Enjoying~~~
Bagas menatap plafon abu-abu di atas. Netranya mengerjap untuk menyesuaikan sinar lampu yang menyapa indra penglihatannya.
Setelah itu ia melihat sekitar. Kamar yang ia tempati di dalam mimpinya? Kamar yang berisikan seorang wanita dan pria yang memiliki pelukan hangat.
Tetapi kemana kedua orang itu? Mengapa tidak ada seorang pun? Apa dimimpinya juga ia di tinggal dan di abaikan?
Miris sekali nasipnya.
Ceklek
Pintu terbuka, dan Kesha masuk dengan nampan yang berisikan makanan sehat. Wanita cantik itu tersenyum ke arah Bagas, melihat putranya sudah bangun dengan wajah yang nampak lebih segar.
"Sudah bangun sayang?" sapanya. Bagas tidak menjawab, Kesha mendekat dan menaruh nampaknya di meja nakas.
Kemudian menempelkan punggung tangan ya kr dahi putra tercintanya. "Sudah tidak panas lagi, itu artinya babynya mommy ini tidak perlu ke rumah sakit." Kesha mengecup kening Bagas sayang.
Bagas merasa tersipu, ia di kecup dan di perhatikan. Kesha terkekeh melihat putranya yang nampak malu, ia mengelus rambut putranya gemas.
"Nah sekarang baby makan yah nak, agar lekas pulih hm." Sesendok nasi berada di hadapan mulut Bagas.
Dengan kaku Bagas membuka mulutnya menerima suapan tersebut. Rasa bahagia menggebu-gebu di dalam dadanya. Sebegitu inginnya dia akan kasih sayang, hingga tidak peduli siapapun yang bisa memberikan dirinya hal tersebut, ia akan menyayangi dia dengan sangat.
Rasa haru tetap Bagas rasakan. Jika diizinkan, Bagas ingin selalu berada disisi ini. Berada disisi Mommy dan Daddy yang menyayangi dirinya. Bersama mereka ia merasa hangat, bersama mereka ia merasa aman.
"Selesai!"
Bagas hanya terkekeh melihat wanita di depannya ini bersemangat. "Mommy?"
"Ya baby?" Respon Kesha yang lembut seakan menyentuh hatinya yang rapuh. Untuk sesaat Bagas bahagia, bolehlah dia egois dan tetap menginginkan kebahagiaan ini selalu berada didekatnya?
"Bagas sayang mommy." 3 kata yang tak pernah sempat Bagas ucap pada ibunya. Bukan ia tak mau, tetapi bibirnya terasa kelu.
"Aiyoo, tentu saja mommy lebih sayang sama baby." Kesha memeluk putranya erat. Melihat putranya yang manja seperti ini membuatnya semakin tak tahan untuk tak mencubit pipi yang seperti bakpao itu.
"Mom, ini dimana?"
"Ini di rumah kita sayang."
"Rumah?"
"Ya rumah."
"Apa ini juga rumahku?"
"Tentu saja ini juga rumah baby."
"Apa rumah ini menjadi tempatku untuk pulang? Apa Bagas akan aman disini? Apa Bagas tidak akan di hina? Apa Bagas akan di bandingkan disini? Apa Bagas-
Ucapan Bagas terpotong saat telunjuk lentik itu menyentuh bibir Bagas untuk menghentikan racauan putranya yang tak mungkin terjadi.
"Nak, semengerikan apa mimpimu hingga membuatmu berfikiran seperti itu, hm?" Kesha mendekat dan naik ke atas ranjang, ia berbaring di samping Bagas dengan kaki selonjoran.
Entah karena refleksi, Bagas membaringkan tubuhnya dan memeluk sayang perut Mommy nya.
"Dengarkan Mommy..." Bagas menatap wajah Kesha yang menawan di atasnya.
"Ini rumahmu, rumah kita. Tempat kita bernaung dan berkumpul. Tempat keluarga kita tinggal dan tempat kamu di lahirkan. Sejauh apapun Bagas pergi, Bagas tetap harus pulang ke rumah. Bagas putra kecil Mommy, tidak ada yang akan menghinamu, tidak akan ada yang membandingkan mu dengan saudara yang lain. Karena kamu dan saudaramu memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, kalian berharga di hidup mommy, karena kalian adalah putra-putra mommy. " Kesha tersenyum teduh.
"Baby, bahkan di mata saudaramu, kamu lebih berharga sayang. Kamu adalah matahari bagi kami. Bagas adalah simbol kebahagiaan bagi keluarga kita."
"Mommy sedih jika Bagas berkata seperti itu. Jadi jangan di ulangi yah." melihat raut sedih mommy nya. Bagas segera memeluk erat wanita itu. Perkataan Mommy nya membuat jauh di relung hatinya kembali hidup, seakan menemukan sekelibat cahaya terang.
"Mom, Bagas hanya takut. Jika memang benar itu mimpi kenapa nyata sekali? Kenapa disini sakit mom?" Bagas menyentuh dadanya. Kesha seakan tak bisa berkata-kata melihat ekspresi putranya tangan seperti tertekan dan depresi.
"Nak..." Kesha tak mengatakan apa-apa. Ia hanya membalas pelukan putranya tak kalah erat.
Mereka diam dan berpelukan selama beberapa menit hingga Bagas mengaduh tak busa bernafas. "Ish mommy terlalu erat meluk Bagas!" rajuknya.
"Habisnya, baby nya mommy ini terlihat murung. Mom kan jadi gemas." Kesha menoel hidung Bagas dan tersenyum menggoda.
"BAGASSS!!"
Teriakan melengking itu membuat Kesha langsung menutup kedua telinga bungsunya. Dan menatap sangar putra ketiganya yang tengah nyengir sembari menggaruk lehernya yang sama sekali tidak gatal.
"Reagan, kenapa teriak hm?" tanya Kesha.
"Aku hanya terlalu senang mendengar jika adikku sudah pulih mom." Reagan mencebbikkan bibirnya. Ia tidak mau di marahi sekarang, ia mau happy-happy sama adiknya.
"Baiklah kemari." Seketika wajah Reagan kembali ceria. Ia segera mendekat dan duduk di tepi ranjang.
"Bagas, kamu jangan sakit kali ya adik," ujar Reagan. Bagas merasa kikuk.
"Eum, kalau nanti sakitnya datang lagi bagaimana kak?" tanya Bagas memiringkan kepalanya bingung.
"Huh! Biar nanti kakak yang akan menghajar sakit yang sudah jahat karna datang padamu lagi!" seru Reagan, dia berdiri dan memperlihatkan ototnya yang tak seberapa.
"Wahh baik sekali kakak Ini~" ujar Kesha menggoda. Mereka saling bertatapan hingga akhirnya tertawa dengan lepas.
"Wah wahh kalian tidak mengajak oma? Jahat sekali," celetuk Eloise sedih. Dia datang bersama keluarga yang lain.
"Oma jangan ikut-ikutan, nanti encok baru tau rasa," ejek Reagan. Pemuda itu memeletkan lidahnya ke arah omanya. Ia merasa kesal karena tadi ia tidak menoleh menonton sebuah film romantis.
"Dasar kamu ini!" Eloise menjewer telinga Reagan gemas. Cucu satunya ini memang sesuatu.
Brandy berjalan ke arah Ranjang. Saat melewati Reagan, ia mengusak rambut putranya itu. Setelah sampai pria itu mengecup kening istrinya dan mengangkat Bagas ke dalam gendongan koalanya.
Bagas yang tidak siap itu langsung memegang erat Brandy. "A-apa bagas tidak berat?" cicitnya.
"Dengan berat badanmu yang tidak seberapa ini?" Bagas mengerucutkan bibirnya.Reagan yang berada di dekatnya langsung mencubit kedua pipi Bagas.
"Gahg szakghet.."
"Habis kamu gemes banget sih. Jadi anakku aja yah," ucap Reagan.
Tuk
"Kamu ini!" Kesha mengetuk dahi putranya, berharap kewarasannya kembali.
Tbc
(•ૢ⚈͒⌄⚈͒•ૢ)