Enjoying~~~
Pagi hari dikediaman keluarga Leaman.
Drap
Drap
Drap
"Mommy!" suara indah dan menggelegar terdengar.
"Mommy!!!" lagi suara itu kembali menggema.
"YA AMPUN BABY, JANGAN BERTERIAK NAK!" balasan teriakan yang jauh lebih menggelegar juga terdengar.
"TAPI MOMMY JUGA TERIAK OY!!" sahutan dari suara yang lain.
"Terus dan lebih keras berteriak. Maka aku bersumpah akan membawa kalian satu-persatu untuk kerumah sakit!" ancaman dari sang kepala keluarga berhasil membuat ketiga manusia yang berteriak bungkam.
Jeff berdiri kemudian menghampiri adik bungsunya yang tengah menutup kedua mulutnya dengan kedua tangan miliknya.
Dia mengangkat Bagas kedalam gendongan monyetnya dan membawa adiknya itu untuk duduk di sampingnya.
"Berlari dan berteriak, itu tidak boleh baby. Jika kamu terjatuh bagaimana? Lalu apa kamu mau tenggorokanmu sakit, dan kamu akan di bawa kerumah sakit hm?" ujar Valdo. Bagas menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau kakak, Bagas bahkan baru sembuh. Bagas tidak mau sakit lagi..."
"Nah maka dari itu jangan di ulangi sayang," sahut Kesha yang datang dengan 2 gelas susu rasa coklat dan vanila. Reagan langsung merebut gelas susu coklat miliknya.
Kesha hanya menggelengkan kepalanya. Wanita cantik itu memberikan susu Vanila itu pada Bagas. Dan di minum hingga tandas oleh oemuda itu. Maklum dia sangat menyukai Vanila.
"Ada apa memanggil mommy?" tanya sang mommy.
"Eungh, apa ya?" Bagas jadi lupa untuk apa dia memanggil mommy nya. Pemuda itu menaruh telunjuknya di dagu, alisnya mengekerut memikirkan apa yang dia lupa, kepala yang di miringkan membuat yang ada disana menahan nafas dengan adanya makhluk menggemaskan di depan mereka.
"Euy adik kan mau ngadu sama mommy kalau tadi kakak membuat kamu hampir menangis," terang Reagan yang sudah anteng di tempatnya.
"Oh iya!"
"Ish, kamu kok lupa sih kakak aja ingat," ujar Reagan dengan bangga, ia bahkan lupa jika dirinya keceplosan.
"Kamu hampir membuat adikmu menangis?" tanya Valdo.
"Iya kakak, aku gemas dengannya. Jadi aku mencubit pipinya hingga memerah. Lihat itu bekasnya masih ada, pipi adik seperti mochi!" ujar Reagan polos.
Mereka serentak menoleh ke arah pipi Bagas. Benar saja pipi bungsu mereka memerah. Lalu kembali menatap Reagan yang berkedip polos.
"Jadi kamu nakal?" Valdo mengangkat alisnya menatap adiknya.
"Eh, kakak apaan sih. Kapan aku nakal?!" sanggah Reagan tidak terima.
"Jadi kalau tidak nakal apa?"
"Aku hanya mencubi- ups!" Reagan langsung membungkam mulutnya sendiri. Sepertinya ia keceplosan mengatakan sesuatu.
"Karena kamu mencubit pipi Bagas, dia berlari dan berteriak karena ingin mengadu?" jelas Valdo. "Setelah itu kamu juga berlari dan berteriak?" lanjutnya.
"Jadi dad? Hukuman apa yang pas untuk anak nakal ini?" Reagan melotot kan netranya.
"Heh, apa-apaan!"
"Lihat, sedari tadi kamu berbicara dengan nada yang tinggi."
"Panggil Irwin untuk memeriksa tenggorokanya. Pastikan baby juga di periksa. Setelah itu seharian penuh kamu tidak boleh keluar dari kamar," ujar Brandy menegaskan ke arah putra ketiganya.
"Ish tidak mau! Aku mau sekolah bersama Bagas!" seru Reagan, ia berdiri dan berkacak pinggang.
"Membantah, daddy pastikan hukumanku bertambah."
Reagan langsung duduk dengan anteng. Bagas hanya tolah toleh.
Bagas merasa dirinya sangat beruntung. Meski situasi ini membuatnya bingung, ia tak mau memikirkan jauh kedalam. Ia hanya ingin menerima semuanya dan menjalani kehidupannya.
Bagas hanya berharap jika takdir tak lagi mempermainkannya. Ia tak mau kembali pada posisi ketika ia merasa sendirian saat keluarga masih lengkap.
Ia benci sendirian. Kau tau? Sendirian itu menakutkan.
Tbc
500 kata ngab wkwkkw. Panjang kan ( ͡° ͜ʖ ͡°)
(づ●─●)づ
