01.

490 19 0
                                    

Andai saja perasaan seseorang bisa di atur sesuka hati mungkin aku tidak akan Pernah terluka seperti ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Andai saja perasaan seseorang bisa di atur sesuka hati mungkin aku tidak akan Pernah terluka seperti ini!

Aku sudah bertekad untuk tidak mencintainya namun hati ku menghianati ku, aku merasa cemburu ketika melihat sepasang suami istri yang terlihat begitu mesranya di depan ku saat ini.

Hidangan lezat yang tersaji di atas meja makan yang ada di hadapan ku kini terasa hambar dan menjijikkan, aku sangat membenci perasaan yang singgah di hatiku karena perasaan ini membuat ku sakit.

Aku mengangkat kepalaku ketika mendengar suara dari salah satu sejoli di hadapanku.
"Ara apa makanannya tidak sesuai dengan selera mu" tanyanya, membuatku segera mengeleng pelan dan terseyum manis pada wanita di hadapan ku itu.

"Tidak kak ini enak kok, hanya sedikit tidak nafsu makan saja" jawabku dan kembali menatap mekanan yang ada di piring ku.

Allura adalah namaku yang berarti peri cantik, huh... Aku menghembuskan napas ku apanya yang peri cantik! nama ku benar-benar tidak sesuai dengan jalan hidup yang runyam ini.

"Benarkah?"

"Iya kak ini enak" ucapku walaupun sebenarnya aku tidak menyukainya sama sekali, ku lihat pria yang ada di samping wanita yang ku panggil dengan panggilan kakak itu terseyum kecut sebelum kembali fokus menatap wajah cantik istrinya yang tengah mengkhawatirkan keadaan ku, Membuatku segera membuang muka dan kembali memakan makanan ku dengan paksa.

Aku tahu bahwa pria itu sangat membenci keberadaan ku yang ada di antara hubungan mereka, aku tidak bisa menyangkal bila pria itu menganggap ku sebagai benalu dalam pernikahannya karena itu memang benar adanya.

Mungkin bila bukan karena keinginan istri tercintanya dia tidak akan sudi menatapku apalagi menyentuh tubuhku.

Ya, benar aku datang ke rumah besar ini sebagai wanita yang akan melahirkan anak untuk mereka yang tidak bisa memiliki seorang anak karena wanita yang ada di hadapanku ini tidak bisa mengandung.

Sudah hampir satu tahun aku tinggal di atap yang sama dengan mereka dan sekarang aku tengah mengandung anak dari pria di hadapanku saat ini, usia kandunganku saat ini memasuki usia empat bulan.

Aku selalu merasa cemburu ketika melihat kemesraan mereka, namun aku tidak bisa menunjukkan kecemburuan ku karena aku tahu aku tidak memiliki hak untuk itu, membuat ku selalu menelan bulat-bulat kecemburuan ku.

Sepertinya memang aku yang bodoh bisa-bisanya aku mencintai pria yang begitu membenci ku, tetapi bagimana bisa aku tindak mencintai pria yang menyentuh tubuhku untuk pertama kalinya.

Katakan bagaimana bisa aku tidak mencintai pria yang telah meniduri ku dan mengambil mahkotaku, dia adalah ayah dari calon anakku saat ini. Walaupun aku tahu aku tidak akan ada hak apapun terhadap anakku setelah ia lahir nanti karena mengingat uang yang ku terima dan kontrak yang ku tanda tangani satu tahun lalu.

Tetapi tetap saja aku tidak bisa membohongi perasaanku begitu saja.

Aku tersenyum miris ketika mengingat kembali malam dimana dia mengambil keperawanan ku dengan kasar tampa ada kelembutan sama sekali, walaupun aku menjerit sakit dan memohon agar dia berprilaku lebih lebut namun itu tak membuat nya goyah sedikitpun, malam yang begitu memilukan sangat berbeda jauh dengan apa yang selalu aku bayangkan sejak menginjak dewasa. Malam pertama yang romantis tak akan pernah aku rasakan seumur hidupku.

Aku menaruh sendok makan yang beberapa saat lalu aku gunakan di atas piring, ketika napsu makan ku hilang sepenuhnya. "Kak aku sudah selesai makan, kalau begitu aku pergi lebih dulu ke kamar ku" ucapku seraya beranjak dari kursi.

"Oh... Baiklah kalau begitu selamat malam"

"Iya kak selamat malam" aku pergi meninggalkan meja makan, samar-samar terdengar canda tawa mereka ketika aku menaiki satu persatu undakan tangga menuju lantai atas.

Seketika padangan ku mengabur karena air mata yang menggenang di pelupuk mataku, dadaku terasa begitu sakit rasanya aku ingin melubangi bagian yang sakit ini setidaknya agar aku bisa merasakan sakitnya luka yang berdarah bukanya rasa sakit yang membuat ku sesak dan frustasi seperti ini.

Setidaknya di kamar tubuhku luluh begitu saja di samping ranjang, lantai kamarku yang terasa dingin kini mulai kurasakan, hiks... Aku ingin memiliki pria itu untuk diriku sendiri hiks... Rasanya dadaku begitu sesak bila memikirkan bawah pria itu tidak akan mungkin mau memandang ku.

Aku membenamkan wajahku di atas kasur mencoba memendam suara tangisku yang cukup keras, andai saja kejadian buruk itu tidak terjadi mungkin aku tidak akan seperti ini!.

Ya tuhan aku ingin memilikinya, kenapa bukan aku yang ada di posisi wanita itu? Aku juga ingin di cintai olehnya, aku tahu aku hanya istri sementara baginya tetapi bisakah aku sedikit serakah?!.

Aku menyesali kontrak perjanjian itu, aku ingin menjadi wanita satu-satunya yang akan ia pandang selama hidupnya.

"Hiks... Mengapa sesakit ini" aku mencengkam kuat selimut yang ada di bawah tangan ku.

"Hiks...hiks... Argh... Hiks..."

"Aku mohon hiks... Aku sangat ingin hiks... Memilikinya aku mohon hiks... Siapapun tolong aku hiks... Apapun akan ku lakukan hiks... Apapun"

Entah berapa lama aku menangis untuk melepaskan semua perasaan sakit yang ku pendam selama ini, membuat kepalaku terasa begitu pusing dan berakhir dengan aku yang tertidur di posisi yang sama.

.

Tok...

Tok...

Tok...

Aku mendengar suara samar-samar seseorang yang mengetuk pintu dari luar membuatku membuka mataku yang terasa berat secara perlahan dan melirik jam yang ada di atas nakas, ternyata sudah pukul tujuh pagi.

"Ara..." Suara itu tidak salah lagi itu pasti kak Abel.

Aku mencoba berdiri dari posisi ku yang terduduk di atas lantai, akh... Sial kedua kakiku terasa keram membuat ku sulit untuk menyeimbangkan tubuh.

"Ara apa kau mendengar suara ku? Ara buka pintunya kau baik-baik saja bukan?" Tanya kak abel dengan suara yang cukup khawatir seraya mengetuk pintu tampa henti, hah... Bagaimana ini pasti kedua mataku terlihat bengkak tidak mungkin aku menemuinya dengan keadaan ku yang kacau begini.

"Ara..." Panggilanya lagi.

"Iya kak" jawabku.

"Hah syukurlah kau sudah bangun, apa kau baik-baik saja?"

"Iya aku baik-baik saja kak"

"Kalau begitu buka pintunya, ayo kita sarapan ini sudah hampir lewat jam sarapan" ucapnya.

"Maaf kak sepertinya aku akan sarapan nanti saja karena aku belum mandi, kakak duluan saja"

"Oh baiklah kalau begitu" ucapannya dan ku dengar langkah kakinya yang mulai menjauh dari pintu membuat ku bernapas lega.

Aku melihat penampilan ku di cermin, satu kata untuk menggambarkan keadaan ku sangat ini 'mengerikan', wajah yang terlihat pucat, kedua mata yang bengkak dan rambut yang berantakan.

"Penampilan macam apa ini! hah... Ayo Ara perbaiki penampilan mu yang mengerikan ini sebelum menjalani hari yang panjang" gumamku pada diri sendiri sebelum pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh ku yang terasa lengket dan tidak nyaman ini.

.......

Masih banyak typo mohon dimaklum ya soalnya belum sempet An revisi 😁🙏.

Semoga bayak yang suka biar An bisa updatein lagi chapter berikutnya 😁💻.

WHY NOT ME!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang