buru.

Hoshitani meneliti setiap perkataan Nayuki. "Benarkah? Sepertinya sangat spesial, deh. Tapi benar, diperbolehkan? Tidak sabar~" Lalu, hal itu diangguki Nayuki, meski diri masih merasa canggung pada awal.

"Tidak juga, kok. Jangan khawatir." Nayuki tertawa kecil, "Tapi sedikit menyedihkan kurasa?" sambungnya, hingga mengubah ekspresi menjadi sedih.

Hoshitani yang melihatnya tiba-tiba merasa tidak enak. "Yah, kalau begitu tak perlu diceritakan. Aku tak ingin Nayuki merasa sedih lagi …." ujarnya, seraya mengusap-usap leher belakang dia.

Nayuki pun berakhir panik sendiri. "Eh? Ah, baiklah. Maafkan aku." Hoshitani menolak hal itu dan dialah yang meminta maaf.

Suasana pun yang semula canggung, oleh permintaan maaf beruntun menjadi sesi canda tawa menghiasi raut wajah keduanya.

Bahkan senyuman pun tak mau kalah, mengekspresikan betapa sesuatunya kejadian kali ini. Meski canggung, tapi mereka bisa membalik suasana. Setidaknya, berkat bantuan Hoshitani juga, sih.

"Sebetulnya, yang tadi itu nyata atau sudah lama, ya?"

End

MEMORY! Nayuki Tooru. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang