03.

117 8 2
                                    

Aku melangkahkan kakiku memasuki salah satu cafetaria, ku lihat teman ku sudah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan sana, sebenarnya aku sedikit malu untuk pergi keluar dengan kedua mataku yang sembab ini, tetapi aku juga tidak mau mati kebosa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku melangkahkan kakiku memasuki salah satu cafetaria, ku lihat teman ku sudah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan sana, sebenarnya aku sedikit malu untuk pergi keluar dengan kedua mataku yang sembab ini, tetapi aku juga tidak mau mati kebosanan karena selalu diam di rumah megah itu.

"Clara kamu udah lama nunggu?" Tanyaku setelah sampai di mejanya.

"Enggak kok gue baru aja nyampe" jawabannya sebelum memanggil pelayan untuk memesan minuman dan juga makanan lainnya.

"Ya ampun mata loe bengkak kaya gitu" ucapnya ketika melihat keadaan wajahku.

Hm, memangnya separah itu? Aku rasa tidak.

"Cuman bengkak dikit kok"

"Loe nangisin apa lagi sampai segitunya?" Tanya membuat ku langsung membuang muka, aku tidak mau bila harus menceritakan hal yang sama.

Kudengar Clara menghembuskan napasnya lelah. "Pasti karena cowok itu lagikan? Ra dengerin gue, loe tuh harusnya jangan bisa diem aja kalau merasa ada keluhan lagian dia juga suami loe walaupun cuman nikah sirih" jelasnya yang memang mengetahui semua masalah yang aku alami selama ini.

Mengeluh! Bagaimana bisa aku melakukan hal itu? Ingat, aku hanyalah istri bayar bagi Ezra dan itulah faktanya.

"Aku mana bisa kaya gitu Ca dan lagi pula mana berani aku kaya gitu" ucapku bersamaan dengan seorang pelayan yang membawa pesanan kami.

"Selamat menikmati" ucapnya setelah selesai meletakkan semuanya pesanan kami di atas meja.

"Terimakasih" balasku terseyum dan pelayanan itu segera kembali pada perkejaan lainnya, membuatku kembali fokus pada obrolan kami berdua, lebih tepatnya membahas masalah ku.

"Nah itu yang gue gak suka dari loe, loe jangan mau di injek sama dia gitu aja dong memang dia siapa sampe bisa ngerendahin loe gitu aja" sebal Clara mendegus tidak suka sebelum melanjutkan ucapannya.

"Gue heran sama loe kenapa loe bisa suka sama cowok modelan kaya gitu heran gue" sambungan nya sebelum meminum minuman miliknya, membuatku menunduk sedih, lagipula siapa yang mau jatuh cinta pada nya? salah saja perasaan ku yang mengila hanya karena melihatnya saja. Awalannya juga aku hanya akan melahirkan anak untuk sepasang suami istri itu.

"Aku juga gak tahu Ca, aku harus gimana sekarang?"

"Hah... Gue juga binggung kalau mikirin jalan hidup loe itu"

Entah berapa lama kami berdua mengahabiskan waktu hanya duduk diam seraya menikmati suasana cafetaria yang cukup ramai oleh pengunjung dan berakhir dengan berkeliling di salah satu mall yang cukup besar di Jakarta, sampai-sampai aku lupa waktu karena membantu memilih baju dan barang lainnya untuk Clara, gadis satu ini memang tidak mau ketinggalan trend fashion.

"Ara sini deh" panggil Clara seraya melambaikan tangannya, membuat ku segera mendekat padanya yang kini tengah sibuk memilih baju dan memperlihatkan dress rajut selutut berwarna toska khusus ibu hamil.

"Nih lihat baguskan, cocok ini buat kamu" ucapnya seraya menyerahkan bajunya padaku begitu saja tampa persetujuan dari ku lebih dulu.

Aku melihat baju di tangan ku ini tampa minat, memang bagus tetapi lemari ku saja sudah penuh oleh baju-baju baru yang belum sempat aku pakai sakin bayaknya baju yang di belikan pria itu dan kak Abel beberapa waktu lalu. "Iya bagus sih tapi kayanya enggak deh, kamu fokus aja cari baju yang kamu suka jangan cari baju buat aku terus" keluh ku ketika lagi-lagi ia memberikan beberapa baju lainnya yang mungkin akan cocok untuk ku. 

"Yaelah Ra kamu tinggal pilih aja yang loe suka nanti gue yang bayarin"

"Seriusan Ca gak usah, mending kamu cari baju yang bagus buat kamu sendiri, sini biar aku bantu"

"Iya udah terserah loe aja deh entar biar gue aja yang pilihin, gak ada penolakan titik." Ucapnya dengan kekeras kepalaan yang tidak bisa aku bantah membuat ku hanya diam dan mulai memiliki baju yang menurut ku cocok untuk Clara.

....

Sedangkan disisi lain kini Abel tengah di buat khawatir, bagaimana tidak ini sudah pukul lima sore namun Allura belum juga kembali ke rumah di tambah lagi Ara tidak membawa ponselnya membuat Abel semakin cemas, bagaimana bila Ara kenapa-napa di luar sana? Pikirnya.

Sekitar pukul dua siang tadi ia kembali ke Mansion bersama Ezra tetapi ia tidak melihat Ara dan bi Tina bilang kalau Ara pamit keluar sebentar untuk menemui temannya namun ini sudah hampir malam dan Allura belum juga kembali.

"Sayang udahlah jangan cemas kaya gitu, lagian dia itu bukan anak kecil lagi nanti juga dia pulang kalau udah tahu waktu" ucap Ezra menenangkan istrinya yang kini masih mondar-mandir tidak jelas di hadapannya yang tengah duduk di atas sofa menikmati secangkir kopi yang baru di suguhkan oleh bi Tina.

Abel menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya kesal, suaminya ini benar-benar tidak bisa melihat keadaan sekali. "Ini udah sore sayang, bukanya kamu cariin Ara kamu malah enak-enakan santai kaya gitu" dumel Adel ikut duduk di samping Ezra yang mengangkat bahunya acuh.

"Nanti juga dia pulang"

"Ih... Dia itu lagi hamil loh sayang gimana kalau terjadi sesuatu yang buruk makanya dia belum pulang juga"

"Kamu aja yang terlalu negatif thinking"

Ya, Tuhan harus dia apakan suaminya ini? Abel rasanya ingin memukul kepala Ezra kalau itu tidak berdosa maka sudah di pastikan Ezra telah mendapatkan pukulan dari tangan cantiknya ini.

Dan baru saja Abel ingin membuka suaranya lagi matanya sudah melihat Ara yang kini melangkah masuk melewati mereka berdua dengan kedua tangan yang membawa empat paper bag, sepertinya Ara tidak memperhatikan sekita dan ia tidak menyadari keberadaan kedua sejoli yang tengah duduk di ruang tengah.

Abel langsung saja berdiri dan menyerukan nama Ara. "Ara"  panggil Abel membuat Ara segera menoleh kesamping dan melihat Abel yang kini berjalan mendekatinya.

"Eh kak, kirain gak ada orang" ucap Ara.

"Kamu dari mana aja? Kakak khawatir loh kamu kenapa-napa, tadinya mau di cariin sama Mas Ezra tapi untungnya kamu udah pulang" ucap Abel yang langsung membuat Ezra mengangkat sebelah alisnya, kapan ia setuju untuk mencari Ara? Pikirnya kembali menyesap kopi di cangkirnya.

Ara melirik Ezra sesaat sebelum kembali menatap Abel penuh sesal.
"Maaf kak tadi Ara nemenin dulu temen Ara" ucap Ara sedikit merasa bersalah.

Abel mengaguk mengerti. "Ya udah gakpapa, kalau gitu kamu langsung ke kamar ya terus mandi soalnya bentar lagi kita makan malem"

"Iya kak, kalau gitu Ara mandi dulu ya" ucap Ara dan pergi meningalkan Abel menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

....


Masih banyak typo mohon dimaklum ya soalnya belum sempet An revisi 😁😁🙏🙏.

Next chapter...


WHY NOT ME!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang